40
G. Indenpedensi Auditor
Mautz dan Sharaf 1961 dalam Alim 2007 menyatakan bahwa auditor memilliki tanggung jawab kepada klien, masyarakat, kolega, dan diri
sendiri demi kelajuntan profesi dan jasa yang diberikan. Independensi merupakan suatu standar audit yang penting, karena
opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak
independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun Mautz dan Sharaf, 1993 dalam Alim, 2007.
Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik
akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektifitas
dalam melaksanakan tugasnya, dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pritensi dan harus independen, sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi
tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Berdasarkan SPAP, audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. standar
pengauditan mencakup mutu profesional professional qualities auditor, independensi, pertimbangan judgement yang digunakan dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporan audit. Jadi, independensi merupakan salah satu
41 standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan
auditor berkualitas. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik Christiawan, 2003.
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Berkaitan dengan hal
itu terdapat 4 empat hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu: 1 Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan
klien. 2 Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri. 3 Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien. 4 Bertindak sebagai penasihat
advocate dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan
kliennya. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik
itu dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Lavin 1976 dalam Christina 2007 meneliti 3 tiga faktor yang mempengaruhi independensi akuntan
publik, yaitu : 1 Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. 2