Akibat Perceraian AKIBAT DAN HIKMAH

seluruhnya, dan separoh apabila qobla al-dukhul, memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai 21tahun. Pasal 151 dan pasal 152 menjelaskan Bekas istri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain, bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz. 2 Adanya waktu tunggumasa iddah. 40 Pasal 153 menjelaskan bahwa bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali qabla al-dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami. Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut: Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qabla al-dukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 seratus tiga puluh hari, apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih haid ditetapkan 3 tiga kali suci dengan sekurang-kurangnya 90sembilan puluh hari, dan bagi yang tidak haid ditetapkan 90 sembilan puluh hari, apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan, tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karana perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qabla al-dukhul, bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya, 40 Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Rona Publishing, h. 151-153. putusan Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami,waktu tunggu bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali waktu haid, dalam hal keadaan pada ayat 5 bukan karena menyusui, maka iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun tersebut ia haid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali waktu suci. Kemudian Pasal 154 dan pasal 155 menjelaskan apabila istri bertalak raj’i kemudian dalam waktu iddah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 huruf b, ayat 5 dan ayat 6 pasal 153, ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah menjadi empat bulan sepuluh hari terhitung saat matinya bekas suaminya, waktu iddah bagi janda yang putus perkawinannya karena khuluk, fasakh dan li’an berlaku iddah talak. 3 Akibat hukum terhadap hak asuh anakhadhanah. 41 Pasal 156 menjelaskan akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dengan ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh wanita-wanita dalam garis lurus ke atas ibu, ayah, wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah, saudara 41 Ibid, h. 153-154. perempuan dari anak yang bersangkutan,wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis kesamping dari ayah. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya, apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula, semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri 21 tahun, bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf a, b, dan d, pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya. 4 Adanya mut’ah atau pemberian bekas suami kepada istri. 42 Pasal 158-160 menjelaskan bahwa mut’ah wajib diberikan oleh bekas suami dengan syarat belum ditetapkan mahar bagi istri ba’da al- dukhul, perceraian itu atas kehendak suami. 42 Ibid, h. 155. Mut’ah sunnat diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pada pasal 158, besarnya mut’ah disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami. 5 Pembagian harta kekayaan dalam perkawinan. 43 Pasal 96 dan pasal 97 menjelaskan apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama, pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hutang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama, janda atau duda cerai masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. b. Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Pasal 41 menjelaskan akibat putusnya perkawinan karena perceraian baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusan, bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ikut memikul biaya tersebut, pengadilan dapat mewajibkan bekas 43 Ibid, h. 130. suami yantuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bekas istri. 44

2. Hikmah Perceraian

Dari pengertian perkawinan jelas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, dan setiap orang yang akan melakukan perkawinan pasti mengharapkan tercapainya tujuan tersebut, namun banyak juga diantara mereka yang tidak dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga sehingga harus berakhir dengan perceraian. Suatu kejadian pastilah akan terdapat hikmah yang akan didapatkan, begitu juga dalam permasalahan perceraian akan ada hikmah yang didapatkan baik bagi sang suami atau sang istri. Talak pada dasarnya sesuatu yang halal tetapi dibenci oleh Allah SWT, hikmah diperbolehkan talak itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu. Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan akan menimbulkan mudharat bagi kedua belah pihak baik itu sang suami atau istri bahkan kepada sang anak itu sendiri. 45 44 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Surabaya: Rona Publishing, h. 24-25. 45 Ahmad Sauqi, Perselisihan Terus-Menerus Antara Suami Istri Akibat Campur Tangan Orang Tua Sebagai Dasar Alasan Perceraiankajian terhadap putusan PA Jakarta Timur No. 116pdt.G2008PA JT, h. 44. Allah SWT Yang Maha Bijaksana menghalalkan talak tapi membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, istri atau keduanya, atau untuk kepentingan keturunannya. Selain hal itu, hikmah adanya perceraian akan menambahkan kita pada pembelajaran hidup bahwasanya dalam hidup terdapat dinamika yang harus kita jalani, baik itu bersifat senang ataupun sedih. Karena semua ini sudah ada ketentuannya yang telah lama ditentukan oleh Allah SWT sehingga diharapkan semua peristiwa yang kita alami dapat kita ambil hikmah atau sebagai pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta yaitu Allah SWT. 46

D. Pemeriksaan Perkara Perceraian

Dalam prosedur perceraian, langkah awal yang harus dilakukan bagi suami atau istri yang ingin bercerai adalah membuat surat permohonan bagi suami, atau surat gugatan bagi istri. Hal yang perlu dicantumkan dalam pembuatan gugatan atau permohonan adalah: 1. Identitas para pihak. 2. Fundamentum petendi. 3. Petitum. 47 46 Ibid, h. 45. 47 Wahju Muljono, Teori Praktik Peradilan Perdata Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012, cet. Ke-1, h. 53. Fundamentum petendi atau juga disebut posita yaitu memuat gambaran yang jelas mengenai duduk persoalan, dengan lain perkataan dasar gugatan harus dikemukakan dengan jelas. Suatu posita terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang memuat alasan-alasan berdasarkan keadaan dan bagian yang memuat alasan-alasan berdasarkan hukum. 48 Perlu diingat bahwa penguasaan hukum formal sangat berguna dalam menyusun gugatan karena menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi pengadilan, misalnya kepada pengadilan mana gugatan diajukan, dan sebagainya, disamping itu hukum formal ini mempunyai tujuan untuk menegakkan hukum materil dalam sidang pengadilan. Oleh karena itu, hukum materil juga harus dikuasai dengan baik dalam menyusun gugatan, karena hal ini sangat menentukan dikabulkannya atau ditolaknya suatu gugatan. 49 Petitum yaitu hal-hal apa yang diinginkan atau diminta oleh penggugat agar diputuskan, ditetapkan atau diperintahkan oleh hakim. 50 Setelah surat permohonan atau surat gugatan sudah dibuat dan selesai ditandatangani oleh pemohon bagi suami atau gugatan bagi istri, kemudian surat gugatanpermohonan diserahkan kepada petugas Meja 1 sebanyak jumlah pihak, ditambah tiga rangkap untuk majelis Hakim, setelah itu petugas Meja 1 48 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1997, cet. Ke-8, h. 17 49 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2008, cet. Ke-5, h. 23. 50 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1997, cet. Ke-8, h. 17. menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan menggunakan daftar periksa check list. 51 Setelah menaksir panjar biaya perkara, petugas meja 1 membuat Surat Kuasa Untuk Membayar SKUM yang kemudian petugas Meja 1 mengembalikan berkas kepada penggugat atau pemohon untuk diteruskan kepada kasir, kemudian setelah membayar biaya perkara pemegang kas menyerakan satu rangkap surat gugatanpermohonan yang telah diberi nomer perkara berikut SKUM kepada penggugatpemohon agar didaftarkan kepada meja II. 52 Petugas meja II kemudian akan mendaftarkan surat gugatanpermohonan dalam buku induk gugatanpermohonan, setelah itu petugas meja II menyerahkan berkas kepada Panitera melalui Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama. 53 Panitera wajib secepatnya menyampaikan berkas perkara itu kepada ketua Pengadilan Agama, disertai unsur tindak atau saran tindak yang kira-kira berbunyi “sudah diteliti dan syarat formal cukup” atas dasar itu ketua Pengadilan Agama dapat menunjuk majelis hakim yang akan memeriksa dan mengadili perkara tersebut, dengan surat penetapan, disebut penunjukan majelis hakimPMH. 54 51 Mahkamah Agung RI Direktorat Jendral BADILAG 2010, Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama Buku II Edisi Revisi 2010, Jakarta, 2010 52 Ibid . 53 Ibid 54 A. Rosyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: CV.Rajawali, 1991, cet. Ke-1, h. 76