Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Deskripsi Teoritik
seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan empat sampai enam siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta
membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan melalui
tulisan.
18
Think-talk-write dikembangkan dari pendekatan kooperatif sehingga dalam pelaksanaannya srategi ini membagi sejumlah siswa ke
dalam beberapa kelompok secara heterogen. Jika mengacu pada definisi tersebut, maka strategi pembelajaran think-talk-write termasuk ke
dalam jenis pendekatan yang berpusat pada siswa karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam pelaksanaan yang menggunakan kelompok, maka think-talk-write juga mengacu kepada
pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan konsep.
Tahapan strategi think-talk-write dalam pembelajaran yang dilakukan di antaranya:
1 Think Berfikir
Belajar adalah proses berfikir. Belajar dengan berfikir dapat menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan
melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam proses berpikir tidak hanya menekankan kepada konsep pengetahuan
materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri Self regulated.
19
Dalam berfikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan
yang digunakan
untuk belajar,
mengorganisasikan dan
18
Martinis Yamin dan Bansu I Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, cet. 2, h. 84.
19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 105.
merencanakan. Cara berfikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
20
Menurut Wiederhold yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu I Ansari, membuat catatan berarti berfikir untuk
menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Berfikir dapat membuat belajar menjadi rutin dengan
menulis catatan sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan dapat mempertimbangkan keterampilan berfikir dan
menulis.
21
Tahap berfikir ini siswa membaca teks berupa soal kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan
permasalahan sehari-hari siswa atau kontekstual. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban strategi
penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, danatau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai
dengan bahasanya sendiri. Aktivitas berpikir think siswa dapat dilihat ketika dalam pembelajaran terdapat kegiatan yang
memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan. Setelah itu siswa mulai memikirkan kemungkinan jawaban atau solusi dari
permasalahan dengan cara siswa mencatat atau mengingat bagaimanaapa yang dipahami atau tidak dipahami.
2 Talk Berbicara atau Diskusi
Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya talk, yaitu berkomunikasi maupun berdiskusi dengan menggunakan
kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Menurut Suryo Subroto yang dikutip Trianto, diskusi
merupakan percakapan ilmiah oleh beberapa orang dalam satu
20
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2000, cet. 7, h. 152.
21
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, op. cit., h. 85.
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari
pemecahan masalah
untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran.
22
Tahap berkomunikasi talk dapat memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umumnya menurut Huinker Laughlin
yang dikutip Martinis dan Bansu, berkomunikasi dapat berlangsung secara alami. Berkomunikasi dapat dipelajari siswa melalui
kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami proses komunikasi dapat
dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.
23
Menurut Tjokrodihardjo dalam Trianto, diskusi atau berkomunukasi dalam pembelajaran memiliki 3 tiga tujuan, yaitu:
Pertama, meningkatkan cara berfikir siswa dengan jalan membantu siswa
membangkitkan pemahaman
isi pelajaran.
Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga,
membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berfikir.
24
Diskusi memberikan
kesempatan tidak
hanya untuk
menggunakan pikiran, tetapi bila dikerjakan dengan tepat dapat membentuk suatu sikap positif terhadap cara berpikir.
25
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan
tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.
22
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KurikulumTingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2011,
cet. 4, h. 122.
23
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, op. cit., h. 87.
24
Trianto, op. cit., h. 124.
25
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep,Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 120.
Pada tahapan ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat berlangsung secara
alami. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Secara alami dan mudah, proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis ide yang
berhubungan dengan pengalaman mereka, sehingga mereka mampu untuk menulis tentang ide tersebut.
3 Write Menulis
Selanjutnya tahap write, yaitu menuliskan hasil diskusi dialog pada lembar kerja yang disediakan lembar aktivitas siswa.
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi
atau berdialog
antar teman
dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu
siswa dalam
membuat hubungan
dan juga
memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Menurut Masingila dan Wisniowsak dalam Martinis Yamin dan
Bansu I. Ansari mengemukakan bahwa aktivitas menulis siswa bermanfaat karena dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi,
dan konsep siswa terhadap ide yang sama.
26
Dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk
berbicara, untuk
mengkomunikasikan pikiran
dan pengalaman kita kepada orang lain. Menulis adalah aktivitas
seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan emosional dan belahan otak kiri logika.
27
Selama tahap ini, aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah 1 menulis solusi terhadap masalah pertanyaan yang diberikan,
2 mengorganisasikan semua pekerjaan langkah-demi-langkah
26
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, op. cit., h. 88.
27
Bobbi DePorter Mike Hernacki, op. cit., h. 178.
agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, 3 mengoreksi semua pekerjaan sehingga tidak ada yang tertinggal, 4 meyakini bahwa
pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudahdibaca, dan terjamin keasliannya.
28
Karakteristik pembelajan think-talk-write yang membedakan dengan strategi pembelajaran yang lain, diantaranya:
a Melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan eksplorasi suatu
konsep biologi. b
Mengkonstruksi dengan benar pengetahuan awal siswa baik dari pengalaman maupun informasi yang diterima.
c Termasuk
model pembelajaran konstruktivisme yang dilakukan secara kooperatif.
d Think-talk-write dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan
menulis siswa yang dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam
kelompok yang kemudian dicari solusinya. e
Karena terdapat langkah diskusi maka guru dengan mudah
mengetahui miskonsepsi siswa dan dengan diskusi juga dapat diarahkan untuk merubah konsepnya.
Think-talk-write memberikan
keuntungan kepada
guru, diantaranya:
29
a Guru dapat mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan
keterlibatan dan menantang siswa untuk berpikir. b
Guru dapat mendengarkan dengan hati-hati ide atau gagasan siswa.
28
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, loc. cit.
29
Ibid, h. 90.
c Guru dapat menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan maupun
tulisan. d
Guru dapat memutuskan apa yang akan digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
e Guru
dapat memutuskan
kapan memberikan
informasi, mengklarifikasi persoalan, menggunakan model, membimbing, dan
membiarkan siswa berjuang untuk memecahkan soal. f
Guru dapat memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap
siswa untuk berpartisipasi. Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW:
30
a Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang
memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
b Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual, untuk dibawa ke forum diskusi think. c
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan talk. Guru berperan sebagai mediator pembelajaran.
d Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi
write.