Praanggapan Presupposisi Fenomena Pragmatik

Pemakaian kata-kata yang mengacu pada orang dan benda merupakan peristiwa yang terjadi secara relatif langsung. Deiksis adalah istilah teknis dari bahasa Yunani untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis Yule, 2006:13. Yule 2006 membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona untuk menunjuk orang, deiksis spasial untuk menunjuk tempat, dan deiksis temporal untuk menunjuk waktu. Yule 2006:26 juga menambahkan mengenai penafsiran deiksis yang tergantung pada konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapan jarak hubungan. Diberikannya ukuran kecil dan rentangan yang sangat luas dari kemungkinan pemakainya, ungkapan-ungkapan deiksis selalu menyampaikan lebih banyak hal daripada yang diucapkan. Nadar 2009:54–55 mengungkapkan hal serupa mengenai deiksis, yaitu seorang penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang, waktu, maupun tempat. Kata-kata yang lazim disebut dengan deiksis tersebut berfungsi menunjuk sesuatu, sehingga keberhasilah suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur. Ungkapan-ungkapan deiksis ada dalam kajian pragmatik. Penafsirannya tergantung pada konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapkan jarak hubungan. Secara garis besar, pemakaian kata-kata yang mengacu pada orang dan benda merupakan peristiwa yang terjadi secara relatif langsung.

2.3.5 Kesantunan Berbahasa

Seseorang menyampaikan maksud kepada orang lain menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Penggunaan bahasa yang baik dan benar belumlah cukup, namum harus disertai dengan kesantunan. Penggunaan bahasa yang santun sudah sepantasnya diterapkan ketika seseorang melakukan komunikasi. Seseorang yang mampu bertutur kata secara halus dan santun tentu akan mudah diterima di masyarakat. Bahasa juga merupakan cermin kepribadian seseorang. Seandainya perilaku bahasa setiap orang demikian santun ketika berkomunikasi menggunakan bahasa yang verbal maupun non verbal, rasa kebencian, rasa curiga, sikap berprasangka buruk pada orang lain tidak perlu ada. Jika demikian, terciptalah kahidupan bermasyarakat yang bahagia dan sejahtera. Pranowo 2009:3 menjelaskan bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-kata dalam bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak gerik tubuh, sikap atau perilaku. Selain penggunaan bahasa yang berupa kata-kata atau ujaran, terdapat pula bahasa nonverbal berupa mimik, gerak gerik tubuh, sikap atau perilaku yang mendukung pengungkapan kepribadian seseorang. Ketika berkomunikasi, selain menggunakan bahasa yang baik dan benar, perlu diterapkan juga kesantunan dalam setiap tindak bahasa. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penuturpenulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca Pranowo, 2009:4. Berbahasa