Sajian Hasil Analisis Data Trianggulasi Hasil Analisis Data

Tabel 4: Data Tuturan Kategori Menghilangkan Muka No Tuturan Subkategori Kode 1. “Dek, ni anaknya temen-temen bapak do jadi juara lho.” Menyindir D1 2. “Kalau kamu laki-laki, sudah Bapak belikan bajak.” D4 3. “Saya risih kalo denger orang makan bersuara tu.” Menyinggung D2 4. “Wes dibiayai entek akeh kok sekolahe ra bener.” D3 5. “Kamu kalo ketawa jangan kaya gitu sih, malu-maluin tau” D6 6. “Kok begini Katanya besok mau selesai bulan ini, tapi kok sekarang masih seperti ini?” Kecewa D5

4.1.5 Menimbulkan Konflik

Tuturan-tuturan di bawah ini merupakan data yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Peneliti menemukan tuturan yang termasuk dalam kategori ketidaksantunan berbahasa yang menimbulkan konflik. ketidaksantunan berbahasa menimbulkan konflik dapat diartikan sebagai tuturan yang sengaja dituturkan dan dapat memungkinkan adanya konflik. Tuturan tersebut dapat terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 5: Data Tuturan Kategori Menimbulkan Konflik No Tuturan Subkategori Kode 1. “Pak, jadi orang jangan terlalu rajin to. Bumbu masak baru dibeli kok palah dibuang.” Kesal E1 2. “Aku emoh maem karo sayur iki, Mak” E11 3. “Oh, saya gak tau mau kemana.” Meremehkan E2 4. “Biarinlah, Bu.” E4 5. “Semester ini” Berjanji E3 6. “Kalau ngambil diskon harusnya 10 ya.” Menyinggung E5 7. “Pertanyaannya lebih banyak lho Pah, jawabnya singkat-singkat dlu.” E6 8. “Itu lho, nyonto yang itu.” Menyarankan E8 9. “Kamu tuh ngepel dulu, palah asyik maen Hp.” E9 10. “Aku kan Kakak, Koe kan adek to, koe harus ikut aku.” Menyuruh E7 11. “Kowe mbok koyo adekmu” E10 12. “Kok kamu gak selesai2, kapan tu lek arep selesai?” Bertanya E12

4.2 Hasil Penelitian

Berikut adalah uraian yang berisi tentang jawaban atas pertanyaan yang tertera dalam rumusan masalah. Ada tiga permasalahan yang harus dijawab, yaitu 1 wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa yang terdapat dalam keluarga pendidik; 2 penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik yang digunakan oleh keluarga pendidik; dan 3 maksud penutur yang mendasari suatu tuturan menjadi tidak santun.

4.2.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik tentu berbeda. Wujud ketidaksantunan linguistik dapat ditemukan dalam cuplikan tuturan yang merupakan hasil transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan pragmatik berkaitan dengan cara penyampaian penutur yang menyertai tuturan lisan tidak santun tersebut. Berikut ini adalah wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam lima kategori, yaitu 1 melanggar norma; 2 mengancam muka sepihak; 3 melecehkan muka; 4 menghilangkan muka; dan 5 menimbulkan konflik.