Aktivitas Belajar Anak Usia Dini Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

2.3.1 Aktivitas Belajar Anak Usia Dini

Dierich yang dikutip Hamalik 1980: 288-209 menyatakan, aktivitas belajar anak usia dini dibagi dalam delapan kelompok yaitu: 1 Kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2 Kegiatan lisan oral yaitu, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. 3 Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio. 4 Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat out line atau rangkuman, mengerjakan tes, serta mengisi angket 5 Kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuat chart, diagram, pola, dan peta. 6 Kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7 Kegiatan mental yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan. 8 Kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain Aktivitas Pembelajaran anak usia dini merupakan kegiatan yang direncanakan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien yang melibatkan kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrikpercobaan, mental dan emosional

2.3.2 Teori Pembelajaran

Pengikut perspektif pembelajaran learning perspective memberikan perhatian kepada perilaku yang dapat diobservasi. Teoritisi aliran ini mempertahankan pendapat bahwa perkembangan merupakan hasil pembelajaran learning, perubahan didasari oleh pengalaman atau adaptasi kepada lingkungan. Teori aliran pembelajaran adalah behaviorisme behaviorism dan teori pembelajaran sosial social learning theory. Behaviorisme adalah teori mekanistik yang mendeskripsikan perilaku yang dapat diobservasi sebagai respon terhadap pengalaman yang dapat diprediksi. Penelitian behavioral fokus kepada pembelajaran asosiatif assosiatif learning, dimana hubungan mental antara dua peristiwa terbentuk. Pembelajaran asosiatif adalah classical conditioning pengkondisian klasik dipelopori oleh Ivan Pavlov, John B Watson dan operant conditioning pengkondisian operant dipelopori oleh B. F. Skinner. Teori Pembelajaran sosial dipelopori Albert Bandura yang menyatakan bahwa dorongan utama perkembangan bersumber dari orang. Teori ini ada dua macam yaitu 1 pembelajaran sosial klasik menyatakan bahwa orang belajar perilaku sosial dengan mengobservasi dengan mengimitasi model disebut pembelajaran observasional 2 Teori kognitif Bandura yaitu proses kognitif terjadi saat seseorang mengamati model dan secara mental menyatukan pola kepingan kedalam sebuah pola perilaku baru yang kompleks Diane 44: 2008. Teori Pembelajaran merupakan landasan yang mendasari hasil pembelajaran yaitu perkembangan dengan perubahan yang didasari oleh pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan yang dapat diprediksi melalui observasi respon terhadap perilaku.

2.3.2.1 Teori Pembelajaran Aktif

2.3.2.1.1 Teori Organimistik Jaques Rousseau seorang filsuf Perancis percaya bahwa anak dilahirkan sebagai “makhluk liar yang bersifat luhur” yang akan berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiah positif kecuali kecenderungan tersebut dikorupsi oleh masyarakat yang reseptif. Rousseau merupakan pelopor model organismik perkembangan yang menyatakan bahwa anak sebagai organism yang aktif dan tumbuh yang kemudian dalam perjalanannya mempengaruhi perkembangan mereka, dorongan perubahan berasal dari dirinya sendiri. Perilaku manusia adalah sebuah keutuhan organik karena tidak dapat diprediksi dengan hanya memecah-mecahnya kedalam respon sederhana terhadap stimulus lingkungan Diane 35:2008. 2.3.2.1.2 Teori Sosiokultural Teori Sosiokultural Lev Vygotsky 1896-1934, ia berpendapat untuk memahami perkembangan kognitif, seseorang harus melihat kepada proses sosial yang menjadi sumber pikiran anak. Vygotsky menekankan keterlibatan aktif anak dengan lingkungan mereka, anak belajar melalui interaksi sosial. Aktivitas bersama membantu anak untuk menanamkan cara berpikir dan bersikap masyarakat mereka serta menjadikan semua itu sebagai caranya sendiri. Orang dewasa seharusnya membantu mengarahkan dan mengorganisasi proses pembelajaran sebelum anak mampu menguasai dan menginternalisanya. Bimbingan ini sangat efektif dalam membantu anak untuk melewati Zone of proximal development zona perkembangan antara, kesenjangan antara apa yang telah dapat mereka lakukan sendiri dan apa yang belum dapat dilakukan seorang dari mereka Diane, 2008:56 2.3.2.1.3 Teori Active Learning Menurut Melvin Silberman, belajar bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar berlangsung, anak melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan yang mereka pelajari Baharuddin 134: 2008. Pernyataan Confusius oleh Silberman cara belajar yang diabadikan dengan kredo: “What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little What I hear, see, and ask questions about or discuss whit someone else, I begin to understands. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I maste”. Belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan anak lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah menyenangkan yang menyajikan berbagai strategi pembelajaran aktif yang diterapkan semua pembelajaran. 2.3.2.1.4 Teori masa peka; periode sensitif; masa emas Teori Montessori menyatakan bahwa pada usis 5-6 tahun TK B termasuk masa paling penting dalam perkembangannya, dimana anak mudah menyerap apapun dari lingkungannya. Masa Peka merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengabungkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosioemosional dan spiritual. Pendidikan pada usia 5-6 tahun merupakan wahana pendidikan sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan anak. Keberhasilan pembentukan pada sentra persiapan sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap jenjang pendidikan selanjutnya. Beberapa pemikiran Montessori tentang belajar: 1 Anak memiliki kemampuan sangat besar, dalam realita tak seorangpun mampu mengaktualkan semua potensi kemampuan yang dimiliki. Manusia terlahir dengan kekayaan yang sangat melimpah, sehingga mampu memanfaatkan warisannya, mampu memilih bagian mana yang akan dimanfaatkan sesuka hatinya. 2 Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Ia menganggap masa kehidupan yang paling penting adalah masa pertumbuhan yang pertama, yaitu intelegensi mengalami pembentukan. Keberhasilan pembentukan tahap ini sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap selanjutnya. 3 Menurut Montessori manusia terlahir dianugerahi dengan kemampuan untuk mempelajari bahasa lingkungannya, jadi anak menjadi sangat peka terhadap bunyi- bunyi ujaran, menyimak dengan cermat. 4 Periode awal umur 0-6 tahun adalah periode sensitif, masa peka atau masa emas, dimana pikiran anak mudah menyerap apapun dari lingkungannya. 5 Masa emas seyogyanya didayagunakan pendidik sebaik-baiknya, jika tersia-sia masa ini tidak akan pernah dapat dicari gantinya. 6 Semakin utuh dan sempurna kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan terpenuhi, maka semakin besar keberhasilan perkembangan pada masa berikutnya 7 Montessori berkata ketika kita ingin meleburkan gagasan baru untuk merubah atau memperbaiki adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat untuk perubahan watak bangsanya, kita harus memanfaatkan anak-anak sebagai sarananya, karena tidak banyak prestasi yang dapat kita raih jika berbekal dengan orang dewasa. Teori Maria Montessori menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun sudah dapat mempelajari bahasa lingkungannya melalui stimulasi yang tepat. Jika masa ini disia- siakan maka anak akan semakin kesulitan untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan lebih lanjut. Jika anak telah siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut, maka anak akan lebih mudah meraih prestasi sebagai bekal masa depannya. 2.3.2.1.5 Teori Kognitif Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Piaget yakin bahwa perkembangan kognitif dimulai dari kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Fungsi mental berkembang dari pembelajaran berbasis sensorik sederhana serta aktivitas motorik kepada pemikiran yang abstrak dan logis. Pertumbuhan kognitif terjadi melalui tiga fase yang saling berhubungan: organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi. Organisasi adalah kecenderungan untuk membuat struktur kognitif yang semakin kompleks: sistem pengetahuan atau cara berpikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Adaptasi merupakan istilah Piaget untuk cara anak memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Ekulibrasi adalah usaha konstan untuk mendapatkan kestabilan atau ekuilibrium- menghendaki perpindahan dari asimilasi ke akomodasi. Piaget menyatakan bahwa permainan adalah proses berpikir Carol Barbara 2008: 23 permainan adalah jalan bagi anak mengembangkan kemampun menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka. Anak usia 5-7 tahun telah memasuki masa prasekolah, yakni masa taman kanak-kanakmasa persiapan untuk memasuki usia Sekolah Dasar. Meskipun berada pada masa prasekolah namun dunianya tetap dunia bermain, maka anak usia pra sekolah masih senang bermain. Dengan bermain, hasil belajar anak akan sesuai dengan tahap usia perkembangannya yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada teori perkembangan kognitif dalam psikologi pendidikan Rifa’i dan Anni, 2010: 25-26 terdapat empat konsep pada teori belajar Piaget yaitu: 1 Skema, merupakan kategori pengetahuan yang membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya. 2 Asimilasi, merupakan proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki. 3 Akomodasi, merupakan proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru. 4 Ekuilibrium, merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget pada masa ini anak berada pada masa peralihan dari tahap pra- operasional ketahap operasional kongkrit. Mereka mulai menguasai lambang yang memungkinkan manipulasi secara mental, tetapi penalaran masih sangat dipengaruhi oleh persepsi. Anak mulai tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti: penjumlahan, pengurangan, penggandaan atau mengurutkan sesuatu secara berseri. Dari teori tersebut berarti anak sudah mulai mampu mengguasai penalaranpersepsi anak.

2.3.3 Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Asas Pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut: 1 Asas Apersepsi Perkembangan mental anak dalam mengolah proses hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman, latihan, ketrampilan awal yang telah dimiliki oleh anak sehingga anak dapat mencapai proses hasil belajar yang lebih optimal. 2 Asas Kekongkritan Melalui interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar suatu tema yang telah atau akan dipelajari oleh anak menjadi lebih bermakna. Misalnya menggunakan gambar binatang untuk mempelajari binatang, melakukan eksperimen gejala alam, dan menggunakan audio visual tentang bencana. 3 Asas Motivasi Belajar akan optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemauan Teori pembelajaran aktif merupkan landasan belajar secara aktif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak baik berasal dari dirinya sendiri maupun dengan lingkunganya melalui interaksi sosial yang menyenangkan pada periode masa peka rentang 0-6 tahun dengan memanfaatkan pertumbuhan kognitif melalui fase organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi, sosial dan emosi yang tepat anak. Misalnya memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi dengan pujian atau hadiah, memajang setiap hasil karya anak, melibatkan setiap anak pada berbagai kegiatan lomba dan melakukan pencatatan unjuk kemampuan anak. 4 Asas Kemandirian Kemandirian merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam memecahkan masalahnya. Oleh sebab itu pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan kemandirian anak. Misalnya tata cara makan, menggosok gigi, memakai atau melepas baju, buang air besar dan buang air kecil serta merapikan mainan setelah bermain. 5 Asas kerjasama kooperatif Kerjasama menjadi asas karena dengan bekerja sama ketrampilan sosial anak akan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan ketrampilan sosial anak, misalnya bertanggung jawab terhadap kelompok, menghargai pendapat anak lain, bergantian, aktif dalam kerja kelompok dan membantu anak lain. 6 Asas Perbedaan Individu Anak adalah individu yang bersifat unik, berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan individu, misalnya, perbedaan latar belakang keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, dan perbedaan gaya belajar agar anak mencapai hasil belajar secara optimal. 7 Asas Keterpaduan Korelasi menjadi asas karena aspek pengembangan diri anak yang satu dengan aspek pengembangan diri yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu pembelajaran di PAUD dirancang dan dilaksanakan secara terpadu. Misalnya perkembangan kognitif anak berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. 8 Asas Belajar Sepanjang Hayat Proses pembelajaran anak tidak hanya berlangsung di PAUD tetapi sepanjang hayat anak. Oleh sebab itu, pembelajaran di PAUD hendaknya diupayakan untuk membekali anak agar dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu ingin dan berusaha belajar kapanpun dan dimanapun.

2.3.4 Strategi Pembelajaran