Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dewasa ini persaingan bisnis semakin kompetitif, tidak hanya dari segi biaya tetapi juga dari segi kualitas. Meningkatkan kualitas layanan dan memuaskan pelanggan merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan bagi setiap perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Keseluruhan hal tersebut hanya ditujukan untuk menarik minat pelanggan atau konsumen, sehingga konsumen cenderung akan melakukan aktivitas membeli pada produkjasa yang ditawarkan. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang bergerak dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai pusat pengobatan, merupakan tempat terjadi proses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, mulai dari diagnosa, perawatan, dan sampai pada rehabilitasi, sehingga rumah sakit mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan pasiennya pelanggan. Dalam pelayanan kesehatan, kualitas layanan dinilai secara langsung oleh pelanggan, dimana pelanggan melihat dulu baru percaya seeing is believing terhadap kinerja pelayanan yang diberikan Chang Kim Maubourgne,2009. Disisi lain, kinerja dari rumah sakit merupakan ukuran kualitas layanan eksternal. Peningkatan kualitas layanan ini akan membutuhkan waktu yang lebih cepat bila Universitas Sumatera Utara diawali dengan peningkatan kualitas layanan internal yang signifikan Forst, 2002. Kualitas layanan internal sebuah rumah sakit dapat dilihat dari persepsi karyawan. Karyawan dinilai mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap tercapainya kepuasan pelanggan karena rumah sakit umumnya mengandalkan karyawan dalam menyampaikan produknya jasa kepada pelanggan. Menurut Charles Hollis 2006 terdapat 12 dimensi yang berkaitan dengan kualitas layanan internal pada bidang kesehatan Internal Health Care Service Quality yaitu: tangibles , responsiveness, courtesy, reliability, communication, competence, understanding , outcomes, caring, collaboration, access, dan equity. Kualitas layanan internal juga merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pihak R.S. Efarina Etaham Berastagi. Kompensasi yang efektif terhadap kualitas layanan internal memotivasi karyawan dalam memberikan kualitas pelayanan yang efektif pada konsumen. Dengan demikian akan menimbulkan kepuasan kepada konsumen dan loyalitas akan terjadi baik terhadap konsumen ataupun karyawan yang bekerja. Pihak rumah sakit masih memiliki pencapaian yang rendah terutama pada unit layanan rawat inap. Hal ini dapat diidentifikasi melalui indikator angka hunian rumah sakit Bed Occupancy Rate = BOR serta rata-rata sebuah tempat tidur digunakanperiode Bed Turn Over = BTO. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Data BOR dan BTO RS Efarina Etaham Berastagi Per September 2012 Indikator Bulan ke Rata- rata Standar Permenkes 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BOR 28,7 26,7 34,2 24,8 27,0 27,8 25,6 26,3 28,9 27,76 60-85 BTO kali 2,97 2,07 2,92 2,10 2,30 2,24 2,17 2,05 2,21 2,34 4 Sumber: R.S. Efarina Etaham Berastagi Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai BOR dan BTO dari R.S. Efarina Etaham masih berada dibawa standar ideal nilai BOR dan BTO. Adapun standar ideal pencapaian angka hunian rumah sakit BOR adalah 60-85, sedangkan angka sebuah tempat tidur digunakanbulan BTO adalah 4 kali. Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pencapaian angka BOR pada R.S. Efarina Etaham per September 2012 rata-rata adalah 27.76 , sedangkan angka BTO juga rata-rata hanya mencapai 2,34 kali. Angka tersebut menunjukkan akses terhadap pelayanan rawat inap R.S. Efarina Etaham Berastagi masih rendah. Selain itu kualitas layanan pada unit rawat inap juga ditandai oleh beberapa hal dimana layanan rumah sakit belum sesuai dengan standar misalnya jam visite dokter di mulai jam 9 dimana standarnya adalah jam 8, perawat masih berada dibawah kualifikasi berdasarkan standar pemerintah yaitu D3, tidak adanya pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa, Jam buka pelayanan tidak sesuai, dan sebagainya. Selain pada unit layanan rawat inap, kualitas yang rendah juga dapat dilihat pada berbagai unit layanan lainnya, misalnya pada unit gawat darurat, pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 lima menit setelah sampai di Universitas Sumatera Utara UGD. Namun dalam hal ini pihak rumah sakit belum mampu untuk mencapai standar tersebut. Disamping itu, kualitas SDM juga belum memenuhi standar unit gawat darurat misalnya tidak tersedianya perawat kepala dengan kualifikasi S-1 ditambah dengan pelatihan kegawat daruratan. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan beberapa permasalahan terkait dengan dimensi kualitas layanan internal kesehatan. Permasalahan tersebut dikategorikan ke dalam beberapa dimensi kualitas layanan internal antara lain, sikap, perilaku serta keramahan pihak rumah sakit khususnya perawat courtesy, selain itu waktu tanggap pelayanan dokter yang lambat misalnya pada unit gawat darurat 5 menit, jam visite dokter mulai jam 9, serta kurangnya inisiatif dalam membantu pasien responsiveness, kerjasama dan job desk yang kurang jelas khususnya bagi perawat sehingga terjadi kesalahan dalam menangani pasien misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien rawat inap collaboration. Faktor lain yang berkaitan dengan kualitas layanan internal yaitu pelayanan yang diberikan kurang akurat, tidak sesuai dengan standar, jam pelayanan tidak sesuai dengan yang ditentukan, serta beberapa karyawan tidak kompeten di bidangnya reliability, dan sebagainya. Beberapa faktor berkaitan dengan dimensi kualitas layanan internal seperti yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa kualitas layanan pada R.S. Efarina Etaham Berastagi perlu ditingkatkan. Dalam penelitian ini, adapun unit pelayanan yang akan dijadikan sebagai alternatif perbaikan adalah unit pelayanan yang dianggap penting oleh rumah sakit, dan masih perlu ditingkatkan kualitasnya. Berdasarkan diskusi dengan pihak rumah sakit adapun unit pelayanan yang diteliti Universitas Sumatera Utara adalah unit gawat darurat, pelayanan rawat jalan, dan unit pelayanan rawat inap. Ketiga jenis unit pelayanan tersebut merupakan unit pelayanan dimana pasien sering berinteraksi dengan staf rumah sakit, sedangkan unit pelayanan lain merupakan unit pelayanan pendukung. Penilaian dilakukan terhadap masing-masing unit pelayanan di rumah sakit berdasarkan kriteria pada dimensi Internal Service Quality ISQ. Berdasarkan penilaian tersebut kemudian akan dipilih solusi ideal untuk setiap alternatif dengan menggunakan metode TOPSIS Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution Metode TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Kwangsun Yoon and Hwang Ching-La 1981. Dalam metode TOPSIS, alternatif yang optimal adalah yang paling dekat dengan solusi ideal positif dan paling jauh dari solusi ideal negatif. Dalam penelitian ini metode TOPSIS digunakan untuk pengambilan keputusan terkait alternatif unit pelayanan yang perlu ditingkatkan. Penilaian terhadap dimensi kualitas layanan internal Internal Service Quality dari masing-masing unit pelayanan merupakan faktor pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan penggunaan metode TOPSIS dalam penilaian terhadap dimensi dari Internal Service Quality. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah R.S. Efarina Etaham Berastagi. Adapun judul penelitian yang dilakukan yaitu “Penilaian Dimensi Internal Service Quality Universitas Sumatera Utara dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi”.

1.2 Rumusan Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pendekatan Blue Ocean Strategy Terhadap Strategi Pelayanan Rumah Sakit Dengan Integrasi Quality Function Deployment Dan Axiomatic Design (Studi Kasus: Unit Pelayanan Rawat Inap R.S. Efarina Etaham Berastagi)

14 121 277

Integrasi Metode Servqual, Qfd, dan Topsis untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan

0 2 5

Analisis Kualitas Layanan Menggunakan Metode Service Quality dan Importance-Performance Analysis (Studi Kasus di BIMBEL A+).

0 0 17

Analisis Kepuasan Jemaat terhadap Kualitas Layanan Gereja X dengan menggunakan metode Service Quality.

0 0 13

Quality of Service dengan Metode Diffentiated Service untuk Layanan Video Streaming Jaringan UMTS.

0 1 8

PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN E-COMMERCE ESGOTADO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT IMPROVEMENT THE QUALITY OF E-COMMERCE SERVICE ESGOTADO IN INDONESIA BY USING QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT METHOD

0 0 8

Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

0 1 59

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

0 0 10

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pendekatan Blue Ocean Strategy Terhadap Strategi Pelayanan Rumah Sakit Dengan Integrasi Quality Function Deployment Dan Axiomatic Design (Studi Kasus: Unit Pelayanan Rawat Inap R.S. Efarina Etaham Berastagi)

0 0 13