pengalokasian pendapatan. Pengeluaran yang dilakukan rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan dan non pangan. Semakin baik tingkat kesejahteraan
rumahtangga maka proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi non pangan lebih besar daripada konsumsi pangan.
Pada rumahtangga nelayan tradisional yang memiliki tingkat pendapatan yang terbatas, proporsi pendapatan yang dibelanjakan sebaliknya, yaitu konsumsi
pangan lebih besar daripada konsumsi non pangan. Selain itu, suatu rumahtangga dengan jumlah anggota yang makin besar dengan pendapatan tertentu maka
proporsi pengeluaran untuk konsumsi akan semakin besar pula. Pada rumahtangga nelayan tradisional, seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi pangan dan
konsumsi non pangan sehingga rumahtangga nelayan tradisional tidak memiliki tabungan.
Konsumsi yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut: KAR
j
= F PTR, BAR, KPR, D
1
…….…………...………...………3.29 dimana:
KAR
j
= Konsumsi anggota rumahtangga PTR
= Pendapatan total rumahtangga BAR = Banyaknya anggota rumahtangga
KPR = Konsumsi pangan rumahtangga D
1
= Dummy
musim D
1
= 1, musim paceklik dan D
1
= 0, musim panen j
= 1, 2; 1= suami
2= istri
3.3. Model Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional
Dalam memahami masalah kemiskinan di Indonesia, penting untuk diperhatikan adalah lokalitas yang ada di masing-masing daerah, yaitu kemiskinan
pada tingkat lokal yang ditentukan oleh komunitas dan pemerintah setempat.
Dengan demikian kriteria kemiskinan, pendataan kemiskinan, penentuan sasaran, pemecahan masalah, dan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan diharapkan
dapat lebih obyektif dan tepat sasaran. Nelayan tradisional dicirikan oleh sikap mental yang tidak mudah
menerima inovasi teknologi baru, pemilikan aset produktif yang sangat minimal, pendapatan relatif rendah, hanya memiliki perahu tanpa motor dengan alat
tangkap yang sederhana atau hanya memiliki modal tenaga kerja. Nelayan tradisional merupakan lapisan bawah di desa nelayan.
Usaha perikanan sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha skala kecil yang sangat dipengaruhi oleh musim dan ditujukan untuk konsumsi
lokal. Hal ini mengakibatkan terjadinya pendapatan yang berfluktuatif sehingga pada saat musim paceklik, nelayan berada dalam kondisi kemiskinan.
Pendekatan pengeluaran rumahtangga menggambarkan pendapatan rumahtangga dan menggambarkan pola konsumsi rumahtangga dalam
pengalokasian pendapatan. Banyaknya anggota rumahtangga mempengaruhi peluang kemiskinan. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya anggota
rumahtangga maka jumlah tanggungan rumahtangga meningkat sehingga pengeluaran meningkat. Adanya tingkat pendidikan yang rendah dapat
mempengaruhi kemampuan nelayan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Penduduk miskin di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu penduduk
miskin akibat: 1 kemiskinan kronis atau kemiskinan struktural yang terjadi terus-menerus, dan 2 kemiskinan sementara yang ditandai dengan menurunnya
pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis. Hal ini dapat terjadi karena
adanya perubahan musim yang mempengaruhi produktivitas dan pendapatan pada sektor pertanian dan perikanan.
Peluang suatu rumahtangga berada dalam kemiskinan merupakan suatu kejadian acak yang diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang berasal
dari karakteristik rumahtangga nelayan tersebut. Model peluang kemiskinan dibentuk berdasarkan model yang ditunjukkan oleh Lukytawati 2003 yang
memiliki variabel ekonomi yang berasal dari karakteristik rumahtangga. Persamaan peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional
dinyatakan sebagai berikut: PKRNT = F ETR, BAR, LPS, D
1
………...………………….……3.30 dimana:
PKRNT = Peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional ETR = Pengeluaran total rumahtangga
BAR = Banyaknya anggota rumahtangga LPS
= Lamanya pendidikan suami D
1
= Dummy musim D
1
= 1, musim paceklik dan D
1
= 0, musim panen
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan sengaja purposive sampling,
untuk menganalisis peluang kerja anggota rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor perikanan, perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional, dan peluang
kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Alasan penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Kasemen Kabupaten
Serang yaitu: 1 Kecamatan Kasemen merupakan salah satu kecamatan atau salah satu wilayah pesisir di pantai JawaBanten yang terletak di Kabupaten Serang
yang memiliki potensi perikanan yang besar baik itu sumberdaya alam perikanan maupun rumahtangga nelayan yang banyak memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan, dibandingkan dengan kecamatan lain, dan 2 Kabupaten Serang pernah merupakan salah satu wilayah miskin di Banten. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Desember tahun 2006 sampai dengan bulan Juni tahun 2007.
4.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei di
lingkungan desa nelayanpantai dengan cara mengadakan wawancara terhadap rumahtangga nelayan dengan menggunakan instrumen kuisioner. Data primer
yang diperlukan antara lain identitas rumahtangga nelayan, jumlah produksi, jumlah kepemilikan aset, jenis alat tangkap, harga ikan, curahan waktu kerja di
dalam dan di luar sektor perikanan, pendidikan, dan biaya produksi. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kantor dinas kelautan dan
perikanan, kantor kecamatan dan desa, statistik serta lembaga lain yang berkaitan dengan penelitian ini baik berupa literatur hasil penelitian maupun laporan yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
4.3. Penarikan Contoh Sampel
Pengambilan contoh sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Sampel yang diambil adalah unit rumahtangga nelayan pemilik perahu dayung yang berjumlah 40 orang. Definisi rumahtangga yang dimaksud adalah
keluarga inti termasuk kerabat atau bukan yang tinggal di bawah satu atap dan makan dari satu dapur.
4.4. Model dan Metode Analisis 4.4.1. Model Peluang Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan
Model peluang kerja suami di luar sektor perikanan adalah model pemilihan pekerjaan di dalam sektor perikanan dan di luar sektor perikanan yang
dilakukan oleh nelayan tradisional pada musim paceklik. Peluang suami atau nelayan bekerja di luar sektor perikanan pada musim paceklik merupakan
kejadian biner dummy variable yang bernilai 1 dan 0, yaitu 1 untuk suami yang bekerja di luar sektor perikanan dan 0 untuk suami yang bekerja di dalam sektor
perikanan. Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi peluang suami untuk
bekerja di luar sektor perikanan digunakan model logit. Dalam metode regresi logistik, ukuran yang digunakan untuk melihat hubungan antara peubah bebas dan