sangat tinggi yaitu 30 mgdL sedangkan kemampuan sulfonilurea untuk menstimulasi pelepasan insulin dari sel
β pada kadar gula yang sangat tinggi kadangkala justru menyebabkan terjadinya keracunan glukosa glucose toxicity.
Metformin juga mempunyai efek positif terhadap beberapa komponen sindrom resistensi insulin diantaranya: metformin mampu mengurangi kadar
trigliserida plasma dan kadar low density lipoprotein cholesterol LDL-C sampai kira-kira 8 sampai 15, juga meningkatkan high desity lipoprotein cholesterol
HDL-C sampai 2 . Selain itu, metformin juga mampu mengurangi resiko komplikasi makrovaskular pada pasien obesitas, secara signifikan mampu mereduksi
semua penyebab kematian dan resiko stroke jika dibandingkan dengan sulfonilurea dan insulin Triplitt et al. 2005. Alasan-alasan tersebut menjadikan pergeseran
kecenderungan terapi dari sulfonilurea ke metformin menjadi cukup masuk akal Pemusatan kecenderungan terapi antidiabetes pada metformin sangat sesuai
dengan perkembangan pengobatan diabetes menurut Triplitt et al. 2005 yang menyebutkan bahwa pasien dengan obesitas 120 Berat badan Ideal tanpa
kontraindikasi dapat memulai terapi dengan menggunakan metformin, sedangkan pasien dengan berat badan mendekati normal dapat menggunakan terapi insulin.
Dikatakan juga bahwa dengan pertimbangan ekonomi dan efikasi maka metformin dan insulin cenderung menjadi pilihan primer dan sekunder dalam terapi pasien
diabetes mellitus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Rangkuman Pembahasan
Dari penelitian terhadap profil pasien DM RSPR periode Januari-Desember 2005 diketahui bahwa jumlah pasien laki-laki sebanding dengan jumlah pasien
perempuan sehingga faktor jenis kelamin dapat dikatakan bukan merupakan faktor resiko terjadinya DM. Pasien DM tercatat paling banyak berumur diatas 60 tahun
karena terjadinya penurunan fungsi organ pada usia lanjut. Kasus DM tipe 2 lebih banyak dijumpai daripada DM tipe 1. Kasus DM tipe
2 paling sering ditimbulkan oleh kegemukan pada penderita. Kegemukan yang terjadi menyebabkan sel
β pulau langerhans yang memproduksi insulin menjadi kurang peka terhadap rangsang yang berupa kenaikan kadar glukosa dalam darah.
Jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien adalah DM dengan penyakit penyerta. Infeksi merupakan penyakit penyerta paling umum yang diderita
oleh pasien. Diantaranya adalah DM dengan infeksi virus, gastro enteritis GE amoeba, urinary track infection UTI, dan infeksi pada clavus. Sedangkan
komplikasi yang paling banyak terjadi adalah ulkus. Ulkus yang terjadi disebabkan karena berkurangnya aliran darah yang menuju ke bagian bawah tubuh sehingga
resiko terjadinya kerusakan jaringan akibat infeksi juga meningkat. Kelas terapi antidiabetes paling banyak diresepkan kepada pasien hal ini
jelas karena semua pasien terdiagnosis menderita diabetes. Penggunaan antidiabetes oral secara tunggal mempunyai persentase penggunaan paling besar. dari fakta
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien DM rawat inap RSPR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
periode Januari-Desember 2005 adalah pasien DM yang kriteria pengendalian kadar glukosa dalam darahnya masih tergolong baik karena penggunaan antidiabetes oral
secara tunggal adalah yang paling banyak digunakan dibandingkan penggunaan secara kombinasi baik dengan insulin ataupun dengan antidiabetes oral lainnya.
Dari tabel penelitian hasil terapi pasien dengan jumlah sampel yang terbatas dapat disimpulkan bahwa jenis terapi yang paling baik adalah bahwa terapi dengan
menggunakan insulin kombinasi dengan non sulfonilurea adalah jenis terapi yang paling baik karena paling mampu menurukan kadar gula darah pasien menjadi
mendekati normal sehingga secara tidak langsung mampu memperlambat dan mengurangi terjadinya risiko komplikasi. DRP yang terjadi selama terapi meliputi
adverse drug reaction ADR sebanyak 4 kasus dan butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus.
Golongan obat antidiabetes yang paling banyak diresepkan pada pasien DM RSPR periode Januari-Desember 2005 baik secara kombinasi maupun tunggal adalah
biguanid yaitu metformin. Hasil ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa sulfonilurea yang paling banyak digunakan sebagai terapi
pada pasien DM pada tahun 1997 sampai dengan 2003. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran trend terapi dari sulfonilurea menjadi biguanid yaitu metformin.
Pergeseran trend terapi dari sulfonilurea menjadi metformin dapat disebabkan karena adanya pertimbangan terhadap kemungkinan terjadinya toleransi
akibat perangsangan insulin yang terus-menerus oleh sulfonilurea, sehingga terapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap pasien pasien DM mulai diarahkan pada biguanid yang mekanismenya adalah menurunkan produksi glukosa. Hal lainnya adalah adanya peningkatan
jumlah pasien yang mengalami obesitas sehingga biguanid yang tidak berpotensi meningkatkan berat badan mulai banyak digunakan terutama sebagai pilihan terapi
terhadap pasien DM obese. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Profil pasien diabetes mellitus di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari-Desember 2005 adalah sebagai berikut ini. a.
Pasien perempuan lebih banyak yaitu 32 kasus 51 b.
Pasien terbanyak pada kelompok umur lebih dari 60 tahun yaitu 29 kasus 46,1
c. Tipe diabetes mellitus DM yang paling banyak diderita adalah DM tipe 2
yaitu 62 kasus 98,4 d.
Jenis kasus penyakit DM yang paling banyak terjadi adalah DM dengan penyakit penyerta sebanyak 29 kasus 46
e. Penyakit komplikasi yang paling banyak terjadi adalah DM dengan ulkus
sebanyak 11 kasus 17,5 f.
Penyakit penyerta yang paling banyak terjadi adalah kasus infeksi sebanyak 6 kasus 9,5
2. Profil peresepan pasien DM di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2005 adalah sebagai berikut ini.
a. Kelas terapi antidiabetes paling banyak diresepkan yaitu 53 kasus 84,1
56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Golongan antidiabetes yang paling banyak diresepkan adalah biguanid yaitu
metformin sebanyak 30 kasus 47,6 c.
Antidiabetes paling banyak digunakan secara tunggal sebanyak 15 kasus 23,8
3. Dari hasil terapi pasien DM RSPR periode Januari-Desember 2005 penggunaan kombinasi insulin dengan sulfonilurea memberikan hasil penurunan kadar gula
darah yang paling baik. DRP yang terjadi selama terapi meliputi adverse drug reaction ADR 4 kasus 6,3 dan butuh terapi obat tambahan sebanyak 11
kasus 17,5. 4. Terjadi pergeseran kecenderungan terapi dari golongan sulfonilurea ke golongan
biguanid pada periode Januari-Desember 2005
B. Saran
Dari hasil penelitian disarankan : 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah trend terapi terhadap
pasien DM memang telah bergeser menjadi metformin ataukah pergeseran tersebut hanya terjadi pada periode Januari-Desember 2005 saja.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis terapi antidiabetes baik yang diberikan secara tunggal maupun yang diberikan secara kombinasi yang
memberikan hasil terapi paling baik terhadap pasien DM. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI