55
penelitian ini berjumlah 120, dan butir instrumentasi penelitian berjumlah 20 butir pertanyaan.
Yang dilakukan dalam Two-Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara
yang dilakukan daalm menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi sebuah
indikator bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi Zscore dengan mean = 0, deviasi standar
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda Hair et.al., 1998.
3.5.6. Evaluasi Model
Hair et.al., 1995, menjelaskan dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model.
Umumnya terhadap berbagai jenis fit indeks yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data
yang disajikan. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodnees of fit yaitu Chi-Square, Probability RMSEA,
GFI, AGFI, EMINDF, TLI, CFI
56
Tabel 3.1 Good of Fit Indices Goodnees of Fit
Index Keterangan Cut
of Value
X
2
Chi Square Menguji apakah covariance populasi
yang diestimasi sama dengan covariance
Diharapkan kecil, 1 s.d 5
atau paling baik diantara 1
dan 2
Probability Uji signifikan terhadap perbedaan
matrix covariance data dalam matrix covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 dan 0,2 atau
05 ,
RMSEA
Mengkompensasi kelemahan Chi Square pada sampel besar
08 ,
GFI
Menghitung proporsi tertimbang variance dalam matrix sampel yang
dijelaskan oleh matrix covariance populasi yang diestimasi
90 ,
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF
0,90 CMIND OF
Kesesuaian antara data dan model 00
, 2
TLI
Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model
95 ,
Cfi
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sampel
dan kerumitan model 94
,
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pelayanan Air Minum untuk wilayah Kota Surabaya sebenarnya sudah ada sejak Tahun 1927, yaitu sejak pemerintahan Belanda yang
dikelola oleh suatu badan yang disebut “GUMINTO”. Pada saat setelah merdeka dengan terbentuknya Pemerintahan
Indonesia, maka pelayanan air minum berubah menjadi Dinas Saluran Air Minum. Pengawasan, tanggung jawab dan wewenang Pemerintahan
Tingkat I Jawa Timur. Kemudian pada Tahun 1890 air minum untuk Kota Surabaya
pertama kali diambil dari sumber mata air di desa Perut Pasuruan diangkat dengan kereta api. Kemudian pada Tahun 1903 pemasangan pipa dari
Pandaaan oleh NV. Biernie selama tiga tahun. Kemudian pada Tahun 1906 jumlah pelanggan kurang lebih 1.500 sambungan. Kemudian pada Tahun
1922 Instansi Pengelolahan Air Minum ipam Ngagle I dibangun dengan kapasitas 60 ltdtk. Kemudian pada Tahun 1932 mata air umbulan
ditingkatkan dengan membangun rumah pompa baru. Kenudian pada tahun 1942 ipam Ngagle I ditingkatkan kapasitasnya menjadi 180 ltdtk. .
Kemudian pada Tahun 1950 Perusahaan Air Minum diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Kota Praja Surabaya. Kemudian pada