Penutup Cerai Gugat Akibat Suami Adalah Saudara Sepupu/Sedarah (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Batam No.104/Pdt.G/2013/Pa.Btm)

banyak juga diantara mereka yang tidak dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga sehingga harus berakhir dengan perceraian. Perceraian merupakan bagian dari perkawinan, sebab tidak ada perceraian tanpa adanya perkawinan lebih dahulu. Perkawinan merupakan awal dari hidup bersama antara seorang pria dengan seorang wanita yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam suatu negara, sedangkan perceraian merupakan akhir dari kehidupan bersama suami istri tersebut. 10 Dalam Islam perceraian itu dibenarkan dan diperbolehkan apabila hal tersebut lebih baik daripada tetap dalam ikatan perkawinan tetapi kebahagiaan tidak dicapainya dan selalu berada dalam penderitaan. Dalam agama Islam, perkawinan tidak diikat dalam ikatan yang mati tetapi tidak pula mempermudah terjadinya perceraian, boleh dilakukan tetapi betul-betul dalam keadaan darurat atau karena terpaksa. Salah satu asas yang dianut oleh hukum perkawinan nasional adalah mempersulit terjadinya perceraian. Hal ini adalah sejalan dengan ajaran agama, khususnya agama Islam, karena kalau terjadi perceraian berarti gagalnya tujuan perkawinan yang dicita-citakan yaitu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera. Berlainan halnya dengan putusnya perkawinan karena kematian, sebab hal ini merupakan takdir dari Allah SWT yang tidak dapat dielakkan oleh manusia. 11 10 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2008, cet. Ke-5, h. 443. 11 Ibid, h. 444. Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat ditempuh oleh suami istri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah mengadakan upaya perdamaian secara maksimal. Perceraian dapat dilakukan atas kehendak suami atau permintaan istri, perceraian yang dilakukan istri disebut cerai gugat. 12 Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, adapun alasan- alasan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perceraian sebagaimana disebutkan dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu: 13 1. Salah satu pihak berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan pemboros, pemakai obat-obat terlarang. 2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemauannya pergi tanpa kabar berita. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri. 12 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, h. 509. 13 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perata Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, cet. Ke-2, h. 17.