Pengecekan secara bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter dan perawat dengan tujuan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang
telah dilakukan kepada pasien. Dokter dan perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan
sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi kemajuan proses penyembuhan pasien. Kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan
pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga terjadi transfer pengetahuan diantara anggota tim.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan data
kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu
dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
6.6.3 Analisis Dimensi
Access
Dimensi ini ditunjukkan sebagai interaksi antara anggota tim dari berbagai disiplin ilmu dan interaksi antara area pelayanan yang berbeda. Di satu sisi,
dimensi ini berkaitan dengan ketersediaan sumberdaya, fasilitas, alokasi waktu, dan sebagainya. Namun, keterbatasan sumber daya yang ada di R.S. Efarina
Etaham Berastagi menyebabkan rendahnya kualitas dimensi ini. Sebagai contoh kerterbatasan jumlah dokter menyebabkan pasien harus menunggu respon untuk
dilayani. Sementara itu kurangnya akses terhadap ketersediaan dokter dapat
Universitas Sumatera Utara
mengarah ke berbagai tingkat frustrasi yang dialami oleh dokter dikarenakan menangani pasien yang terlalu banyak. Jumlah dokter yang tersedia di R.S.
Efarina Etaham Berastagi masih belum memenuhi standar. Misalnya dokter spesialis, dimana standar minimal jumlah dokter spesialis untuk rumah sakit
dengan klasifikasi kelas B meliputi 12 tenaga spesialis dasar penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obesetri ginekologi, dan 8 tenaga spesialis penunjang
medis radiologi, patologi klinik, anestasiologi, rehabilitasi medik, patologi anatomi. Namun dalam hal ini jumlah tenaga spesialis yang tersedia hanya 13
tenaga spesialis termasuk 5 tenaga yang merupakan dokter tamu. Kurangnya jumlah tenaga yang tersedia di R.S. Efarina Etaham Berastagi
menyebabkan alokasi waktu yang tidak sesuai sehingga terdapat tenaga kerja yang harus bekerja dengan jam kerja yang sangat tinggi misalnya dokter spesialis dasar
dengan status tenaga kerja tetap, spesialis penunjang medis bagian radiologi, fisioterapi, dan laboratorium.
Selain itu banyak kekurangan lainnya yang menyangkut rendahnya dimensi akses pada R.S. Efarina Etaham Berastagi, misalnnya jumlah tempat tidur
yang tersedia adalah 150 buah, sedangkan menurut standar pemerintah jumlah tempat tidur yang tersedia untuk klasifikasi rumah sakit kelas B adalah 200 buah
tempat tidur. Perbandingan jumlah tenaga keperawatan dengan jumlah tempat tidur berdasarkan peraturan pemerintah adalah 1:1, namun dalam hal ini jumlah
tenaga keperawatan bahkan tidak mencapai 50 dari jumlah tempat tidur yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi keterbatasan pada dimensi akses maka pihak rumah sakit perlu menyesuaikan kondisi rumah sakit baik dari ketersediaan tenaga,
ketersediaan fasilitas, dan alokasi waktu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah dan standar klasifikasi rumah sakit, Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor : 129MENKESSKII2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340MENKESPERIII2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
6.6.4 Analisis Dimensi