Tabel XII. Distribusi Penggunaan Insulin Kombinasi ADO Non-Sulfonilurea Pada Pasien DM Rawat Inap Rumah Sakit panti rapih Yogyakarta
Periode Januari-Desember 2005
Kombinasi obat Σ Kasus
Persentase Insulin + biguanid
6 87,5
Insulin + Meglitinid 1
12,5 Total
7 100
e. Kombinasi antidiabetes oral ADO
Penggunaan terapi kombinasi antidiabetes oral tecatat sebanyak 11 kasus dan seluruh pasien pulang dengan keadaan membaik atau sembuh.
Kombinasi antidiabetes oral ADO yang digunakan anatara lain: biguanid dan penghambat glukosidase-
α; sulfonilurea dengan biguanid; dan sulfonilurea dengan penghambat glukosidase-
α. Terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea dengan biguanid. Menurut Waspadji 1996
pemberian kombinasi biguanid dan sulfonilurea merupakan kombinasi yang rasional karena cara kerja yang berbeda dan saling aditif.
Ditemukan 2 kasus yang menggunakan kombinasi 3 antidiabetes yaitu sulfonilurea, biguanid dan penghambat glukosidase-
α. Kedua pasien yang menerima terapi kombinasi tersebut telah menerima kombinasi 3 golongan
antidiabetes sekaligus dan penggunaannya dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan 3 antidiabetes sekaligus kurang efektif karena sebelum dilakukan
kombinasi 3 antidiabetes, pasien tercatat telah mencapai kadar gula normal. Selain itu penggunaan 3 antidiabetes dapat memperbesar risiko hipoglikemi. Hal
tersebut dapat digolongan kasus DRP adverse drug reaction karena adanya kemungkinan peningkatan risiko terjadinya hipoglikemi.
Rata-rata kadar gula akhir pasien tidak dapat dihitung karena data kadar gula akhir pasien pada kartu rekam medik tidak lengkap. Rata-rata durasi pasien
tinggal tercatat paling pendek dibanding kasus yang menggunakan terapi lain.
Tabel XIII. Distribusi Penggunaan Kombinasi ADO pada Pasien DM Rawat Inap Rumah Sakit panti rapih Yogyakarta Periode Januari-
Desember 2005
Kombinasi Obat Σ Kasus
Persentase biguanid + sulfonilurea
6 54,5
penghambat glukosidase- α +
sulfonilurea 1
9,1 biguanid + penghambat
glukosidase- α
2 18,2
Sulfonilurea + biguanid + penghambat glukosidase-
α 2
18,2 Total
11 100
f. Tidak menggunakan antidiabetes
Tercatat ada 11 kasus pasien yang tidak menggunakan terapi antidiabetes sama sekali walaupun telah didiagnosis menderita DM. Dari 11 kasus tercatat
hanya 7 pasien pulang dalam keadaan mambaik atau sembuh. Satu pasien tercatat meninggal, dan 2 lainnya pulang APS.
Rata-rata kadar gula akhir pasien tercatat lebih tinggi daripada kadar gula awal. hal tersebut menunjukkan belum tercapainya tujuan terapi terhadap pasien
DM yaitu pengontrolan kadar gula darah. Rata-rata durasi tinggal pasien adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang paling pendek dibanding pasien dengan terapi lain karena beberapa diantaranya tercatat meninggal dan pulang APS sebelum diinyatakan sembuh oleh
dokter. Pasien tanpa terapi antidiabetes termasuk dalam salah satu kasus DRP butuh
terapi obat tambahan karena adanya gejala DM tidak mendapat penanganan yang seharusnya. Hal tersebut tentu saja dapat memperparah DM dan berpotensi
meningkatkan risiko kematian pasien. Dari pengamatan terhadap hasil terapi dengan menggunakan sampel yang
terbatas dapat disimpulkan bahwa terapi dengan menggunakan kombinasi insulin dengan non-sulfonilurea adalah jenis terapi yang paling baik karena paling
mampu menurukan kadar gula darah pasien menjadi mendekati normal. Telah diketahui sebelumnya tujuan terapi terhadap pasien DM yang paling utama adalah
menurunkan kadar gula pasien menjadi mendekati normal karena hal tersebut mampu memperlambat dam mengurangi resiko tejadinya komplikasi.
D. Kecenderungan dan Kerasionalan Pemilihan Antidiabetes
Penelitian-penelitian sebelumya menyebutkan bahwa antidiabetes yang paling banyak digunakan dalam terapi pasien diabetes mellitus adalah sulfonilurea.
Diantaranya Ule 2000 menyatakan bahwa antidiabetika oral yang digunakan untuk terapi pasien DM di instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih pada tahun 1997
terdiri dari 6 jenis yaitu golongan sulfonilurea meliputi glibenklamida, glikuidon, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI