Terapi insulin kombinasi dengan ADO non-sufonilurea
glikazida, klorpropamida, golongan biguanida digunakan metformin dan golongan glukosidase inhibitor digunakan akarbosa. Glibenklamid paling banyak digunakan
diikuti akarbosa dan metformin. Nadeak 2000 dalam skripsinya yang berjudul “Pola Penggunaan
Antidiabetika Oral bagi Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di Rumah sakit Bethesda Yogyakarta Periode Januari-Desember 1998” juga menyebutkan bahwa
jenis antidiabetes oral yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah insulin.
Sumiyem 2003 dalam skripsinya yang berjudul “Pola Peresepan Obat- Obat Hipoglikemik Oral untuk Penderita Diabetes Mellitus Usia Lanjut di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit St. Antonio Sumatra Selatan Periode Tahun 2002” menyebutkan bahwa sulfonilurea merupakan antidiabetes oral yang paling banyak
diresepkan pada pasien DM terutama glikazid. Suryawanti 2004 dalam skripsinya yang berjudul “Pola Peresepan Obat
Hipoglikemi dan Studi Literatur Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Januari-Maret 2002” juga menyebutkan
golongan obat hipoglikemi yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea, diikuti oleh golongan biguanid, kemudian golongan glinid dan penghambat
α-glukosidase, dan yang paling sedikit digunakan adalah insulin.
Utomo 2005 dalam skripsinya yang berjudul “Gambaran Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Juli-Desember 2003” menyebutkan bahwa golongan sulfonilurea paling banyak dipakai terutama glibenklamid.
Sebagai bahan perbandingan maka pada tabel XIV akan disajikan 9 hasil penelitian peresepan antidiabetes terhadap pasien DM di berbagai rumah sakit dari
tahun 1997 sampai dengan tahun 2003 kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian penulis.
Dari tabel XIV dapat diketahui bahwa pada penelitian-penelitian sebelumnya sulfonilurea cenderung selalu menjadi pilihan dalam pemberian terapi
terhadap pasien DM dibandingkan obat antidiabetika oral lainnya. Dapat dilihat juga bahwa dari tahun ke tahun penggunaan antidiabetes semakin mengalami
perkembangan. Tahun 1997 antidiabetes yang digunakan hanya meliputi golongan sulfonilurea, biguanid, dan penghambat
α-glukosidase namun pada tahun 2002 sampai 2003 mulai digunakan meglitinid dan thiazolidin.
Dari tabel VIII, XII, XIII dan gambar 3 dapat diketahui bahwa golongan biguanid yaitu metformin mempunyai persentase paling besar sebagai obat pilihan
pada terapi pasien DM baik yang diresepkan dan digunakan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan antidiabetes lain. Hal tersebut berarti kecenderungan trend
pemilihan dan penggunaan antidiabetes yang menurut penelitian-penelitian sebelumnya berpusat pada sulfonilurea telah mengalami pergeseran dan menjadi
berpusat pada biguanid. Namun begitu mulai dari tahun 1997 sampai dengan 2005 sulfonilurea tetap relatif tinggi penggunaannya.