Shuppatsu wa itsu kashira? Kapan ya berangkatnya?
b. 相手 質問
意味 表
Aite ni shitsumon suru imi wo arawasu. Digunakan untuk menunjukkan maksud pertanyaan lawan biacara.
Contoh : 本
い ?
Kono hon, anata no ja nai kashira? Buku ini, bukankah punyamu?
Dari contoh kalimat di atas, dapat diketahui bahwa partikel kashira dipakai setelah nomina, ajektiva-i dan ajektiva-na secara langsung atau terlebih
dulu ditambah desu, dan dapat dipakai setelah verba bentuk kamus, bentuk masu, bentuk lampau, dan bentuk negatif. Selain itu kata kashira dapat dipakai setelah
kata-kata tanya seperti doo, itsu, doko, dare, dan sebagainya.
2. Partikel wa, wayo, wane
Partikel wa dipakai pada bagian akhir kalimat ragam lisan. Partikel wa sering dipakai dalam ragam bahasa wanita untuk melemahlembutkan bahasa yang
diucapkan. Hal ini sebagai salah satu cara untuk menunjukkan femininitas penuturnya. Partikel wa dipakai setelah ajektiva-na ditambah da atau desu,
adjektiva-i bentuk kamus atau ditambah desu, nomina ditambah da, atau setelah verba bentuk kamus, bentuk masu, bentuk negatif, atau bentuk lampau. Contoh:
1 素晴
いわ Maa, subarashii wa.
Wah, menakjubkan ya.
2 綺麗
わ
Maa, kireida wane. Wah, cantik kan.
3 う
終わ わ
Moo owatta wayo. Sudah selesai kan.
Partikel wa pada kalimat 1 dipakai untuk menyatakan perasaan pembicara seperti rasa haru, rasa terkejut, rasa kagum, pikiran atau pendapat, dan kemauan
atau keinginan pembicara. Partikel wa dapat ditambah partikel ne sehingga menjadi wane seperti pada kalimat 2. Pemakaian partikel wane ini berfungsi untuk
meminta persetujuan atau meminta ketegasan dari lawan bicara tentang hal-hal yang diucapkannya. Partikel wa pun dapat ditambah partikel yo sehingga menjadi
wayo seperti pada kalimat 3. Pemakaian parikel wayo ini berfungsi untuk menyatakan ketegasan atau penekanan pada pendapat, pikiran, atau hal-hal lain
yang diucapkan secara halus atau secara lemah lembut.
3. Partikel no, noyo, dan none
Partikel noyo berasal dari dua buah partikel yaitu partikel no dan yo. Begitu juga partikel none yang berasal dari patikel no ditambah partikel ne. Partikel no
dipakai untuk menyatakan keputusan atau ketegasan pembicara seperti pada kalimat berikut ini.
a. 親
Kare wa totemo shinsetsuna no. Ini sangat baik ya.
b. う
いい Moo ii no.
Sudah baik ko.
Tetapi apabila terbatas pada pemakaian partikel no seperti pada kalimat di atas, tidak tampak ciri-ciri ragam bahasa wanita, karena penutur pria pun
terutama anak-anak sering mengucapkan partikel no. Partikel no pada akhir kalimat tanya dapat diucapkan baik oleh pria maupun wanita. Sedangkan partikel
no pada akhir kalimat berita merupakan kekhasan ragam bahasa wanita. Sehingga
penutur pria tidak akan mengucapkan kalimat berikut ini, Shooji 1997 dalam Sudjianto 2007.
a. 大好
Furuutsu ga daisuki nano. Suka buah deh.
b. 見事
庭 Migotona oniwa desu nonee.
Kebunnya bagus sekali ya.
Lain halnya apabila partikel no ditambah partikel yo atau ne seperti pada kalimat berikut :
1. 親
Kare wa totemo shinsetsuna noyo. Ini sangat baik loh ya.
2. 綺麗
Kireina none. Cantik kan ya..
Pada kalimat-kalimat di atas tampak sekali kelemahlembutan atau
keramahtamahan penuturrnya sebagai akibat pemakaian partikel noyo dan none. Partikel noyo pada kalimat 1 berfungsi menyatakan pendapat atau pikiran yang
diucapkan dengan lemah lembut dan penuh kesopanan. Begitu juga partikel none pada kalimat 2 berfungsi untuk menyatakan pendapat yang tidak tegas sehingga
dirasa perlu meminta pendapat atau ketegasan dari lawan bicara.
3. Partikel koto dan kotoyo