PENGARUH IKLIM ORGANISASI, KARAKTERISTIK KERJA, KOMITMEN KARYAWAN, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PERFORMANSI KERJA KARYAWAN DI PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA.
KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
DEDY MUBIONO
0412010279/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
PENGARUH IKLIM ORGANISASI, KARAKTERISTIK KERJA,
KOMITMEN KARYAWAN, DAN KEPUASAN KERJA
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
DEDY MUBIONO
0412010279/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
SKRIPSI
(3)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis tujukan kepada Allah SWT. Karena karuniaNya, penulis bisa menyelesaikan Proposal Penelitan ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Proposal Penelitian ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan proposal penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya. Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka yang disebut berikut :
1. Ayah dan Ibu yang telah membimbing dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. Teguh Soedarto, MP Selaku Rektor UPN ″Veteran″ Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan FE / EM UPN ″Veteran″ Jawa Timur .
4. Bapak. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Wakil Dekan FE / EM UPN ″Veteran″ Jawa Timur .
5. Bapak Drs. Muhadjir, MSi selaku Ketua jurusan FE / EM UPN ″Veteran″ Jawa Timur .
(4)
ii
6. Bapak Drs. Ec. Bowo santoso, MM selaku Dosen Pembimbing utama.
7. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Terima kasih buat semua ilmunya.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan proposal penelitan ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.
Surabaya, Desember 2010
(5)
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH ... 7
1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 8
1.4 MANFAAT PENELITIAN………. .... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU ... 10
2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 12
2.2.1.1 Pengertian Manjemen Sumber Daya Manusia
...
122.2.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia ... 13
2.2.2 IKLIM ORGANISASI 2.2.2.1 Pengertian Iklim Organisasi ... 14
2.2.2.2 Indikator Iklim Organisasi ... 16
(6)
iv
2.2.3.2 Indikator Karakteristik Kerja ... 19
2.2.4 PERFORMANSI KERJA
2.2.4.1 Pengertian Performansi Kerja ... 21
2.2.4.2 Indikator Performansi ... 24
2.2.4 KEPUASAN KERJA
2.2.5.1 Pengertian Kepuasan Kerja ... 25
2.2.5.2 Indikator Kepusan Kerja ... 27
2.2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengruhi Kepuasan Kerja .. 30
2.2.5.4 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow ... 31
2.2.6 KOMITMEN KARYAWAN
2.2.6.1 Pengertian Komitmen... 32
2.2.6.2 Indikator Komitmen Karyawan ... 35
2.3 PENGARUH ANTAR VARIBEL
2.3.1 Pengaruh antara Iklim Organisai terhadap
Performansi Kerja ... 37
2.3.2 Pengaruh antara Komitmen Karyawan terhadap
Performansi Kerja ... 37
2.3.3 Pengaruh antara Karakteristik terhadap Performansi
Kerja ... 39
2.3.4 Pengaruh antara Kepuasan Kerja terhadap
(7)
v BAB III METODE PENELITIAN
3.1 DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL
3.1.1 Definisi Operasional ... 43
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 47
3.2 TEKNIK PENENTUAN SAMPEL 3.2.1 Populasi ... 48
3.2.1 Sampel ... 48
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.3.1 Data ... 50
3.3.2 Pengumpulan Data ... 50
3.4 TEKNIK ANALISIS DATA 3.4.1 Uji Validitas ... 51
3.4.2 Uji Reabilitas ... 51
3.4.3 Uji Normalitas ... 52
3.5 UJI HIPOTESIS 3.5.1 Model untuk analisa data SEM ... 53
3.5.2 Evaluasi Outlier ... 53
3.5.3 Deteksi Multikolinerity dan Singularity... 54
3.5.4 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 54
3.5.5 Pengujian dengan Two-Step Approach ... 54
(8)
vi
4.1.1 Gambar Umum Obyek Penelitian ... 57
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 60
4.2 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN 4.2.1 Gambaran Umum Keadaan Responden ... 69
4.2.2 Deskripsi Variabel Iklim Organisasi ... 70
4.2.3 Deskripsi Variabel Karakteristik Pekerjaan ... 72
4.2.4 Deskripsi Variabel Komitmen Karyawan ... 73
4.2.5 Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ... 74
4.2.6 Deskripsi Variabel Performansi Kerja ... 76
4.3 DESKRIPSI HASIL ANALISIS DAN UJI HIPOTESIS 4.3.1 Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 77
4.3.2 Evaluasi atas Outlier ... 78
4.3.3 Deteksi Multicollinierity ... 79
4.3.4 Uji Validitas dan Reabilitas ... 80
4.3.5 Pengujian Model dengan one-Step Apploach ... 84
4.3.6 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 87
4.4 PEMBAHASAN 4.4.1 Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Performansi Kerja ... 88
4.4.2 Pengaruh Karakteristik Pekerjaan terhadap Performansi Kerja ... 90
(9)
vii
4.4.4 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Performansi
Kerja ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN ... 94
5.2 SARAN ... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
v
Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 Hasil Pengujian Normalitas
Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier
Lampiran 5 Hasil Pengujian Validitas Standardize faktor loading dan
construct dengan confirmatory factor analysis
Lampiran 6 Hasil Pengujian Reliability Consistency Internal
Lampiran 7 Hasil Pengujian Construct Reliability dan Variance Extraced
(11)
KOTA SURABAYA
DEDY MUBIONO
Abstraksi
Salah satu keberhasilan organisasi adalah tergantung dari perilaku individu. Untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, organisasi harus memperlakukan individu secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan seperti menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan), memberikan jaminan perlindungan, keamanan dan menghindari tekanan yang berat di tempat kerja untuk mengembangkan potensi dirinya. Karena bagaimanapun juga, tingginya tingkat motivasi dan komitmen pekerja terhadap organisasi yang baik akan memunculkan komitmen yang kuat dari para karyawannya, yang selanjutnya akan memperbaiki performansi kerjanya dalam organisasi perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel iklim organisasi, karakteristik kerja, komitmen karyawan dan kepuasan kerja terhadap performansi kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Iklim Organisasi (X1), Karakteristik Kerja (X2), Komitmen Karyawan (X3), Kepuasan Kerja (X4) dan Performansi Kerja Karyawan (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya. Teknik penelitian ini menggunakan teknik sampel probability sampling dengan metode simple random sampling. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equatioan Modelling (SEM). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa iklim organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap Performansi kerja karyawan, karakteristik kerja berpengaruh positif signifikan terhadap Performansi kerja karyawan , komitmen karyawan berpengaruh positif signifikan terhadap Performansi kerja karyawan dan kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap performansi kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
Keywords :
I
klim Organisasi, Karakteristik Kerja, Komitmen Karyawan, Kepuasan Kerja Dan Performansi Kerja Karyawan.(12)
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan perekonomian pasar bebas dalam abad 21 adalah
persaingan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia adalah yang
menjadi perencanaan, pelaku dan penentu dari operasional perusahaan,
karena alat secanggih apapun yang dimiliki oleh suatu perusahaan tidak
akan berarti apa-apa jika peran aktif sumber daya manusia tidak di ikut
sertakan.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia
memiliki peranan dalam mewujudkan kesuksesan organisasi di masa
depan. Kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan memanajemeni
perubahan tersebut adalah komitmen.
Sesuai kodrat, manusia sebagai individu memiliki keterbatasan
kemampuan, tenaga maupun waktu. Sedangkan sebagai makhluk sosial
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapannya sendiri, maka
masing-masing individu dituntut untuk dapat melakukan kerjasama agar
kebutuhan dan harapannya terpenuhi. Kebutuhan ini pada umumnya
dilakukan dalam organisasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan
organisasi.
Demikian halnya antara individu dan organisasi mempunyai
(13)
tujuannya tanpa melalui organisasi dan organisasi tidak akan mencapai
tujuan dan sasarannya jika kerja sama antar sekelompok orang sebagai
anggota organisasi tidak dikelola secara baik.
Salah satu keberhasilan organisasi adalah tergantung dari perilaku
individu. Untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
organisasi harus memperlakukan individu secara manusiawi dengan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan seperti menyediakan
sarana yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan primer (sandang,
pangan, dan papan), memberikan jaminan perlindungan, keamanan dan
menghindari tekanan yang berat di tempat kerja untuk mengembangkan
potensi dirinya. Karena bagaimanapun juga, tingkat motivasi dan
komitmen pekerja terhadap organisasi yang baik akan memunculkan
komitmen yang kuat dari para karyawannya, yang selanjutnya akan
memperbaiki performansi kerjanya dalam organisasi perusahaan.
Pada prinsipnya tidak terciptanya komitmen karyawan pada
organisasi adalah ketidakpuasan karyawan pada iklim organisasi
perusahaan. Karyawan yang terpuaskan cenderung akan memiliki
karyawan yang tinggi terhadap organisasi, hal ini ditandai dengan adanya
loyalitas yang dimiliki karyawan terhadap perusahaan, mereka lebih
termotivasi dan lebih berprestasi di banding karyawan yang tidak puas
dengan iklim organisasi perusahaan. Sebaliknya karyawan yang tidak
terpuaskan pada iklim organisasi perusahaan mereka akan mengurangi
(14)
Nitisemito (1996:100) mengatakan bahwa sumber-sumber
ketidakpuasan dapat meliputi hal-hal yang bersifat material maupun non
material. Hal yang bersifat material misalnya rendahnya upah yang
diterima, fasilitas yang minimum dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang
bersifat non material misalnya penghargaan yang manusiawi, kebutuhan
untuk berpartisipasi dan sebagainya.
Jadi jelasnya bahwa rendahnya komitmen disebabkan karena
kurang terpuasnya kebutuhan dan harapan karyawan disebabkan karena
kurang terpuasnya kebutuhan dan iklim organisasi perusahaan yang kurang
baik. Jika karyawan merasa kebutuhan dan harapannya terpenuhi tentu
akan mempertahankan keanggotaannya, mengidentifikasi serta
mengabdikan diri sepenuhnya pada sasaran dan tujuan organisasi
perusahaan. Sehingga komitmen karyawan terhadap organisasi akan
tercipta dengan sendirinya. Dengan komitmen yang dimilikinya, karyawan
akan dapat bekerja dengan sepenuh hati, melibatkan diri secara aktif dan
mengembangkan daya inovatif serta kreatifitas dalam kegiatan organisasi
perusahaan dan pada gilirannya akan tercipta performansi kerja karyawan
yang tinggi yang pada akhirnya akan tercapai prestasi kerja yang tinggi.
Munculnya fenomena kemungkinan, rendahnya produktifitas,
timbulnya kegelisahan, terjadi tuntutan yang berakibat dengan mogok
kerja mencerminkan rendahnya tingkat komitmen karyawan terhadap
(15)
karyawan terhadap organisasi penting untuk diketahui oleh setiap
perusahaan.
Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah kinerja suatu
perusahaan yang sudah baik mengalami penurunan yang disebabkan oleh
karyawan itu sendiri. Hal ini dapat diketahui dari tingkat absensi pegawai
pada PDAM Surya Sembada kota Surabaya . Seperti halnya yang terjadi
pada PDAM Surya Sembada kota Surabaya dimana berdasarkan data yang
diperoleh, terjadi peningkatan tingkat absensi karyawan selama setahun
(16)
Tabel 1.1 Jumlah Pegawai PDAM Surya Sembada kota Surabaya yang pernah melakukan Presensi dan Absensi di tahun 2010
UNIT KERJA ABSENSI JML PRESENSI JML
S SD IR A IT T IPA
Sekper 0 0 0 0 0 0 1 0 1
SPI 0 2 10 0 12 5 6 1 12
Litbang 1 4 8 0 13 5 3 1 9
Hukum 0 2 1 0 3 1 6 0 7
Humas 0 0 1 1 2 0 1 0 1
UP3 0 2 13 0 15 4 16 0 20
Network System 0 3 7 1 11 3 8 0 11
Penunj. Pemel. Inst 0 2 1 0 3 6 1 1 8
QA 0 1 7 0 8 3 5 0 8
Staf Khusus 0 0 0 0 0 0 1 0 1
TSI 0 3 8 0 11 4 0 2 6
Kendas 2 1 6 0 9 10 9 1 20
Kepegawaian 0 5 5 0 10 4 5 1 10
Pengadaan Barang/Jasa & Pekerjaan 0 0 8 0 8 7 9 4 20
Pengamanan 1 2 1 0 4 0 1 0 1
Rumah Tangga 0 2 10 0 12 8 8 1 17
Tata Usaha 0 2 6 0 8 3 5 1 9
Bengkel Meter 0 1 1 0 2 1 14 0 15
Dist. Barat 0 2 8 0 10 10 11 1 22
Dist. Timur 0 3 9 3 15 0 11 0 11
Hub. Langg. Barat 0 2 17 0 19 12 8 0 20
Hub. Langg. Timur 0 8 18 0 26 15 22 2 39
Penertiban 0 1 6 0 7 3 9 4 16
Perencanaan Gambar 1 4 7 2 14 3 9 0 12
Akuntansi 0 1 11 0 12 13 4 4 21
Kas 0 3 7 0 10 5 9 4 18
Penag. Rek Pemerintah 0 3 2 0 5 3 2 0 5
Penag. Rek Swasta 0 1 11 0 12 5 7 0 12
Pergudangan 1 8 16 0 25 4 0 0 4
Rekening 0 1 5 0 6 0 2 0 2
IP Ngagel I 1 1 9 0 11 10 39 0 49
IP Ngagel II 0 0 11 0 11 2 32 0 34
IP Ngagel III 0 1 15 0 16 3 30 1 34
IPAM KP I 0 4 20 0 24 1 30 0 31
IPAM KP II 1 2 24 0 27 8 35 6 49
IPAM KP III 0 0 1 1 0 0 6 0 6
ISA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pembangkit Listrik 0 1 5 0 6 0 15 0 15
Manajement Representatif 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Proyek KP III 0 0 0 0 0 0 1 0 1
T O T A L 387 578
Sumber : PDAM Surya Sembada kota Surabaya
Keterangan :
S : Sakit IT : Izin terlambat
SD : Surat Dokter T : Terlambat
IR : Izin resmi IPA : Izin tanpa Absen
(17)
Tingginya tingkat absensi diatas mengindikasikan adanya
penurunan komitmen dari karyawa pada perusahaan. Fenomena penurunan
komitmen dari karyawan tersebut ditengarai karena adanya ketidakpuasan
terhadap tugas dan tanggung jawab yang telah di bebankan kepada
karyawan dan juga diantara rekan kerja kurang saling mendukung satu
sama lain sehingga karyawan banyak yang mangkir di waktu kerja
mengingat suasana kerja yang sudah tidak lagi kondusif.
Kondisi sebagaimana dijelaskan diatas yang terjadi secara
terus-menerus, secara tidak langsung akan memberikan dampak yang negative
pula pada performance atau kinerja dari karyawan, dimana hal tersebut
tercermin pada table dibawah ini :
Tabel 1.2 Realisasi Pendapatan PDAM Surya Sembada kota Surabaya tahun 2006 -2009 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Target Realisasi Selisih Prosentase 2006 30.000 28.000 2000 93.33 2007 36.000 35.500 500 98.61 2008 40.000 35.000 5000 87.50 2009 40.000 32.000 8000 80.00
Sumber : PDAM Surya Sembada kota Surabaya
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
pendapatan dari PDAM Surya Sembada kota Surabaya pada tahun 2006
hingga 2009 mengalami penurunan pada dua tahun terakhir. Hal ini
dibuktikan bahwa ketika pada tahun 2007 PDAM Surya Sembada kota
Surabaya memiliki pencapai yang bagus yakni 98,61% target dapat
terealisasi, namun pada 2 tahun berikutnya terus terpuruk bahkan pada tahun
(18)
Kondisi ini terjadi ditengarai karena iklim dalam organisasi yang tidak
kondusif sehingga mengurangi komitmen dan kepuasan dari karyawan,
disamping itu juga dapat disebabkan karena rumitnya karakteristik kerja
yang ada dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu mengadakan
penelitian dengan judul “ PENGARUH IKLIM ORGANISASI,
KARAKTERISTIK KERJA, KOMITMEN KARYAWAN, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP PERFORMANSI KERJA KARYAWAN DI PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA
“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di
atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah :
1. Apakah ada pengaruh iklim organisasi terhadap performansi kerja
karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya ?
2. Apakah ada pengaruh karakteristik kerja terhadap performansi kerja
karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya ?
3. Apakah ada pengaruh komitmen karyawan terhadap Performansi kerja
di PDAM Surya Sembada kota Surabaya ?
4. Apakah ada pengaruh kepuasan kerja terhadap performansi kerja
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan penulis
dalam penyusunan tugas akhir adalah :
1. untuk menganalis pengaruh iklim organisasi, terhadap performansi
kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
2. untuk menganalis pengaruh karakteristik kerja terhadap performansi
kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
3. untuk menganalis pengaruh komitmen karyawan terhadap
performansi kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota
Surabaya.
4. untuk menganalis pengaruh kepuasan kerja terhadap performansi
kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menyusun strategi, ataupun kebijakan perusahaan dan
kesejahteraan karyawan dapat dipenuhi.
2. Dengan mengetahui beberapa indikator dari iklim organisasi,
karakteristik kerja, komitmen karyawan, dan kepuasan kerja yang
(20)
pemikiran dalam memperbaiki kinerja karyawan pada khususnya dan
kinerja perusahaan pada khususnya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu kesempatan untuk
menerapkan teori yang diperoleh dalam kenyataan yang terjadi di
lapangan, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian – penelitian
(21)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Menurut Gendut Soekarno (2004) dengan judul penelitian
“Pengaruh Antara Komitmen Karyawan dan Iklim Organisasi Terhadap
Performansi Kerja, (suatu studi kasus pada PT.X di Surabaya)”.
Penentuan sampel penelitian ini adalah karyawan PT. X Surabaya.
Besarnya sample sesuai dengan kebutuhan minimal yang diperlukan oleh
Multivariate Analysis. Pedoman ukuran sampel (Ferdinan 2000) adalah
5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Dari pedoman ukuran sampel
diatas dapat diambil sampel sebesar 130 orang dari perhitungan 13
indikator dikali 10.
Hasil pengujian menemukan adanya unidimensinal dan tidak ada
multikolinier dalam komitmen karyawan, iklim organisasi dan performansi
kerja karyawan. Iklim organisasi berpengaruh terhadap performansi kerja
karyawan tidak dapat diterima. Komitmen kerja karyawan berpengaruh
terhadap performansi kerja karyawan tidak dak dapat diterima.
2. Hari Adianto, Yuke Agustin dan Happy Trindira (2005) meneliti
“Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerjaaan dan Kepuasan Kerja
Terhadap Performansi Kerja Operator pada Bagian Produksi”. Dimana
hasil penelitian yang terkait dengan analis ini, adalah sebagai berikut :
(22)
pekerjaan, kepuasan kerja internal dan kepuasan kerja eksternal
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
performansi kerja.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Falami (2005) dengan judul
Keterkaitan pengaruh kharakteristik kerja dan konteks organisasi terhadap
performansi kerja. Hasil penelitian tersebut yaitu variabel yang digunakan
terbukti memiliki beberapa pembentuk dan variabel yang diteliti memiliki
keterkaitan dan pengaruh terhadap performansi kerja.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Vivi dan Rorlen (2007) dengan
judul pengaruh iklim organisasi dan kedewasaaan terhadap kinerja
karyawan pada PT Graha Tungki Arsitektika Jakarta. Penelitian ini
memiliki hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel
iklim organisasi dan kedewasaan terhadap kinerja baik secara simultan
maupun secara parsial.
5. Soedjono (2005) dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada
Terminal Penumpang Umum di Surabaya”. Penelitian ini menggunakan
analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportional random sampling, dengan rincian Kantor Terminal 20
orang, Purabaya 99 orang, Tambak Oso Wilangun 29 orang, dan
Joyoboyo Bratang 51 orang. Setelah dilakukan seleksi terhadap daftar
(23)
memenuhi persyaratan untuk diproses olah berjumlah 13 angket,
sehingga sisanya tinggal 186 angket.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Suatu organisasi merupakan alat sosial dan teknologi yang terlalu
luas dan kompleks untuk dilaksanakan oleh satu orang saja. Manajemen
Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang dalam tujuannya memberikan suatu satuan kerja yang
efektif terhadap organisasi tersebut.
Zainun (2001 : 17) menyatakan bahwa sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan
disamping, bahkan dapat dikatakan manajemen itu pada hakikatnya adalah
manajemen sumber daya manusia atau manajemen sumber daya manusia
adalah identik dengan manajemen itu sendiri. Maka, sumber daya manusia
harus dikelola secara efektif dan efisien organisasi, sebagai salah satu
fungsi dalam perusahaan yaitu MSDM.
Ditambahkan menurut French dalam Soekidjo (1991) bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah sebagai penarikan, seleksi,
pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh
(24)
Sedangkan pengertian Manjemen Sumber Daya Manusia dalam
perspektif mikro seperti yang dijelaskan oleh Flippo (1980 : 20)
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintregrasian, pemeliharaan
dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan
individu, organisasi dan masyarakat”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia merupakan proses pendayagunaan manusia atau
pegawai yang mencakup penerimaan, penggunaan, pengembangan dan
pemeliharaan sumber daya manusia yang ada.
Secara konseptual Manjemen Sumber Daya Manusia dapat
dipahami melalui formula “M+SDM” kata “M” yang berasal dari kata
manajemen mengandung makna aplikasi dari fungsi – fungsi manajemen
yang lebih dikenal dengan POAC yaitu Planning, Organizing, Actualizing,
and Controlling. Sedangkan kata “SDM” berasal dari kata Sumber Daya
Manusia yang mengandung pemahaman bahwa manusia yang menjadi
sumber daya (resource) bagi organisasi.
2.2.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan utama manajemen sumber daya manusia sebagaimana
disampaikan oleh Pigors dan Myers (1961) yaitu lebih menekankan pada
(25)
1. Recruitment ( pengadaan ), yaitu suatu proses kegiatan mengisi formasi
yang lowong, mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran,
penyaringan sampai dengan pengangkatan dan penempatan. Jadi
pengadaan disini adalah upaya penemuan calon dari dalam maupun luar
untuk mengisi jabatan yang memerlukan SDM yang berkualitas.
2. Maintenance ( pemeliharaan ), merupakan tujuan manajemen untuk
membuat orang yang ada dalam organisasi betah dan bertahan, serta dapat
berperan secara optimal. Pemeliharaan SDM pada dasarnya untuk
memperhatikan dan mempertimbangkan secara seksama hakikat
manusianya.
3. Development ( pengembangan ) perlu dilakukan sesuai dengan
perkembangan organisasi. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga
yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan
dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah
menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
2.2.2 Iklim Organisasi
2.2.2.1 Pengertian Iklim Organisasi
Asumsi dasar dari teori iklim organisasi ini adalah bahwa persepsi
(26)
oleh persepsi dan prilaku anggota lain dalam system organisasi tersebut
(Reichers dan Schneider dalam Irfan Risa, 1998).
George Litwin (1968) mendefinisikan iklim organisasi sebagai
suatu set dari sifat-sifat yang dapat diukur dari suatu lingkungan organisasi
yang didasarkan pada persepsi secara kolektif dari orang-orang yang hidup
dan bekerja.
Iklim keterbukaan tercipta bila mana karyawan memiliki keyakinan
yang tinggi dan percaya pada keadilan keputusan dan tindakan manajerial.
Menciptakan iklim keterbukaan, keyakinan, dan kepercayaan amat
tergantung pada nilai dan tujuan manajemen. Iklim ini kelihatannya
menuntut kesungguhan manajemen puncak untuk memperlakukan
karyawan secara wajar, serta adanya tujuan organisasi yang memenuhi dan
mengintegrasikan kebutuhan dan tujuan karyawan serta organisasi
(Simamora, 1997:31).
Iklim organisasi mempunyai peranan penting terhadap kepuasan
kerja (Frederickon, 1996), performansi dan produktifitas (Litwin dan
Stringer, 1968), motivasi kerja (Litwin, 1979), dan komitmen (Fink,
1992). Dan sebagai pengaruh komitmen, iklim organisasi tertentu akan
mempercepat dan memberi tenaga pertumbuhan dan perkembangan
organisasi melalui pelaku-pelaku organisasi (karyawan) dan secara
(27)
2.2.2.2 Indikator Iklim Organisasi
Iklim Organisasi sebagai latent variabel yang diindikatori oleh
observe variabel yang diungkap oleh Vivi dan Rorlen (2007:56) :
1.Kepercayaan terhadap Karyawan, merupakan suatu keyakinan
dalam diri karyawan kepada pihak lain bahwa mereka dapat
diandalkan untuk memenuhi kewajibannya.
2. Kejujuran Karyawan, merupakan keselarasan antara pernyataan,
informasi dan segala hal yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
3. Interaksi yang baik, merupakan hubungan dan koordinasi dari satu
karyawan dengan karyawan yang lain secara kondusif.
4. Komunikasi, merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri
karayawan.
2.2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi
Menurut Higgins (1994:447-478) ada 4 (empat) prinsip
faktor-faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu:
1. Manajer/Pimpinan
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manjer
dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang
berhubungan dengan personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi,
cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan
tindakan pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok,
(28)
karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan
kesejahteraan karyawan.
2. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian
mereka, terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang
mereka lakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi
karyawan memainkan bagian penting dalam membentuk iklim. Cara
seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau gagalnya
hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam
hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang
positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif.
3. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan pada kebanyakan orang dalam hubungan
persahabatan, suatu kebutuhan yang sering dipuaskan oleh kelompok
dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi
dengan dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja;
dan informal, sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat.
4. Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada
organisasi tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang
(29)
2.2.3 Karakteristik Pekerjaan
2.2.3.1 Pengertian Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan menurut Hockman J.R dan G.R Oldham,
yaitu : variasi keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi,
dan umpan balik pekerjaan. Aspek-aspek ini dapat berfungsi sebagai
pendorong motivasi positif bagi para pekerja untuk dapat mengerjakan
suatu pekerjaan secara efektif dan efisien yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan performansi kerja pekerja.
Dalam Simamora, (2004:129) model karakteristik pekerjaan (Job
characteristics models) merupakan suatu pendekatan terhadap
pemerkayaan pekerjaan (job enrichment). Program pemerkayaan pekerjaan
(job enrichment) berusaha merancang pekerjaan dengan cara membantu
para pemangku jabatan memuaskan kebutuhan mereka akan pertumbuhan,
pengakuan, dan tanggung jawab. Pemerkayaan pekerjaan menambahkan
sumber kepuasan kepada pekerjaan. Metode ini meningkatkan tanggung
jawab, otonomi, dan kendali. Penambahan elemen tersebut kepada
pekerjaan kadangkala disebut pemuatan kerja secara vertikal (vertical job
loading). Pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) itu sendiri merupakan
salah satu dari teknik desain pekerjaan, dalam Samuel, (2003:75)
dikatakan bahwa pendekatan klasik tentang desain pekerjaan yang
diajukan Hackman dan Oldham (1980) dikenal dengan istilah teori
(30)
2.2.3.2 Indikator Karakteristik Kerja
Karakteristik pekerjaan merupakan sifat dari tugas yang meliputi
tanggung jawab, macam tugas dan tingkat kepuasan yang diperoleh dari
pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang secara instrinsik memberikan
kepuasan dan lebih memotivasi bagi kebanyakan orang dari pada
pekerjaan yang tidak memuaskan ( Stoner dan Freeman, 1994). Wood, at
al (1998) dalam Subyantoro (2009) dan Folamy (2005) (menjelaskan inti
(31)
1. Variasi keterampilan (Skill Variety)
Skill Variety (Variasi Keterampilan) adalah suatu tingkatan dimana
pekerjaan membutuhkan variasi aktifitas yang berbeda dalam
menyelesaikan pekerjaan yang melibatkan sejumlah keterampilan dan
bakat yang berbeda dari karyawan.
2. Identitas tugas (Task identity)
Task Identity (Identitas tugas) adalah suatu tingkatan dimana pekerjaan
membutuhkan penyelesaian menyeluruh dan teridentifikasi
pembagianya, oleh karena seseorang terlibat mengerjakan pekerjaan
dari awal sampai akhir dengan hasil yang memungkinkan.
3. Keberartian tugas ( Task Significance)
Task Significance (Signifikasi Tugas) adalah suatu tingkatan dimana
pekerjaan adalah penting dan melibatkan kontribusi yang berarti
terhadap organisasi atau masyarakat pada umumnya.
4. Otonomi (Autonomy)
Autonomy (Otonomi) adalah suatu tingkatan dimana pekerjaan
memberikan kebebasan secara substansial, kemerdekaan dan
keleluasaan dalam membuat schedule pekerjaan dan menentukan
prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan..
5. Umpan balik pekerjaan (Feedback)
Job Feedback (Umpan balik Pekerjaan) adalah suatu tingkatan dimana
(32)
karyawan dan informasi yang jelas mengenai seberapa baik pekerjaan
telah dikerjakan.
2.2.4 Performansi kerja
2.2.4.1 Pengertian Performansi Kerja
Terdapat hubungan kuat antara iklim organisasi yang kondusif
dengan peningkatan performansi kerja karyawan, karena iklim organisasi
yang kondusif dan kuat akan mendorong setiap karyawan baru secara
otomatis untuk mengikuti iklim organisasi yang sudah berjalan di
perusahaan.
Menurut Bernardin dan Russel (1993:379) Performansi kerja
didefinisikan sebagai berikut : “Performance is defecated as the record of
court ness produced on a specificities job function or activity boring a specificities time periode “. Ini berarti performansi kerja merupakan suatu
keluaran yang dihasilkan oleh karyawan dan merupakan hasil dari
pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.
Penekanannya adalah pada hasil yang diselesaikan dalam periode waktu
tertentu.
As’ad (1984:121) mendefinisikan tingkat performansi kerja
seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan orang itu dalam
melakukan tugas pekerjaannya. Motivasi dan kecakapan merupakan satu
(33)
Schermerhom, et all (1982), terdapat tiga faktor utama yang
berpengaruh terhadap performansi kerja karyawan yaitu individu
(kemempuan kerja), usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan dukungan
organisasional (kesempatan untuk bekerja). Sedangkan menurut Fink,
Performansi kerja karyawan ini sangat dipengaruhi tingkat komitmen yang
dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan serta iklim organisasi yang ada
dalam organisasi tersebut.
Proter (1967) dalam As’ad (200: 47) menekan bahwa Performansi
kerja didefinisikan sebagai berikut: “Performance is defined as the record
of outcome produced on a specified job function or actifity during a specified time period “( Catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu ).
Untuk melakukan penilaian performansi ini menurut
Robbins(1996:260-261) tidak hanya dilakukan oleh atasan, karena logika
yang menyatakan pada atasan bertanggung jawab atas performansi
bawahannya mungkin cacat.
Sedangkan manfaat penelitian Performansi kerja ini dinyatakan
oleh Handoko (1996:135-137) meliputi :
1. Sebagai umpan balik dalam perbaikan performansi kerja
2. Membantu dalam penyelesaian kerja kompensasi yang diberikan
3. Bahan pertimbangan dalam keputusan penempatan karyawan
4. Untuk mengetahui tentang kebutuhan latihan dan pengembangan
(34)
6. Untuk mengetahui adanya penyimpangan – penyimpangan proses
staffing
7. Untuk mengetahui ketidakakuratan informasional
8. Membantu mendiagnosa kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
9. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil tanpa diskriminasi
10.Untuk membantu mengantisipasi tantangan - tantangan internal.
Sedangkan Umar (2000: 15) membagi metode – metode penilaian
performansi kerja berdasarkan orientasi masa lalu atau masa depan.
Orientasi masa lalu mencakup rating scale, checklist, peristiwa kritis, tes
dan observasi Performansi kerja dan evaluasi kelompok sedangkan yang
berorientasi masa depan mencakup penilaian diri (self appraisals),
Penilaian Psikologi (Phsycological appraisals) dan pendekatan
Management By Objektive (MBO).
Robbins (1996: 262 – 263 ) meninjau teknik-teknik yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi performansi kerja yaitu :
1. Essai tertulis : Menulis suatu cerita yang memberikan kekuatan,
kelemahan, kinerja masalah, dan sasaran untuk perbaikan.
2. Insiden kritis : Memfokuskan perhatian- perhatian si penilai pada
pelaku-pelaku yang merupan kunci untuk membedakan antara
menjalankan pekerjaan itu secara efektif dan melaksanakan secara
tidak efisien
(35)
Dalam Metode terakhir ini di daftar seperangkat faktor Performansi
kemudian menilai masing-masing pada skala incremental
4. Skala penilaian berjangka pada perilaku menghubungkan unsur –
unsur utama dari pendekatan insiden kritis dan skala penilaian grafik.
5. Pembandingan multiperson
Mengevaluasi Performansi satu Individu terhadap Performansi dari
satu orang atau lebih
2.2.4.2 Indikator Performansi
Indikator performansi yang diungkap oleh Gendut Sukarno yaitu :
1. Performance ( Kinerja )
Menyangkut kemampuan untuk promosi karyawan, prestasi dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya terutama dari sisi kuantitatif dan
kualitatif bila dibandingkan dengan rekan sekerja.
2. Conformance ( kesesuaian )
Merefleksikan bagaimana individu bekerja sama dengan atasan dan
rekan kerja, serta kepatuhan terhadap peraturan perusahaan.
3. Dependability ( Keteguhan )
Melihat sejauh mana tingkat kedisiplinan karyawan terhadap aturan
yang ditetapkan dan disetujuai oleh karyawan sendiri secara
(36)
4. Personal adjustment ( Penyesuaian Pribadi )
Melihat bagaimana kemampuan karyawan (dari sisi emosional) untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
2.2.5 Kepuasan Kerja
2.2.5.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Variabel kepuasan kerja merupakan variabel endogen yang
berfungsi juga sebagai variabel intervening (antara). Kepuasan kerja
adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja menujukkan keseuaian harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan.
Untuk dapat memahami kepuasan kerja yang digunakan sebagai
pendukung dalam penelitian ini, maka dapat dipahami atas beberapa
pendapat para ahli manajemen mengenai pengertian kepuasan kerja,
seperti yang diungkapkan oleh Davis (1985) menyatakan bahwa kepuasan
kerja adalah suatu perasaan menyokong atau tidak manyokong dari
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya
(Mangkunegara,2001, p,117).
Handoko (2005) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan
mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (p. 193).
Martoyo (2004) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan
(37)
nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang
bersangkutan. Balas jasa karyawan ini, baik berupa “financial” (p, 132).
Anoraga (2001) menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah
kepuasan yang berhubungan dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan
itu sendiri, situasi kerja, hubungan antara atasan dengan bawahan dan
hubungan sesama karyawan (p. 125).
Kemudian Davis dan john (1999) menambahkan bahwa kepuasan
kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan
atau tidaknya pekerjaan mereka yang berbeda dari pemikiran obyektif dan
keinginan perilaku : (p105)
Luthans (2003) menyatakan bahwa kepuasan timbul dari evaluasi
terhadap suatu pengalaman, atau pernyataan secara psikologis akibat suatu
harapan dihubungkan dengan apa yang mereka peroleh (p.126).
Wexley dan Yukl (2002) memberikan batasan-batasan mengenai
kepuasan kerja tersebut sebenarnya batasan yang sederhana dan
operasional adalah cara pandang seorang pekerjaannya (p.129), Kepuasan
kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang
didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bermacam-macam atau
dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan seseorang yang timbul
bila yang dirasakan dari pekerjaan yang dilakukan dianggap cukup
memadai bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan dengan
(38)
2. Tingkat kepuasan kerja yang dialami oleh tiap-tiap orang akan
berbeda-beda sesuai persepsi masing-masing individu.
Singkat ditanyakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan
seseorang yang timbul bila keuntungan yang diperoleh dianggap sesuai
dengan pekerjaan yang di bebankan kepadanya.
2.2.5.2 Indikator Kepuasan Kerja
Untuk mengetahui indikator apa saja yang mempengaruhi
kepuasan kerja, menurut Luthans (1997:431) terdiri dari atas empat
indikator, yaitu:
1. Gaji.
Karyawan menginginkan system upah dan kebijakan promosi yang
dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris dengan
pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada
tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar
pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan
kerja.
2. Pekerjaan itu sendiri.
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
memberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan
ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik
mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang.
(39)
yang terlalu banyak menantang juga dapat menciptakan frustasi dan
perasaan gagal.
3. Rekan kerja.
Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai
rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan
kerja yang meningkat.
4. Promosi pekerjaan.
Promosi terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari suatu
pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi, dengan tanggung jawab
dan jenjang organisasionalnya. Pada saat dipromosikan karyawan
umumnya menghadapi peningkatan tuntutan dan keahlian,
kemampuan dan tanggung jawab. Sebagian besar karyawan merasa
positif karena dipromosikan.
5. Kepenyeliaan (supervisi).
Supervisi mempunyai peran yang penting dalam manajemen.
Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan
mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Umumnya
karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau
bekerjasama dengan bawahan.
Menurut Menurut Wood, Wallace dan Zeffane (2001 : 113) dalam
Suratman (2003:166) mengemukakan indikator dari kepuasan kerja,
(40)
1. Kedudukan ( posisi ) : Ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih tinggi akan lebih puas, dari pada bekerja pada
pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
2. Umur : Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan
umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai
45 tahun, adalah merupakan umur – umur yang bisa menimbulkan
perasaan kurang puas terhadap pekerjaannya.
3. Jaminan finansial dan sosial : Masalah finansial dan social kebanyakan
berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja. Apabila masalah –
masalah tersebut dapat ditangani oleh pihak atasan atau pimpinan,
maka karyawan akan lebih mencapai tingkat kepuasan kerjanya yang
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.
4. Mutu pengawasan : Hubungan antara karyawan dengan pihak
pimpinan sangat penting dalam arti menaikkan produktivitas kerja.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga
karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting
(41)
2.2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Davisn (1985;99), menjelaskan bahwa kepuasan kerja yang
berhubungan dengan variabel-variabel atau faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2001,
p.118119):
1. Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai
yang rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya
turnover-nya lebih tinggi.
2. Tingkat Ketidakhadiran kerja
Pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya tinggi,
Mereka sering tidak hadir dengan alasan yang tidak logis dan
subyektif.
3. Umum
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dibandingkan
dari pada pegawai yang berumur relatif muda karena pegawai yang tua
lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
Sedangkan pegawai usia muda biasanya mempunyai harapannya
dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan
dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
4. Tingkat Pekerjaan
Pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi
(42)
tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang
baik dan aktif dalam mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam
bekerja.
5. Ukuran Organisasi Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pegawai, karena
besar kecilnya suatu perusahaan berhubungan dengan koordinasi,
komunikasi, dan partisipasi pegawai.
2.2.5.4 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Sebagai manusia karyawan juga mempunyai kebutuhan. Menurut
Maslow, jenjang kebutuhan manusia sebagai karyawan (Maslow’s of
needs) ialah:
1. Kebutuhan fisiologi/dasar/pokok (basic needs atau faali), seperti
makan, minum pakaian, tempat tinggal, dll
2. Safety - security needs, Kebutuhan akan kegiatan rasa aman, jauh dari
bahaya dalam menghadapi kehidupannya.
3. Social – affiliation needs.
Kebutuhan akan kegiatan sosial, diterima oleh kelompok agar tidak
merasa terasing.
4. Estem – recognition needs.
Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati orang lain.
(43)
Kebutuhan untuk mendapatkan realisasi diri dan terpenuhnya cita-cita
pribadi sehingga dapat mengembangkan potensi / kepastian dirinya.
2.2.6 Komitmen Karyawan 2.2.6.1Pengertian Komitmen
Usaha membangun komitmen sebagai usaha untuk menjalin suatu
hubungan jangka panjang. Individu-individu yang memiliki komitmen
terhadap perusahaan untuk tetap bertahan di perusahaan lebih tinggi
ketimbang individu-individu yang tidak komit. Mereka cenderung
menunjukkan keterlibatan yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk
sikap dan perilaku.
Dari setiap pekerjaan dalam organisasi adanya ketentuan
kepegawaian yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan namun
juga adanya keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Di pihak lain, organisasi-pun mutlak menanamkan keyakinan dalam diri
karyawannya bahwa dengan komitmen penuh pada organisasi, berbagai
harapan, cita-cita dan kebutuhan para karyawan akan terwujud dan
terpenuhi.
Komitmen sering didefinisikan sebagai suatu pengikat antara
individu dengan suatu institusi atau dapat juga dengan suatu kegiatan
proyek atau secara lebih umum dengan suatu gagasan (Siswanto, 1997).
Pendapat Flippo (Machasin, 1994:24) tersebut dapat dijelaskan,
(44)
1. Kemauan untuk bekerja sama demi tercapainya tujuan organisasi
2. Kesetiaan pada organisasi dan pimpinan
3. Disiplin yang baik atau bekerja sesuai dengan peraturan
4. Stamina organisasi yang kuat dan kemampuan organisasi bertahan
sewaktu mengalami kesukaran
5. Minat yang tinggi pada pekerjaan dan organisasi
6. Menunjukkan inisiatif yang layak
7. Rasa bangga pada organisasi
Porter dan Smith dalam Steers (1991 : 142-145) mendefinisikan
komitmen sebagai sifat hubungan seseorang individu terhadap
organisasinya yang memungkinkan seseorang menunjukkan :
1. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan
2. Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
organisasi
3. Kepercayaan akan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan
tujuan organisasi
Komitmen pada organisasi sebagai suatu sikap yang diambil oleh
para karyawan, bagaimanapun juga akan menentukan perilakunya sebagai
perwujudan dari sikap. Konsekuensi positif perilaku yang muncul sebagai
perwujudan tingginya sikap komitmen karyawan pada organisasi antara
lain: rendahnya tingkat perpindahan (turn over) karyawan, rendahnya
(45)
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan berusaha mencapai
performansi kerja yang tinggi (Robinson, Simourd dan Porporino, 1999).
Sebagai upaya untuk menghindari kemerosotan bahkan
kebangkrutan, suatu organisasi atau perusahaan dimanapun juga sangat
mengharapkan adanya komitmen dari para karyawannya. Komitmen
terhadap organisasi tertanam dalam diri karyawan sejak pertama kali
bergabung dalam suatu organisasi. Sebagai anggota baru dalam suatu
organisasi, seorang pekerja diharapkan dapat menjadi pekerja yang
produktif, loyal kepada organisasi dan kepada teman sekerja serta
berperilaku positif. Jika komitmen sedemikian penuh diberikan seorang
terhadap organisasi, maka organisasi-pun harus berusaha memenuhi
berbagai kepentingan pekerjanya. Dengan kata lain, sejak dini harus
ditekankan bahwa jika pegawai baru itu menunaikan kewajibannya dengan
baik, dia akan memperoleh haknya dengan baik pula. Tetapi satu hal yang
harus disadari oleh pegawai tersebut adalah bahwa organisasi pun
mempunyai hak-hak tertentu. Keberhasilan menjaga keseimbangan antara
keduanya, yaitu hak dan kewajiban masing-masing pihak merupakan
jaminan serasinya hubungan antara pegawai dan organisasi.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini yang dimaksud dengan
komitmen karyawan pada organisasinya adalah keinginan karyawan untuk
tetap mempertahankan keanggotaan dirinya dalam organisasi dan bersedia
(46)
2.2.6.2 Indikator Komitmen karyawan
Komitmen karyawan terdiri dari tiga indikator, menurut Meyer et
al (2003 ):
1. Kesetiaan (Continuance / Loyalitas)
Kesetiaan atau loyalitas terhadap organisasi atau perusahaan
adalah suatu sikap yang senantiasa mengikuti dan melaksanakan segala
apa yang telah menjadi ketentuan dan peraturan. Musanef (1990:208)
menyatakan secara umum bahwa loyalitas atau kesetiaan menunjukkan
kepada tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang disertai dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
Seorang karyawan yang memiliki loyalitas (kesetiaan) yang
tinggi terhadap perusahaan (organisasi) senantiasa berusaha untuk
tetap bekerja pada perusahaan, walaupun kondisi diluar perusahaan
lebih menjanjikan (seperti jabatan, gaji dan fasilitas) serta patuh
terhadap peraturan (rules and regulation) yang berlaku pada
perusahaan.
2. Kemauan Karyawan (Affective)
Dalam upaya mencapai tujuan organisasi, tentunya diperlukan
dukungan karyawan berupa kemauan (kesediaan) untuk melaksanakan
(47)
Kemauan karyawan merupakan kerelaan seorang karyawan
tanpa tekanan dan paksaan dari perusahaan maupun pihak lain untuk
bekerja atau berkarya dalam suatu perusahaan.
Hal itu nampak dari kemauan karyawan untuk berbuat dan
melaksanakan sesuatu dengan sungguh-sungguh seperti :
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, tepat waktu dan
berani menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya.
3. Kebanggaan karyawan pada organisasi ( Normative)
Karyawan yang memiliki komitmen pada organisasi tentunya
akan merasa bangga dapat bergabung dengan perusahaan. Rasa bangga
terhadap perusahaan yang dinilai oleh karyawan dapat menumbuhkan
tanggung jawab untuk bekerja lebih baik, baik untuk kemajuan dirinya
sendiri maupun perusahaan. Kebanggaan karyawan ini mengarah pada
rasa ikut memiliki (sense of belongingness) perusahaan.
Menurut Rais (1998:31) sudah seharusnya kalau seorang karyawan
mempunyai rasa ikut memiliki perusahaan dan turut memelihara nama
baik perusahaan, baik saat dalam perusahaan itu maupun di luar
perusahaan.
Jadi kebanggaan karyawan dalam kerangka komitmen pada
organisasi disebabkan antara lain karyawan merasa organisasi mampu
memenuhi segala kebutuhan dan menyediakan sarana yang diperlukan.
Di samping itu para karyawan juga menyadari bahwa perusahaan
(48)
perkembangan informasi dan teknologi serta perusahaan memiliki
nama dan citra yang baik di masyarakat. Citra yang positif terhadap
suatu perusahaan menyebabkan seorang karyawan bangga bekerja di
perusahaan tersebut.
2.3 Pengaruh Antar Variabel
2.3.1 Pengaruh antara iklim Organisasi terhadap Performansi Kerja Iklim organisasi mempunyai peranan penting terhadap kepuasan
kerja (Frederickon, 1996), performansi dan produktifitas (Litwin dan
Stringer, 1968), motivasi kerja (Litwin, 1979), dan komitmen (Fink,
1992). Dan sebagai pengaruh komitmen, iklim organisasi tertentu akan
mempercepat dan memberi tenaga pertumbuhan dan perkembangan
organisasi melalui pelaku-pelaku organisasi (karyawan) dan secara
langsung akan meningkatkan performansi kerja karyawan.
2.3.2 Pengaruh antara Komitmen karyawan terhadap Performansi Kerja Komitmen pada organisasi sebagai suatu sikap yang diambil oleh
para karyawan, bagaimanapun juga akan menentukan perilakunya sebagai
perwujudan dari sikap. Konsekuensi positif perilaku yang muncul sebagai
perwujudan tingginya sikap komitmen karyawan pada organisasi antara
lain: rendahnya tingkat perpindahan (turn over) karyawan, rendahnya
(49)
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan berusaha mencapai
performansi kerja yang tinggi (Robinson, Simourd dan Porporino, 1999).
Porter dan Smith dalam Steers (199 :142-145) mendefinisikan
komitmen sebagai sifat hubungan seseorang individu terhadap
organisasinya yang memungkinkan seseorang menunjukkan :
1. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan
2. Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
organisasi
3. Kepercayaan akan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan
tujuan organisasi
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa komitmen
pada organisasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang berjalan
dimana para karyawan dapat mengekspresikan kepedulian mereka
terhadap organisasi selain kesuksesan dan performansi kerja yang tinggi.
Secara umum komitmen merupakan (1) suatu keyakinan yang menjadi
pengikat seseorang dengan sesuatu, (2) dimulai dengan proses identifikasi
yang kuat, serta menghasilkan usaha dan energi yang besar untuk
mendukung apa yang diyakini.
Komitmen akan muncul apabila adanya pemahaman nilai kerja,
mengkomunikasikan standar prestasi kerja dan menghubungkan dengan
reward dan memberikan dukungan kepada manajer. Masing-masing
(50)
maupun eksternal. Lebih lanjut untuk meningkatkan komitmen dapat
dilakukan dengan meningkatkan atmosfir sosial organisasi dan
pemahaman akan tujuan. Sedangkan hal-hal yang mengefektifkan
peningkatan komitmen dilakukan semenjak sebelum dan awal prosedur
sosialisasi pekerjaan sampai mempertahankan pemberian penghargaan.
Berbagai pemahaman mengenai komitmen organisasional diatas
pada dasarnya menekankan hubungan karyawan dan perusahaan yang
menimbulkan sikap komitmen yang menguntungkan masing-masing
pihak. Karyawan yang komitmen dikatakan akan memiliki keterikatan
yang kuat dengan perusahaan sehingga menerima dan mencapai tujuan
organisasi.
2.3.3 Pengaruh antara Karakteristik terhadap Performansi Kerja
Adapun faktor yang termasuk dalam performansi kerja,
Performansi kerja yang diukur adalah performansi kerja pekerja menurut
Kenneth E Hultman dengan teori The Four “C”S To Achieving Peak
Performance yang dibagi menjadi 4 bagian yaitu commitment,
Confidentce, Competence dan contigencies.
Dari faktor-faktor yang disebutkan diatas variabel karakteristik
kerja berpengaruh terhadap performansi kerja (Hackman and Oldham
dalam teori Ribbins (2003)
Karakteristik pekerjaan menurut Hackman J.R and Oldham dalam
(51)
Signifikansi tugas, Otonomi dan Umpan balik pekerjaan. Aspek – aspek
ini dapat berfungsi sebagai pendorong motivasi positif bagi para pekerja
untuk dapat mengerjakan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien yang
pada akhirnya akan dapat meningkatkan performansi kerja pekerja.
2.3.4 Pengaruh antara Kepuasan Kerja terhadap Performansi Kerja Kepuasan kerja adalah kensep praktis yang sangat penting, karena
merupakan dampak atau hasil dari keefektifan performance dan
kesuksesan dalam bekerja. Penelitian ini mendukung penelitian Strauss
dan Syales, yang dikutip Handoko (1992:196) dan Paloepi (1999:87) yang
menyatakan bahwa kinerja organisasi yang baik akan meningkatkan
kepuasan kerja.
Hasil studi ini sependapat dengan Ostriff (1995) bahwa, kepuasan
kerja karyawan dan kondisi kerja yang baik mempunyai hubungan yang
signifikan dengan performance (kinerja). Hasil studi ini sejalan dengan
pendapat Robbins (2006) bahwa, kepuasan kerja berdampak pada
produktifitas kerja. Hasil studi ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh MCCue and Gianakis (1997) dengan hasil, terdapat
(52)
2.4 Kerangka Konseptual
Karakteristik Kerja
(X2)
Komitmen organisasi
(X3)
Kepuasan kerjaan
(X4)
Performansi Kerja Karyawan
(Y) Iklim
organisasi (X1)
(53)
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan model kerangka
konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Bahwa Iklim Organisasi berpengaruh positif terhadap performansi
kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya ?
2. Bahwa Karakteristik Pekerjaan berpengaruh positif terhadap
performansi kerja karyawan di Surabaya?
3. Bahwa Komitmen karyawan berpengaruh positif terhadap performansi
kerja karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya ?
4. Bahwa Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap performansi kerja
(54)
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional
Agar variabel yang digunakan dapat diukur serta-menghilangkan dan menghindari penafsiran makna, maka perlu adanya definisi yang jelas mengenai variabel yang akan diteliti, variabel tersebut sebagai berikut :
A. Iklim Organisasi (X1)
adalah persepsi anggota organisasi tentang norma organisasi yang berkaitan dengan aktifitas organisasi bersangkutan. Iklim Organisasi sebagai latent variabel yang diindikatori oleh observe variabel yang diungkap oleh Vivi dan Rorlen (2007:56) :
1.Kepercayaan terhadap Karyawan, merupakan suatu keyakinan dalam diri karyawan kepada pihak lain bahwa mereka dapat diandalkan untuk memenuhi kewajibannya.
2. Kejujuran Karyawan, merupakan keselarasan antara pernyataan, informasi dan segala hal yang sesuai dengan kenyataan yang ada. 3. Interaksi yang baik, merupakan hubungan dan koordinasi dari satu
karyawan dengan karyawan yang lain secara kondusif.
4. Komunikasi, merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri karayawan.
(55)
B. Karakteristik Pekerjaan (X2)
Karakteristik pekerjaan merupakan sifat dari tugas yang meliputi tanggung jawab, macam tugas dan tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang secara instrinsik memberikan kepuasan dan lebih memotivasi bagi kebanyakan orang dari pada pekerjaan yang tidak memuaskan ( Stoner dan Freeman, 1994). Wood, at al (1998) dalam Subyantoro (2009) dan Folamy (2005) (menjelaskan inti karakteristik pekerjaan sebagai berikut: : 1. Variasi Keterampilan (X2.1), adalah perluasan pekerjaan karyawan
di PDAM Surya Sembada kota Surabaya yang membutuhkan beberapa aktivitas yang berbeda.
2. Identitas Tugas (X2.2), adalah pekerjaan dari seluruh unit dan
dikerjakan dari awal sampai selesai oleh karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya dan hasilnya dapat dilihat.
3. Signifikansi Tugas (X2.3), adalah besarnya pengaruh dari pekerjaan
terhadap orang lain.
4. Otonomi (X2.4), adalah besarnya kebesaran dan keleluasaan
individu dalam pekerjaan dan jadwal yg di tetapkan oleh Pimpinan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
5. Umpan balik (X2.5),adalah informasi yang diterima oleh karyawan
di PDAM Surya Sembada kota Surabaya mengenai baik buruknya pekerjaan yang mereka telah lakukan.
(56)
C. Komitmen karyawan (X3)
adalah suatu pengikat antara individu dengan suatu institusi atau dapat juga dengan suatu kegiatan proyek atau secara lebih umum dengan suatu gagasan. Menurut menurut Meyer et al (2003) yang meliputi komitmen mempunyai 3 (tiga) indikator yaitu :
1. Kesetiaan karyawan (X3.1)
Adalah suatu sikap yang senantiasa mengikuti dan melaksanakan segala apa yang telah menjadi ketentuan dan peraturan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
2. Kemauan karyawan (X3.2)
Adalah kerelaan seorang karyawan tanpa paksaan dari PDAM Surya Sembada kota Surabaya.. maupun pihak lain untuk bekerja atau berkarya .
3. Kebanggaan karyawan pada organisasi (X3..3)
Adalah rasa bangga terhadap perusahaan yang dinilai oleh karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya dapat menumbuhkan tanggung jawab untuk bekerja lebih baik, baik untuk kemajuan dirinya sendiri maupun perusahaan.
D. Kepuasan kerja (X4)
Adalah suatu keadaan emosi yang menyenangkan atau positif sebagai akibat dari pengalaman atau penilaian kerja seseorang. Menurut Wood, Wallace dan Zeffane (2001 : 113) dalam Suratman (2003:166) dan
(57)
Luthans (1997:431) dalam Soedjono (2005:27) indikator kepuasan kerja :
1. Kedudukan ( X4.1 )
Adalah posisi karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya sesuai yang diinginkan.
2. Gaji ( X4.2 )
Adalah upah yang diterima karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya setiap bulannya sesuai dengan kontribusi yang diberikan karyawan.
3. Jaminan Finansial dan Sosial ( X4.3 )
Adalah tunjangan maupun fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
4. Mutu Pengawasan ( X4.4 )
Adalah hubungan kerja sama dalam pekerjaan antara atasan dengan karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
E. Performansi Kerja Karyawan(Y)
adalah ukuran sejauh mana keberhasilan orang atau individu untuk melakukan tugas pekerjaannya. Indikator performansi yang diungkap oleh Fink (1992) dalam Minessota Satisfactoriness Scale yaitu :
1. Performance ( Y1 )
Menyangkut kemampuan untuk promosi karyawan, prestasi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya terutama dari sisi kuantitatif dan
(58)
kualitatif bila dibandingkan dengan rekan sekerja di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
2. Conformance ( Y2 )
Merefleksikan bagaimana individu bekerja sama dengan atasan dan rekan kerja, serta kepatuhan terhadap peraturan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya..
3. Dependability ( Y3 )
Melihat sejauh mana tingkat kedisiplinan karyawan di PDAM Surya Sembada kota Surabaya terhadap aturan yang ditetapkan dan disetujuai oleh karyawan sendiri secara menyeluruh, misal tentang jam kerja, hari kerja dan sebagainya.
4. Personal adjustment ( Y4 )
Melihat bagaimana kemampuan karyawan (dari sisi emosional) di PDAM Surya Sembada kota Surabaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Dua puluh indikator diatas dinilai dengan meggunakan skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut (Umar, 2000:134). Adapun teknik skala pembentukan menggunakan skala Likert yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir yang berada dalam rentang dua sisi (Umar, 2000:137). Digunakan jenjang 1-5 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:
(59)
Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinu dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya. Skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 Netral, skor 4 setuju, skor 5 sangat setuju
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap di PDAM Surya Sembada kota Surabaya yang total berjumlah 1206 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya. Teknik sampel yang dipergunakan adalah simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (Sugiyono, 1999:74-75).
1 STS
2 TS
3 N
4 S
5 SS
(60)
Adapun cara yang digunakan untuk menghitung mengetahui jumlah sampel menurut Umar (2003 : 120) :
Rumus menghitung ukuran sampel :
n =
1 2 100 eN N
Dimana : n = sampel
N = ukuran populasi
e = persepsi yang digunakan;0,05
Jika diketahui jumlah populasi (N) sebanyak 1206, maka didapat jumlah sampel :
n =
100 1 2 e NN
n =
1 0,05
1001206 1206
2
n = 100
1025 , 1 1206 1206
n = 100 10 , 1207
1206
n = 99,91 menjadi 100
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden karena untuk menghindari kesalahan pengisian kuesioner di mana menurut pedoman
(61)
SEM dalam Ferdinand (2002 : 48) minimal sampel yang diambil 100-200 responden atau karyawan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data
Data Primer
Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan kepada karyawan PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
Data Skunder
Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari internet dan media cetak maupun data lain yang diperlukan dan yang berhubungan dengan obyek penelitian agar relevan dengan penelitian.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan, penulis melakukan prosedur sebagai berikut :
a. Observasi
Dilakukan dengan mengumpulkan dan mencatat data yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti tanpa ikut berpartisipasi.
b. Kuesioner
Merupakan teknik pengambilan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan karyawan PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
(62)
c. Wawancara
Merupakan teknik pengambilan data dengan cara melakukan wawancara peneliti dengan karyawan PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
d. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan dan mempelajari catatan atau dokumen dari PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1 Uji validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau ukurannya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Validitas juga dapat digunakan untuk menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dan konsep yang diujinya.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah tantangan yang umum.
(63)
Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70, walupun angaka itu bukanlah sebuah angka yang “mati”. Artinya, bila penelitian yang dilakukan bersifat eksplanatori, maka nilai dibawah 0,70 pun masih diterima, sepanjang disertai dengan alasan-alasan empiris yang terlihat dalam proses eksplorasi. Construct reliability dan variance extracted dihitung dengan rumus :
Construct reliability =
2
j
2
loading
e
standardiz
loading
e
standardiz
Variance extracted =
2
j
2
loading
e
standardiz
loading
e
standardiz
Standardize loading dapat diperoleh dari output Amps 4.01, dengan melihat estimasi setiap construct standardize weight terhadap butir sebagai indikatornya. Jadi secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0.7 dan variance extracted ≥ 0.5 (Ferdinand, 2002 : 03)
3.4.3 Uji Normalitas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah normalitas dipenuhi sehingga data dapat lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk beberapa variabel digunakan sekaligus dalan analisis terakhir.
(64)
Menggunakan critikal ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut 2 value. Pada tingkat signifikan 1 persen, jika nilai -2 lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
Normal Probability Plot (SPSS 10.1)
Linieritas dengan mengatasi scatterplots dari data yaitu dengan memilih persaingan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
3.5. Uji Hipotesis
3.5.1. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM).
Model pengukuran variabel Iklim Organisasi, Karakteristik pekerjaan, Kepuasan kerja, Komitmen karyawan dan Performansi kerja menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Confirmatory Factor Analysis yaitu uji kesesuian model serta uji signifikansi bobot faktor laten / konstruk laten. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
3.5.2. Evaluasi atas Outlier
Mengamati nilai 2-score variabel : ketentuan 3,0 non outlier. Multivariate outlier diuji dengan kriteria mahalonobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (2) pada df (degrees of freedom)
(65)
sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahalanobis > dari nilai 2 adalah multivariate outlier. Outlier adalah observasi atau data
dua yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 1995).
3.5.3. Deteksi Multikolinerity dan Singularity dengan mengamati
Determinant Matrix Covarians.
Dengan demikian nilai determinant matrix covarians yang sangat kecil maka memberi indikasi adanya multikolineariti dan singularitas.
3.5.4. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3.5.5. Pengujian dengan Two- Step Approach
Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel
data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan (Hartline & Ferrel, 1996) dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam Two-Step Approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi model pengukuran dan model structural pada One-Step Approach (hair et.al., 1998). Sampel data
(66)
penelitian ini berjumlah 120, dan butir instrumentasi penelitian berjumlah 20 butir pertanyaan.
Yang dilakukan dalam Two-Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara yang dilakukan daalm menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi sebuah indikator bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi (Zscore) dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda (Hair et.al., 1998).
3.5.6. Evaluasi Model
Hair et.al., 1995, menjelaskan dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Umumnya terhadap berbagai jenis fit indeks yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data yang disajikan. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodnees of fit yaitu Chi-Square, Probability RMSEA, GFI, AGFI, EMIN/DF, TLI, CFI
(67)
Tabel 3.1 Good of Fit Indices Goodnees of Fit
Index Keterangan Cut of Value
X2 Chi Square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance
Diharapkan kecil, 1 s.d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability Uji signifikan terhadap perbedaan
matrix covariance data dalam matrix covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 dan 0,2 atau
05 , 0
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi
Square pada sampel besar 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
variance dalam matrix sampel yang dijelaskan oleh matrix covariance populasi yang diestimasi
90 , 0
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF
> 0,90
CMIND / OF Kesesuaian antara data dan model
00 , 2
TLI Pembandingan antara model yang
diuji terhadap baseline model 0,95
Cfi Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sampel
(68)
57
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pelayanan Air Minum untuk wilayah Kota Surabaya sebenarnya sudah ada sejak Tahun 1927, yaitu sejak pemerintahan Belanda yang dikelola oleh suatu badan yang disebut “GUMINTO”.
Pada saat setelah merdeka dengan terbentuknya Pemerintahan Indonesia, maka pelayanan air minum berubah menjadi Dinas Saluran Air Minum. Pengawasan, tanggung jawab dan wewenang Pemerintahan Tingkat I Jawa Timur.
Kemudian pada Tahun 1890 air minum untuk Kota Surabaya pertama kali diambil dari sumber mata air di desa Perut Pasuruan diangkat dengan kereta api. Kemudian pada Tahun 1903 pemasangan pipa dari Pandaaan oleh NV. Biernie selama tiga tahun. Kemudian pada Tahun 1906 jumlah pelanggan kurang lebih 1.500 sambungan. Kemudian pada Tahun 1922 Instansi Pengelolahan Air Minum (ipam) Ngagle I dibangun dengan kapasitas 60 lt/dtk. Kemudian pada Tahun 1932 mata air umbulan ditingkatkan dengan membangun rumah pompa baru. Kenudian pada tahun 1942 ipam Ngagle I ditingkatkan kapasitasnya menjadi 180 lt/dtk. . Kemudian pada Tahun 1950 Perusahaan Air Minum diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia (Kota Praja Surabaya). Kemudian pada
(69)
Tahun 1954 IPAM Ngagel II dengan kapasitasnya menjadi 350 lt/dtk. Kemudian pada Tahun 1959 pembangunan IPAM Ngagel II dengan kapasitas 1000 lt/dtk yang di desain dan dilaksanakan oleh Degremont Fa (Prancis). Kemudian pada Tahun 1976 Perusahaan Airminum disahkan menjadi Perusahaan Daerah dan dituangkan dalam Perda No. 07 Tanggal 30 Maret 1976. Kemudian pada Tahun 1977 Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 500 lt/dtk. Kemudian pada Tahun 1978 pengalihan status menjadi Daerah Air minum dari Dinas Air Minum berdasrkan SK Walikotamadya Dati II Surabaya No.657/wk/77 tanggal 30 Desember 1977. Kemudian pada saat Tahun 1979 setelah terbentuknya dua wilayah Surabaya, yaitu Kabupaten dan Kotamadya, maka Dinas Saluran Air Minum dipisahkan menjadi dua pelayanan yaitu Kotamadya dan Kabupaten, dimana kemudian menjadi wewenang Dati II yang dibawahi oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Saluran Air Minum Dati II Surabaya. Kemudian pada Tahun 1980 peningkatan kapasitas IPAM Ngagel menjadi 1000 lt/dtk.
Kemudian pada tahun 1982 terbentuklah atau berubahlah Perusahaan Air Minum yang merupakan perubahan peralihan dari Dinas Saluran Air Minum berdasarkan peraturan Kotamadya No.5/1979, dimana PDAM ini terbentuk suatu Badan sektoral yaitu semua pelaksanaan/semua kegiatan itu menjadi tanggung jawab sendiri yang kemudian dipimpin oleh seorang direksi yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
(1)
ketidakpuasan kerja, berkaitan dengan keinginan yang besar untuk keluar dari kerja, meningkatnya stress kerja, dan munculnya berbagai masalah psikologis dan fisik karena pada dasarnya performansi kerja merupakan suatu keluaran yang dihasilkan oleh karyawan dan merupakan hasil dari pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu sehingga apabila karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja maka hasil dari pekerjaan juga akan baik atau dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap performansi kerja karyawan.
Hasil studi ini sependapat dengan Ostriff (1995) bahwa, kepuasan kerja karyawan dan kondisi kerja yang baik mempunyai hubungan yang signifikan dengan performance (kinerja). Hasil studi ini sejalan dengan pendapat Robbins (2006) bahwa, kepuasan kerja berdampak pada produktifitas kerja. Hasil studi ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh MCCue and Gianakis (1997) dengan hasil, terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan.
(2)
94 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh Iklim Organisasi, Karakteristik Pekerjaan, Komitmen Karyawan dan Kepuasan Kerja terhadap Performansi Kerja, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Iklim Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap veriabel Performansi Kerja artinya pengaruh variabel iklim organisasi mampu mendukung performansi kerja di PDAM Surya Sembada kota Surabaya
2. Variabel Karakteristik Pekerjaan berpengaruh signifikan positif terhadap faktor Performansi Kerja artinya pengaruh varibel karakteristik pekerjaan mampu mendukung performansi kerja di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
3. Variabel Komitmen karyawan berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Performansi Kerja artinya pengaruh variabel komitmen karyawan mampu mendukung performansi kerja di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
4. Variabel Kepuasan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Performansi Kerja artinya pengaruh variabel kepuasan kerja
(3)
mampu mendukung performansi kerja di PDAM Surya Sembada kota Surabaya.
5.2. Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan manajemen perusahaan mampu mepertahankan komitmen yang dimiliki oleh sehingga karyawan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan pada akhirnya mampu menjaga nama baik perusahaan.
2. Diharapkan manajemen perusahaan mampu memberikan support pada karyawan yang tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga lambat laun akan mampu meningkatkan kinerjanya.
3. Diharapkan kepada pihak manajemen perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan komitmen karyawan kepada perusahaan karena dengan komitmen yang tinggi kepada perusahaan dapat meningkatkan performansi kerja karyawan dan pada akhirnya akan menguntungkan pihak perusahaan
4. Diharapkan pihak perusahaan dapat memenuhi kebutuhan para karyawan dengan baik karena apabila kebutuhan para karyawan dapat terpenuhi dengan baik maka para karyawan akan bekerja dengan nyaman dan pada
(4)
96
akhirnya akan meningkatkan performansi kerja para karyawan dan apabila performansi kerja karyawan dapat berjalan dengan baik maka pekerjaan yang dikerjakan dapat diselesaikan dengan baik dan pada akhir akan menguntungkan pihak perusahaan.
(5)
Arief Subyantoro, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta “ Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi oleh Motivasi kerja (Stud pada Pengurus KUD di Kabupaten Sleman) “ Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 11, No.1, Maret 2009:11-19
As’ad, Moh,2003, Seri Ilmu sumber Daya Manusia-Psikologi Edisi Keempat, Liberti, Yogyakarta.
Anderon, C. R, 1998, Management: Skill, Function, and Organization Performance, Second Edition, Allyn & Bacon, Inc, Boston.
Bernandi, Russel, 1985, Commitment Performance and Productivity In Publik Organization, Publik Prodictivity Management Review Summer.
Bashaw, James Wallaceand, 1997, “How Commitment Affect Team Performance ”, Journal Personal Selling and Sales Manajement. Vol. 14 Number 2.
Dr.Husenin Umar, 2007,Desain Penelitian dan Perilaku Karyawan, Seri DesainPenelitian Bisnis – No.01
Ferdinand,2000, Structural Equation Modelling, BPEF Yogyakarta.
Frederickson, 1996, Metode Penelitian Bisnis. Edisi Indonesia, Erlangga, Surabaya.
Fink, Stephen L, Weiss, David J.1992,Manual For The Minnesota Satisfactoriness Scales, Washington.
Gendut sukarno, 2004. “Pengaruh Antara Komitmen Karyawan Dan Ikllim Organisasi Terhadap Performansi Kerja Karyawan “. Jurnal Media Mahardika Vol. 2 No.3
Hadi adianto, Yuke Agustin, I.G.A. Happy Trindira, 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja Terhadap Performansi
Kerja Operator pada Bagian Produksi'' Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, VOL 7, NO. 2
Handoko,T.H.1996, Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, Edisi kedua , BPFE, Yogyakarta.
(6)
Ir. Kuswadi,MBA, 2004, Cara Mengukur Kepuasan Karyawan, Litwin, Stringer, 1968, Organization Performance, Mc Hill. New York.
Lookman Buky Folami, University of Alabama at Birmingham Fred Jacobs, Georgia State University “The Join Effect Of Task Characteristics And Organizational Context On Job Performance : A Test Using SEM “ Jurnal of Business & Economics Researh - Juli 2005, Volume 3,Number 7 S.E. Umi Narimawati, Bandung in Faculty of Economics, Computer University of
Indonesia “The Influence of Work Satisfaction, Organizational Commitment and Turnover Intention Towards the Performance of Lecturers at West Java’s Private Higher Education Institution “ Journal of Applied Sciences Research, 3(7): 549-557, 2007 , INSInet Publication Vivi dan Rorlen “Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan Terhadap
Kinerja Karywan Pada PT Graha Tungki Arsitetika Jakarta “ Business & Management Journal Bunda Mulia, Vol:3, No.1, Maret 2007