Alasan Perceraian JENIS DAN ALASAN

Perceraian mempunyai akibat pula, bahwa kekuasaan orang tua ouderlijke macht berakhir dan berubah menjadi “perwalian” voogdij. Karena itu, jika perkawinan dipecahkan oleh hakim, harus pula diatur tentang perwalian itu terhadap anak-anak yang masih dibawah umur. Penetapan wali oleh hakim dilakukan setelah mendengar keluarga dari pihak ayah maupun dari pihak ibu yang rapat hubungannya dengan anak-anak tersebut. Hakim merdeka untuk menetapkan ayah atau ibu menjadi wali, tergantung dari siapa yang dipandang paling cakap atau baik mengingat kepentingan anak-anak. Penetapan wali ini juga dapat ditinjau kembali oleh hakim atas permintaan ayah dan ibu berdasarkan perubahan keadaan. 38 Hal ini juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam maupun Undang- Undang Perkawinan. a. Kompilasi Hukum Islam KHI 1 Akibat hukum dari talak yang dilakukan suami. 39 Pasal 149 menjelaskan bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla al-dukhul, memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyur dan dalam keadaan tidak hamil, melunasi mahar yang masih terhutang 38 Ibid. 39 Kompilasi Hukum Islam, Rona Publishing: Surabaya, h. 150-151. seluruhnya, dan separoh apabila qobla al-dukhul, memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai 21tahun. Pasal 151 dan pasal 152 menjelaskan Bekas istri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain, bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz. 2 Adanya waktu tunggumasa iddah. 40 Pasal 153 menjelaskan bahwa bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali qabla al-dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami. Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut: Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qabla al-dukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 seratus tiga puluh hari, apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih haid ditetapkan 3 tiga kali suci dengan sekurang-kurangnya 90sembilan puluh hari, dan bagi yang tidak haid ditetapkan 90 sembilan puluh hari, apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan, tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karana perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qabla al-dukhul, bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya, 40 Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Rona Publishing, h. 151-153.