Teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Culpeper
kunci key, 12 saluran channel, 13 bentuk tutur forms of speech, 14 norma interaksi norm of interaction, 15 norma interpretasi norm of
interpretation , 16 kategori wacana genre Sumarsono, 2008:325–334. Dari
keenam belas komponen tutur tersebut, Hymes 1974 melalui Nugroho 2009:119 memunculkan istilah ‘SPEAKING’ yang menghubungkan antara
konteks dengan situasi tutur. Hymes mengatakan bahwa konteks terdiri dari latar fisik dan latar psikologis setting and scene, peserta tutur participants, tujuan
tutur ends, urutan tindak acts, nada tutur keys, saluran tutur instruments, norma tutur norms, dan jenis tutur genres.
Malinosky pada tahun 1923, berbicara tentang konteks yang berdimensi situasi atau ‘context of situation’. Malinowsky mengatakan, seperti yang dikutip
di dalam Verschueren 1998:75, ‘Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistics context is a mere figment and stands for
nothing by itself, so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation.’ Jadi, di dalam pandangannya
sesungguhnya dinyatakan bahwa kehadiran konteks situasi menjadi mutlak untuk menjadikan sebuah tuturan benar-benar bermakna.
Malinosky menyebut ‘context of situation’, maka Leech 1983 menggunakan istilah ‘speech situation’ dalam pemahamannya mengenai konteks.
Bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech 1983 dalam Wijaya 1996:10–13 mengemukakan
sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah sebagai berikut.
1 Penutur dan lawan tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca
bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang
sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. 2 Konteks tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang
bersifat fisik lazim disebut koteks cotext, sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua
latar belakang pengetahuan back gorund knowledge yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.
3 Tujuan penutur Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh
maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada
tujuan goal oriented activities. Ada perbedaan yang mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dengan pandangan gramatika
yang bersifat formal. Di dalam pandangan yang bersifat formal, setiap bentuk lingual yang berbeda tentu memiliki makna yang berbeda.