3. Q.S. Al-Baqarah ayat 231
:ةﺮﻘﺒﻟا 231
Artinya: Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang maruf, atau ceraikanlah
mereka dengan cara yang maruf pula, janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka,
barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan
ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah As-Sunnah, Allah memberi pengajaran kepadamu
dengan apa yang diturunkan-Nya itu, dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.Q.S Al-Baqarah:
231.
4. Q.S. Al-Baqarah ayat 232
:ةﺮﻘﺒﻟا 232
Artinya: Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang maruf, itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu kepada Allah dan hari kemudian, itu lebih baik bagimu dan lebih suci, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.Q.S Al-Baqarah: 232
5. Q.S. At-Thalaq ayat 1
:قﻼﻄﻟا 1
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang
wajardan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu, janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang, itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya
sendiri, kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.Q.S. At-Thalaq: 1.
B. JENIS DAN ALASAN
1. Jenis Perceraian
a. Cerai talak
Pengertian talak menurut bahasa Arab adalah lepas dari ikatan, berpisah, bercerai, pembebasan.
7
Yang dimaksud disini adalah melepaskan ikatan perkawinan. Cerai talak merupakan cerai yang dikehendaki suami
sesuai dalam Kompilasi Hukum islam KHI dijelaskan bahwa cerai talak adalah “ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah
7
Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir Kamus Besar Arab-Indonesia Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, cet. Ke-14, h. 861.
satu putusan perkawinan, dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131”.
8
Hak talak ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai
dalam kehidupan rumah tangga. Rumah tangga yang dibangun melalui akad nikah harus dilandasi dengan rasa cinta kasih antara dua pihak sehingga
apabila rasa cinta menjadi tidak ada di antara mereka dan sulit dipulihkan, tetapi yang ada kemudian hanya benci-membenci, terbukalah pintu yang
memberi hak talak ini kepada suami.
9
Adapun jenis-jenis talak adalah: 1 Talak raj’i adalah talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang
telah dicampurinya dan masih dalam masa iddah.
10
Jelasnya, talak raj’i adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya sebagai talak satu atau talak dua. Apabila istri berstatus iddah talak
raj’i, suami boleh rujuk kepada istrinya tanpa akad nikah yang baru, tanpa persaksian, dan tanpa mahar baru pula.
11
2 Talak ba’in adalah perceraian dengan talak tiga, atau cerai setelah habis masa iddahnya, tidak ada kemungkinan untuk menjalin kembali
hubungan perkawinan bila talak tiga ini telah dijatuhkan. Talak ba’in ada
8
Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Rona Publishing, h. 138.
9
Ahcmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Ke-1, h. 119.
10
A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, cet. Ke-1. h. 243.
11
Ibid, h. 244.
dua macam yaitu talak bai’n sughra yaitu mengurangi hak suami untuk menjalin kembali hubungan perkawinan, tetapi bisa dengan akad yang
baru. Kemudian talak ba’in kubra semua hak untuk mempertautkan kembali ikatan perkawinan hilang sama sekali, bahkan suami yang
terdahulu tak dapat mengawini istri yang telah diceraikannya, kecuali bila dia telah menikah dengan lelaki lain lalu menceraikannya dengan
sukarela, tanpa tujuan “tahlil” sebagai yang disebutkan “cinta buta”.
12
b. Cerai Gugat
Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat,
kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
13
Jika hak untuk melakukan perceraian yang diberikan untuk suami dinamakan cerai talak atau dalam Islam disebut talak, maka hak untuk
melakukan perceraian yang diberikan untuk istri disebut cerai gugat atau dalam Islam cerai gugat dinamakan Khuluk. Khuluk berasal dari kata
َﻊَﻠَﺧ
-
ﺎًﻌْﻠَﺧ yang berarti mencabut, melepaskan.
14
12
Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syari’at Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, cet. Ke-1, h. 88.
13
Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. Ke-5, h. 50
14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 361.
Dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan pada pasal 1 huruf i bahwa khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan
memberikan tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya.
15
Putusnya perkawinan atas kehendak si istri karena si istri melihat sesuatu yang menghendaki putusnya perkawinan, sedangkan si suami tidak
berkehendak untuk itu. Kehendak untuk putusnya perkawinan yang disampaikan si istri dengan cara tertentu ini diterima oleh suami dan
dilanjutkan dengan ucapannya untuk memutus perkawinan itu. Putus perkawinan dengan cara ini disebut khuluk.
16
Khuluk ialah perceraian berdasarkan persetujuan suami istri yang berbentuk jatuhnya satu kali talak dari si suami kepada si istri dengan adanya
penebusan dengan harta atau uang oleh si istri yang menginginkan cerai dengan khuluk itu. Syarat yang menjadi ‘illah untuk membolehkan khuluk
ialah suami istri itu tidak dapat lagi menjalankan peraturan-peraturan Tuhan, kalau mereka teruskan hubungan perkawinannya.
17
Dasar pembolehan khuluk terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 229:
15
Kompilasi Hukum Islam,Surabaya: Rona Publishing, h. 92.
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, cet. Ke-2, h. 197
17
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1986, cet. Ke-5, h.115.