53
Menggunakan critikal ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan skewness value yang
biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut 2 value. Pada tingkat signifikan 1 persen, jika
nilai -2 lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
Normal Probability Plot SPSS 10.1 Linieritas dengan mengatasi scatterplots dari data yaitu dengan memilih
persaingan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
3.5. Uji Hipotesis 3.5.1. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling SEM.
Model pengukuran variabel Iklim Organisasi, Karakteristik pekerjaan, Kepuasan kerja, Komitmen karyawan dan Performansi kerja
menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Confirmatory Factor Analysis yaitu uji kesesuian model serta uji signifikansi bobot faktor laten
konstruk laten. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
3.5.2. Evaluasi atas Outlier
Mengamati nilai 2-score variabel : ketentuan ,
3
non outlier. Multivariate outlier diuji dengan kriteria mahalonobis pada tingkat p
0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square
2
pada df degrees of freedom
54
sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahalanobis dari nilai
2
adalah multivariate outlier. Outlier adalah observasi atau data dua yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh berbeda dari
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi Hair, 1995.
3.5.3. Deteksi Multikolinerity dan
Singularity dengan mengamati
Determinant Matrix Covarians.
Dengan demikian nilai determinant matrix covarians yang sangat kecil maka memberi indikasi adanya multikolineariti dan singularitas.
3.5.4. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung koefisien jalur diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR Critical
Ratio atau P Probability yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3.5.5. Pengujian dengan Two- Step Approach
Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang
digunakan Hartline Ferrel, 1996 dan keakuratan reliabilitas indikator- indikator terbaik dapat dicapai dalam Two-Step Approach ini. Two-Step
Approach bertujuan untuk menghindari interaksi model pengukuran dan model structural pada One-Step Approach hair et.al., 1998. Sampel data
55
penelitian ini berjumlah 120, dan butir instrumentasi penelitian berjumlah 20 butir pertanyaan.
Yang dilakukan dalam Two-Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara
yang dilakukan daalm menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi sebuah
indikator bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi Zscore dengan mean = 0, deviasi standar
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda Hair et.al., 1998.
3.5.6. Evaluasi Model