akibat bentuk-bentuk perdagangan internasional yang tidak adil di bidang pertanian. Bentuk-bentuk perdagangan tidak adil itu misalnya subsidi negara maju
di sektor pertanian atau penetapan bea masuk tinggi oleh negara maju atas produk pertanian negara berkembang.
Penduduk miskin di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu: 1 kemiskinan kronis atau kemiskinan struktural, yang terjadi terus menerus, dan
2 kemiskinan sementara, yang ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari
kondisi normal menjadi kondisi kritis.
2.4. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian ekonomi rumahtangga nelayan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Jawa Timur yang dilakukan Muhammad 2002
menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dalam pengusahaan penangkapan ikan, yaitu jangkauan wilayah perairan
pantai dan laut yang dapat ditempuh, intensitas pemakaian modal kerja, perbaikan dan stabilitas harga ikan serta penyebaran informasi pasar. Selain itu, model
ekonomi rumahtangga nelayan yang mengintegrasikan perilaku nelayan Juragan dan Pendega merupakan pengembangan model ekonomi rumahtangga pertanian.
Dimana perilaku rumahtangga nelayan dalam produksi ikan, curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga nelayan dapat diterangkan sebagai
berikut: 1.
Kegiatan produksi ikan berhubungan dengan ukuran aset kapal, daerah penangkapan ikan, frekuensi melaut, dan produktivitas wilayah
penangkapan ikan. Perilaku produksi tersebut berkaitan dengan berbagai
faktor. Faktor harga Bahan Bakar Minyak BBM dan peluang kerja non perikanan berhubungan negatif dengan produksi ikan, sedangkan status
sumberdaya, teknologi, pelabuhan perikanan, ukuran kapal, kegiatan agroindustri, pemberian kredit, dan mutu Sumber Daya Manusia SDM
berhubungan positif dengan produksi ikan dan pendapatan nelayan. 2.
Dalam rumahtangga Juragan ataupun Pendega masih tersedia waktu luang cukup besar. Curahan kerja untuk agroindustri dan non perikanan
memperoleh dukungan dan keterlibatan angkatan kerja keluarga wanita untuk menangani kegiatan non melaut. Curahan kerja untuk melaut
berhubungan positif dengan curahan kerja pascapanen dan berhubungan negatif dengan kegiatan non perikanan.
3. Pendapatan rumahtangga Juragan maupun Pendega terutama ditentukan
oleh jumlah hasil tangkapan melaut. Pengaruh perubahan harga ikan dan status sumberdaya terhadap penerimaan nelayan cukup rendah. Fenomena
ini mengisyaratkan bahwa dalam upaya meningkatkan pendapatannya, nelayan cenderung lebih menguras sumberdaya daripada memperbaiki
harga ikan atau status sumberdaya perikanan. Dalam rumahtangga nelayan terdapat kegiatan komplementer antara kegiatan melaut dan kegiatan agro
industri perikanan. Jika besarnya pendapatan dari melaut menurun maka rumahtangga nelayan cenderung meningkatkan jumlah curahan kerja non
perikanan. 4.
Tabungan dalam rumahtangga Juragan jauh lebih tinggi daripada tabungan rumahtangga nelayan Pendega, sehingga masalah krusial dalam
perumusan kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan adalah
mengurangi kesenjangan ekonomi yang semakin membesar antara rumahtangga Juragan dan Pendega. Dalam rumahtangga Pendega,
konsumsi kebutuhan non pokok berhubungan negatif dengan jumlah angkatan kerja wanita.
5. Dampak kebijakan perubahan harga BBM, pengembangan teknologi,
perbaikan status sumberdaya, peningkatan harga ikan, dan curahan kerja non melaut, pengaturan bagi hasil, perluasan daerah penangkapan sampai
wilayah Zona Ekonomi Ekslusif ZEE 200 mil dan peningkatan fasilitas pelayan pelabuhan perikanan lepas pantai sebagai berikut: 1 Peningkatan
harga BBM dan perluasan lapangan kerja non melaut mengurangi eksploitasi sumberdaya perikanan. Peningkatan harga BBM di samping
berdampak terhadap penurunan tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan juga penurunan pendapatan nelayan, maupun Pendapatan Asli Daerah
PAD, 2 Peningkatan mutu SDM, pemberian kredit, ukuran kapal, teknologi, harga ikan, curahan kerja agroindustri, pengaturan bagi hasil,
dan perluasan daerah penangkapan ikan sampai 200 mil secara tunggal akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya perikanan dan pendapatan
nelayan. Jika dilakukan kombinasi kebijakan kenaikan harga BBM dengan peningkatan harga ikan pada tingkat presentase yang sama, maka dampak
terhadap keragaan ekonomi rumahtangga nelayan masih menunjukkan penurunan pendapatan nelayan dan PAD sebagai akibat kebijakan
kenaikan harga BBM, sehingga masih dibutuhkan kebijakan kombinasi dan terpadu, 3 Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada
tingkat Maximum Suitanability Yield MSY dan pengaturan bagi hasil
antara Juragan dan Anak Buah Kapal ABK berdampak meningkatkan pendapatan nelayan Pendega dan proses pemerataan pendapatan antara
Juragan dan ABK, dan 4 Subsidi BBM akan berdampak dua arah, di samping peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga nelayan,
namun pada sisi lain eksploitasi sumberdaya akan semakin meningkat dan akan mempercepat terjadinya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara
berlebih over exploited. Mudzakir 2003 yang mengkaji tentang dampak pengembangan sektor
perikanan terhadap perekonomian Jawa Tengah menerangkan bahwa hasil analisis keterkaitan menunjukkan sektor ikan laut dan hasil laut lainnya mempunyai
keterkaitan output langsung maupun keterkaitan tidak langsung ke depan yang lebih besar daripada ke belakang, hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut
mampu menarik sektor hulunya, dibandingkan dengan sektor hilirnya. Untuk sektor ikan darat dan hasil perairan darat, serta sektor jasa pertanian mempunyai
nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar daripada ke depan. Akan tetapi jika dibandingkan dengan sektor yang lain, nilai keterkaitan sektor perikanan masih
rendah, sehingga akan lebih banyak dipengaruhi sektor lain untuk menyediakan input maupun penggunaan outputnya.
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis model peluang kerja suami dan istri, perilaku ekonomi rumahtangga dan peluang kemiskinan di Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara yang dilakukan oleh Simanullang 2006, dapat diterangkan bahwa:
1. Karakteristik pekerjaan di dalam sektor perikanan yang dilakukan oleh
nelayan tradisional adalah perbedaan musim dalam penangkapan ikan.
Perbedaan musim tersebut mempengaruhi corak dalam kegiatan produktif yang dilakukan oleh anggota rumahtangga nelayan tradisional di
Kecamatan Pandan. 2.
Pada musim paceklik, peluang kerja anggota rumahtangga suami dan istri di luar sektor perikanan merupakan alternatif kegiatan produktif. Fenomena
pencarian tambahan pendapatan mempengaruhi peluang kerja suami di luar sektor perikanan walaupun pendapatan yang dihasilkan tinggi atau rendah.
Hal ini menyebabkan peranan suami dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga lebih besar daripada istri.
3. Faktor-faktor non ekonomi yang berkaitan dengan peranan istri dalam
pekerjaan rumahtanga seperti melahirkan, memelihara anak balita pada umur yang masih muda, dan masih rendahnya pendidikan yang dimiliki
oleh istri mempengaruhi peluang istri bekerja di luar sektor perikanan. 4.
Kegiatan di dalam dan di luar sektor perikanan yang dilaksanakan pada musim penangkapan ikan memberikan corak yang berbeda terhadap
perilaku ekonomi rumahtangga. Produksi nelayan, curahan waktu kerja anggota rumahtangga, pendapatan anggota rumahtangga, dan konsumsi
rumahtangga merupakan perilaku ekonomi rumahtangga nelayan yang dianalisis secara simultan.
5. Komoditi yang diperoleh nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan
penangkapan di laut adalah ikan atau udang. Untuk mempermudah pengukuran komoditi hasil produksi yang beragam maka produksi dinilai
dalam satuan Rupiah. Produksi nelayan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti kapital dummy jaring ikan dan udang, aset perahu, biaya
produksi, dan dummy musim. Curahan waktu kerja suami di dalam sektor perikanan tidak responsif terhadap produksi. Biaya produksi responsif
terhadap produksi perikanan. 6.
Curahan waktu kerja suami di dalam sektor perikanan dipengaruhi oleh umur suami, lama pendidikan suami, umur perahu, dan dummy musim.
Curahan waktu kerja suami di luar sektor perikanan dipengaruhi oleh dummy
musim dan lama pendidikan suami. Curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan dipengaruhi oleh jumlah anak balita dan lama
pendidikan istri. 7.
Produksi, harga jual ikan atau udang, dan dummy musim berpengaruh terhadap pendapatan suami di dalam sektor perikanan. Curahan waktu kerja
suami di luar sektor perikanan, umur suami, lama pendidikan, dan dummy musim mempengaruhi pendapatan suami di luar sektor perikanan. Curahan
waktu kerja suami di luar sektor perikanan responsif terhadap pendapatan suami di luar sektor perikanan. Curahan waktu kerja istri di luar sektor
perikanan dan lama pendidikan istri berpengaruh terhadap pendapatan istri di luar sektor perikanan. Curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan
responsif terhadap pendapatan istri di luar sektor perikanan. 8.
Pendapatan total rumahtangga digunakan untuk membeli kebutuhan rumahtangga dan banyaknya anggota rumahtangga sebagai tanggungan
rumahtangga mempengaruhi besarnya kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan. Pada musim panen, pemenuhan kebutuhan rumahtangga
seperti konsumsi pangan dan konsumsi non pangan meningkat karena pendapatan total rumahtangga meningkat. Respon konsumsi pangan
terhadap pendapatan rumahangga lebih kecil daripada konsumsi non pangan.
9. Terbatasnya pemenuhan kebutuhan rumahtangga mendorong peluang
kemiskinan rumahtangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional adalah pengeluaran total
rumahtangga dan dummy musim. Pada musim paceklik, pemenuhan kebutuhan rumahtangga menurun sehingga peluang kemiskinan meningkat.
Kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional di Kecamatan Pandan merupakan kemiskinan sementara.
Sedangkan penelitian mengenai analisis perilaku ekonomi rumahtangga dan peluang kemiskinan nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen, Kabupaten
Serang, Propinsi Banten belum pernah dilaksanakan.
2.5. Kemiskinan Rumahtangga Nelayan di Wilayah Pesisir