terhadap pendapatan rumahangga lebih kecil daripada konsumsi non pangan.
9. Terbatasnya pemenuhan kebutuhan rumahtangga mendorong peluang
kemiskinan rumahtangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional adalah pengeluaran total
rumahtangga dan dummy musim. Pada musim paceklik, pemenuhan kebutuhan rumahtangga menurun sehingga peluang kemiskinan meningkat.
Kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional di Kecamatan Pandan merupakan kemiskinan sementara.
Sedangkan penelitian mengenai analisis perilaku ekonomi rumahtangga dan peluang kemiskinan nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen, Kabupaten
Serang, Propinsi Banten belum pernah dilaksanakan.
2.5. Kemiskinan Rumahtangga Nelayan di Wilayah Pesisir
Direktur Jenderal Pesisir Pantai dan Pulau Kecil 2000 telah berusaha memetakan permasalahan di pesisir antara lain: 1 pemanfaatan sumberdaya
melebihi kapasitas dan daya dukung, 2 kompetisi antara skala industri, dimana industri skala kecil sering kalah bersaing, sehingga membuat rendah hasil
produksi, produktivitas dan pendapatan, 3 distribusi hasil tidak seimbang dan adil karena akses terhadap usaha perikanan yang berbeda, 4 kebijakan yang
tumpang tindih dan membuat kebijakan secara spasial untuk daerah pesisir pantai dan pulau kecil sehingga mengakibatkan banyak area yang rusak, 5 kelebihan
investasi pada beberapa sektor, sementara yang lain memiliki investasi yang sangat terbatas, dan 6 kemiskinan yang berkepanjanganstruktural terutama di
desa pesisirdesa nelayan. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan
wilayah sentra produksi ikan namun bisa juga dikatakan sebagai wilayah dengan tingkat pendapatan penduduknya tergolong di bawah garis kemiskinan
Budiharsono, 2001 dalam Muhammad, 2002. Kemiskinan berkembang di pesisir karena beberapa faktor, yaitu:
1 sumberdaya pesisir sering bersifat akses terbuka setidaknya secara de facto, 2 wilayah yang paling tertekan karena berbagai kegiatan pembangunan dan
dampak pembangunan, dan 3 wilayah yang kurang diperhatikan jika dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana umum. Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan berkembang di pesisir adalah padat penduduk, kualitas penduduk yang rendah, dan tidak adanya akses ke sumber modal, teknologi, dan
pasar Direktur Jenderal Pesisir Pantai dan Pulau Kecil, 2000. Kemiskinan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa pengertian.
Pengertian kemiskinan sekurang-kurangnya dalam lima kelas, yaitu:
1 kemiskinan absolut, 2 kemiskinan relatif, 3 kemiskinan struktural, 4 kemiskinan kronis, dan 5 kemiskinan sementara. Pada kasus nelayan akibat
adanya perubahan yang bersifat musiman maka kemiskinan nelayan digolongkan dalam kemiskinan sementara yakni kemiskinan yang disebabkan karena
perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi dan adanya perubahan yang bersifat musiman Darwis dan Nurmanaf, 2001.
Pada umumnya sebagian besar anggota rumahtangga miskin bekerja pada kegiatan-kegiatan yang memiliki produktivitas yang rendah dan mengandalkan
pekerjaan fisik dengan keterampilan yang minimal. Hal ini disebabkan karena rendahnya aksesibilitas angkatan kerja terhadap penguasaan faktor-faktor
produksi Darwis dan Nurmanaf, 2001. Kemiskinan nelayan dicirikan oleh
pendapatan yang berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif, tingkat pendidikan keluarga rendah, dan potensi tenaga kerja keluarga istri dan anak belum dapat
dimanfaatkan dengan baik. Kemiskinan nelayan lebih dekat kepada bentuk kemiskinan struktural daripada bentuk kemiskinan
fisik absolut
Siregar et. al, 1995. Rivai 1989 menyatakan bahwa pembangunan di Indonesia tidak semata-
mata berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperhatikan asas pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Upaya meningkatkan kesejahteraan
msyarakat miskinmasyarakat lapisan bawah merupakan pengejawantahan dari asas pemerataan tersebut, kemudian pada gilirannya mempunyai kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dalam upaya untuk menanggulangi kemiskinan, ada dua strategi utama
yang dapat ditempuh yaitu: 1 melakukan berbagai upaya untuk melindungi rumahtangga dan kelompok masyarakat miskin sementara sebagai akibat dampak
krisis ekonumi, dan 2 membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural dengan memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk berusaha. Strategi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kemiskinan baru Darwis dan Nurmanaf, 2001.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin yakni kebijaksanaan pemberian dan perbaikan kualitas tenaga kerja. Kemampuan
ini dapat dimiliki oleh golongan termiskin melalui kursus-kursus dan pembinaan yang tepat guna untuk melakukan diversifikasi usaha baik secara vertikal maupun
horizontal. Untuk mengiringi aktivitas tersebut dan memperbaiki struktur pemilikan aset perlu kiranya disediakan kredit bersubsidi dan tanpa agunan
diiringi dengan subsidi bantuan peralatan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan pola usaha yang dipilih Luthfi, 1993.
Menurut Suparmoko 1989 dalam rangka mencapai tujuan pokok membangun masyarakat nelayan, perlu dilakukan usaha sebagai berikut:
1 peningkatan produksi dan produktivitas, 2 peningkatan kesejahteraan nelayan melalui perbaikan pendapatan, dan 3 penyediaan lapangan kerja.
Menjaga kelestarian sumberdaya hayati perikanan dan pola manajemen dalam pengelolaan sumberdaya ikan juga merupakan usaha untuk membangun
masyarakat nelayan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN