Maksud Khawatir Maksud Menolak

Maksud tersebut tidak santun karena penutur menuduh mitra tutur tanpa adanya bukti yang kuat. Penutur menyinggung mitra tutur dalam suatu rapat bersama dewan guru lainnya di sekolah. Mitra tutur merasa sangat tersinggung dan marah atas tuduhan tanpa bukti tersebut. Tuturan tidak santun itu menimbulkan konflik antara penutur dan mitra tutur. Mitra tutur sampai menangis mendapat tuturan tersebut.

4.2.3.17 Maksud Mengingatkan

Penutur yang memiliki maksud mengingatkan mitra tuturnya ketika bercakap-cakap terdapat dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik pada tuturan E6. Pada tuturan tidak santun tersebut, penutur bermaksud mengingatkan mitra tutur karena mitra tutur berbicara terlalu panjang lebar tanpa melihat pada diri penutur itu sendiri. Tuturan tersebut tidak santun karena penutur membuat mitra tutur tersinggung dan tidak bisa menerima meski maksud penutur adalah untuk mengingatkan saja. Mitra tutur kesal karena menurut dia, mitra tutur juga suka berbicara panjang lebar dan tidak jauh berbeda dengannya. 152

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan dua hal penting, yaitu 1 simpulan dan 2 saran. Simpulan meliputi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Sedangkan saran meliputi hal-hal relevan yang kiranya perlu diperhatikan, baik untuk mahasiswa jurusan pendidikan bahasa maupun penelitian lanjutan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan tuturan yang tidak santun dalam interaksi antaranggota keluarga maupun antarkeluarga pada keluarga pendidik di Kotamadya Yogyakarta. Simpulan hasil analisis dapat diuraikan berdasarkan tiga rumusan masalah penelitian untuk menjawab pertanyaan mengenai wujud, penanda, dan maksud ketidaksantunan apa sajakah yang ada dalam ranah keluarga pendidik di Kotamadya Yogyakarta. Wujud ketidaksantunan linguistik yang ditemukan dalam ranah keluarga pendidik di Kotamadya Yogyakarta berupa semua tuturan lisan tidak santun yaitu tuturan yang melanggar norma, mengancam muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan muka, dan menimbulkan konflik yang telah ditranskrip menjadi tuturan non-lisan. Wujud ketidaksantunan pragmatik yang ditemukan berupa penyampaian tuturan dengan cara ketus, sinis, tegas, keras, kesal tanpa memperhatikan perasaan mitra tutur, dan ada pula ketidaksantunan karena bertutur dengan orang yang usianya lebih tua dari penutur.