Pembelajaran Kooperatif Deskripsi Teoritik

juga mendapatkan sumber belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar saja, tetapi juga sesama siswa. 7 Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Arends dalam trianto menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 8 a. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah heterogen c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari budaya, ras, suku, jenis kelamin yang beragam; dan d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketentuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu 1 adanya peserta didik dalam kelompok, 2 adanya aturan main dalam kelompok, 3 adanya upaya belajar dalam kelompok, 4 adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. 9 Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya yaitu: 10 a. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambahkan kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 7 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, cet. 2, h. 74. 8 Trianto, op.cit., h. 47. 9 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 204. 10 Wina Sanjaya, op.cit., h. 247. b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatannya serta menerima segala perbedaan. d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. e. Untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Berdasarkan penelitian Slavin dalam Rusman, dinyatakan bahwa: 1 penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, serta menghargai pendapat orang lain, 2 pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. 11 11 Rusman, op. cit., h. 205. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan strategi belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal dengan meningkatkan pemahaman mereka baik dari pengalaman individu maupun kelompok. 12

2. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write

Menurut J.R. David dalam Wina bahwa strategi di dunia pendidikan, dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 13 Definisi strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa dalam Trianto yaitu suatu pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. 14 Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Proses pembelajaran tidak akan terarah tanpa strategi yang jelas, dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menjadi sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efesien. 15 12 Zulfiani, dkk., loc. cit. 13 Wina Sanjaya, op. cit., h. 124. 14 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KurikulumTingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 4, h. 135. 15 Made Wena, op. cit., h. 2. Strategi Think-talk-write adalah strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin, yang menyatakan: “The think-talk-write strategy presented here allowas all students to talk out the ideas behind their thoughts before they write. Talking encourages the explorarion of words and the testing of ideas. Talking promotes understanding. When students are given numerous opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’ writing, and the writing furher contributes to the construction of meaning.” 16 Strategi think-talk-write memungkinkan semua siswa untuk menyampaikan ide dalam pikiran mereka sebelum mereka menulis. Berbicara mendorong eksplorasi kata-kata dan menguji ide-ide. Berbicara mengembangkan pemahaman. Saat siswa banyak diberikan kesempatan untuk berbicara, mereka dapat menemukan cara yang akan ditulis ke dalam tulisannya, dan tulisan memberikan lebih lanjut untuk pembangunan makna. Fazio and Gallagher mengemukakan: “a think-talk-write strategy which has been adopted in England to promote literacy in science may help students to make connections between their peers, teachers, and the science phenomena under investigation, thereby linking literacy processes.” 17 Strategi think-talk-write yang telah diterapkan di Inggris untuk mendukung literasi sains dan dapat membantu siswa untuk membuat hubungan antara rekan-rekan mereka, guru, dan fenomena ilmu alam disekitarnya, sehingga menghubungkan proses literasinya. Pada dasarnya strategi ini dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan think-talk-write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide sharing dengan temannya sebelum menulis. Suasana 16 DeAnn Huinker Connie Laughlin, “Talk Your Way Into Writing”, http:www.Google.comsearch?q=mtsd.kl.12.wi.usMTSDDistrictela-curriculum- 03think_talk_write.html , diakses pada tanggal 27 Agustus 2012, p. 88. 17 Fazio Xavier and Tiffany Gallagher, “Supporting Students Writing in Elementary Science: Tools to Facilitate Revision of Inquiry-Based Compositions ”, Electonic Journal of Literacy Through Science, 8, 2009, p. 6. seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan empat sampai enam siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan melalui tulisan. 18 Think-talk-write dikembangkan dari pendekatan kooperatif sehingga dalam pelaksanaannya srategi ini membagi sejumlah siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Jika mengacu pada definisi tersebut, maka strategi pembelajaran think-talk-write termasuk ke dalam jenis pendekatan yang berpusat pada siswa karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam pelaksanaan yang menggunakan kelompok, maka think-talk-write juga mengacu kepada pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan konsep. Tahapan strategi think-talk-write dalam pembelajaran yang dilakukan di antaranya: 1 Think Berfikir Belajar adalah proses berfikir. Belajar dengan berfikir dapat menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam proses berpikir tidak hanya menekankan kepada konsep pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri Self regulated. 19 Dalam berfikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan 18 Martinis Yamin dan Bansu I Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, cet. 2, h. 84. 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 105.