PERBEDAAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ANAK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA DAN MEDIA FUN WORKS BERDASARKAN KURIKULUM PERMENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009

(1)

PERMEN

di susun sebagai salah sat Program Studi

PENDIDIKA

FAKU

UNIVERSI

MENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009

SKRIPSI

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan di Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia D

Oleh Titik Khomsatun

1601408037

AN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DIN

AKULTAS ILMU PENDIDIKAN

VERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ana Pendidikan sia Dini

DINI


(2)

ii

Perbedaan “Aktivitas dan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun

2009”disusun oleh

Titik Khomsatun 1601408037

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Hari : Rabu

Tanggal : 28 Agustus 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekreta

ris

Drs. Budiyono, M.S Amirul Mukminin, S.Pd., M.Kes

NIP. 1963120919870310 NIP. 19780330 200501 1 001

Penguji I

Amirul Mukminin, S.Pd., M.Kes NIP. 19780330 200501 1 001

Penguji II

Penguji III

Edi Waluyo, M.Pd Dra. Istyarini, M.Pd


(3)

iii

“Aktivitas dan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009” benar–benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 29 Juli 2013 Penulis

Titik Khomsatun 1601408037


(4)

iv

1. Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS: Az-Zumar 39: 9)

2. Belajar akan lebih efektif apabila merupakan sebuah proses yang aktif 3. Learning is shown by change in behavior as result of experience (Cronbach) 4. Hasil akhir pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses pembelajaran 5. Bangsa yang besar adalah bangsa yang membudayakan tradisi belajar

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada 1.Ibu dan Bapak

2.Keluargaku

3.Guru, Dosen dan Almamaterku 4.PAUD di Indonesia


(5)

v

memiliki, mendidik dan memelihara alam semesta, Maha pemurah lagi Maha penyayang dan yang menguasai hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah kami meminta pertolongan, mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan kami yang kami tidak sanggup mengerjakannya sendiri. Hal ini dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Aktivitas dan Hasil. Pekerjaan Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009”. Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalan orang telah engkau beri nikmat (jalan kebenaran) kepada mereka.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan kepada kita semua ajaran rukun iman dan rukun islam yang terbukti kebenarannya dan semakin terbukti kebenarannya.

Skripsi ini disusun semata-mata untuk memperoleh ridho Allah dalam menyelesaikan studi Strata 1 yaitu memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan bentuk pertanggungjawaban kami secara akademik. Selain itu maksud penulisan skripsi ini untuk mengetahui Perbedaan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Menggunakan lembar Kerja dan MediaFun WorksBerdasarkan Kurikulum Permendiknas No.58 Tahun 2009.

Terselesaikannya Skripsi ini, ada orang bijak yang begitu mendorong saya untuk menyelesaikannya, Abah Nasihuddin Seorang yang tidak memiliki gelar depan maupun belakang, gaya bicaranya lembut tetapi tegas, seorang yang mendalami berbagai


(6)

vi

sumber kehidupan saya, pembimbing utama hidup saya, membesarkan dan mendidik saya untuk menjadi orang yang terbiasa hidup biasa mensyukuri nikmat Allah SWT. Kebahagiaan itulah yang memberi kuatan motivasi tidak ternilai yaitu memberi saya pemikiran mendasar dengan menanamkan dalam hati bahwa kecintaan kepada orang tua akan mengundang kecintaan kepada Allah dan sebaliknya kemurkaan orang tua mengundang kemurkaan Allah. Ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan saya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga kepada dermawan ilmu pengetahuan yaitu para penulis buku referensi skripsi ini yang banyak memberikan inspirasi baik secara langsung atau tidak langsung. Selama penulisan dan penyusun skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu penulis, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rahman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

3. Edi waluyo, M. Pd., Ketua jurusan Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini sekaligus Pembimbing pertama.

4. Dra. Istyarini, M.Pd., Pembimbing kedua bagi penulis


(7)

vii

7. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Unnes, yang berkenan mendanai penelitian ini

8. Abah Masrokhan, Pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja

9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat diamalkan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, 29 Juli 2013 Penulis


(8)

viii

Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Edy Waluyo, M.Pd dan Dosen Pembimbing II: Dra. Istyarini, M.Pd

Kata Kunci: Perbedaan, aktivitas, lembar kerja, mediafun works,hasil Pembelajaran, Kurikulum Permendiknas No. 58 tahun 2009

Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya untuk membantu menstimulasi anak tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangannya dengan dilandasi hasil studi multidisiplin. Pembelajaran merupakan proses komunikasi melalui media pembelajaran baik berupa lembar kerja atau media fun works supaya pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, efektif dan efisien.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan aktivitas dan hasil belajar menggunakan lembar kerja dan media fun works berdasarkan kurikulum permendiknas No. 58 tahun 2009. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan hasil belajar anak menggunakan lembar kerja dan media fun works berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009.

Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan True Eksperimental design melalui Pretest-posttest Control Group Design yaitu mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Eksperimen dilakukan pada aktivitas dan hasil belajar menggunakan mediafun works Populasi penelitian ini adalah Lembaga PAUD Kecamatan Gunungpati yang menggunakan lembar kerja pada proses pembelajarannya. Pengambilan sampel menggunakan teknik Random sampling, yaitu empat RA di Kecamatan Gunungpati. Metode Pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan angket. Analisis data menggunakan t paired sample t-test antara pretest-posttest aktivitas dan hasil belajar kelompok kontrol dan eksperimen.

Peningkatan rata-rataaktivitas kelompok kontrolsebesar 7,2 dari rata-ratapretest86,47 menjadi 93,67 nilai posttest yaitu 0,083% sedangkan kelompok eksperimen sebesar 21,94 dari rata-ratapretest88,23 menjadi 110,17 nilaiposttestyaitu 0,248%. Peningkatan tersebut ditunjukkan dari hasil uji t kelompok kontrol (-3,630<-2,015) dan kelompok eksperimen (-19,162<-2,015) dengan nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05.

Peningkatan rata-ratahasil belajar kelompok kontrol sebesar 4,44 dari rata-ratapretest 77,43 menjadi 81,87 nilai posttest yaitu 0,057% sedangkan kelompok eksperimen sebesar 9,93 dari rata-rata nilai pretest 79,17 menjadi 89,10 nilai posttest yaitu 0,125%.


(9)

ix

lembaga PAUD untuk mengurangi penggunaan lembar kerja dan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dengan mediafun works.


(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN ………... . ii

PERNYATAAN ……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… iv

PRAKATA ……… . v

ABSTRAK ……… viii

DAFTAR ISI ……… .. x

DAFTAR TABEL ……… ….xv

DAFTAR GAMBAR ………... . xviii

DARTAR LAMPIRAN ……… xix

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 10

1.3 Batasan Masalah ……… 11

1.3.1 Lingkup Perkembangan Bahasa ……… 9

1.4 Tujuan Penelitian ……… 10

1.5 Manfaat Penelitian ……… 12

1.5.1 Bagi Peserta Didik ……… 12

1.5.2 Bagi Lembaga dan Guru ……… 13

1.5.3 Bagi Peneliti ……… 13

1.5.4 Bagi Pengembang kurikulum ……… 13

1.5.5 Bagi Orang Tua dan Masyarakat ……… 14

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ……… 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 16

2.1 Aktivitas ……… 16

2.1.1 Pengertian Aktivitas ……… 17

2.1.2 Konsep Aktivitas Anak Usia Dini ……… 17


(11)

xi

2.2.4 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini ……… 25

2.3 Aktivitas Pembelajaran ……… 29

2.3.1 Aktivitas Belajar Anak Usia Dini ……… 30

2.3.2 Teori Pembelajaran ……… 31

2.3.3 Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini ……… 37

2.3.4 Strategi Pembelajaran ……… 39

2.3.5 Model Pembelajaran ……… 42

2.3.6 Pembelajaran Untuk Mengaktifkan Anak ……… 54

2.3.7 Indikator Tingkat Keaktifan Anak ……… 58

2.3.8 Makna Pembelajaran ……… 59

2.3.9 Perlengkapan Pembelajaran ……… 60

2.4 Media Pembelajaran ……… 61

2.4.1 Pengertian Media ……… 61

2.4.2 Pengertian Media Pembelajaran ……… 62

2.5 Hasil Belajar ……… 63

2.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Anak ……… 66

2.5.2 Prinsip dan Syarat Evaluasi Hasil Belajar ……… 66

2.5.3 Prosedur Evaluasi Hasil Belajar ……… 67

2.5.4 Indikator Hasil Belajar Lingkup Perkembangan Bahasa ……… 68

2.6 Lembar Kerja ……… 69

2.6.1 Pengertian Lembar Kerja ……… 70

2.6.2 Ciri-Ciri Lembar Kerja ……… 71

2.7 MediaFun Works ……… 72

2.7.1 Keunggulan dan Kelemahan MediaFun Works ……… 74

2.7.2 Landasan Teori MediaFun Works ……… 75

2.8 Implementasi Lembar kerja dan MediaFun works ……… 80

2.8.1 Implementasi Lembar kerja ……… 80


(12)

xii

2.10 Penilaian, Pengukuran atau Evaluasi(Assassment) ……… 84

2.11 Kerangka Berpikir ……… 90

2.11.1 Penjelasan Kerangka Berpikir ……… 93

2.12 Hipotesis ……… 94

BAB 3 METODE PENELITIAN ……… 95

3.1 Populasi dan Sampel ……… 95

3.1.1 Populasi ……… 95

3.2.2 Sampel ……… 96

3.3 Variabel Penelitian ……… 97

3.3.1 Variabel bebas (Independent Variabel) ... 97

3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variabel) ... 97

3.3.3 Variabel Kontrol ... 98

3.4 Metode Penelitian ……… 99

3.4.1 Penyamaan Kondisi Kelas Kontrol dan Eksperimen ……… 100

3.5 Prosedur Penelitian ……… 101

3.5.1 Tahap Pra Lapangan ……… 101

3.5.2 Tahap Lapangan ……… 101

3.5.3 Tahap Paska Lapangan ……… 101

3.6 Metode Pengumpulan Data ……… 104

3.6.1 Metode Dokumentasi ……… 104

3.6.2 Metode Observasi ……… 104

3.6.3 Angket (Formatif Test) ……… 104

3.7 Instrumen Penelitian ……… 106

3.7.1 Lembar Pengamatan Tingkat Keaktifan Anak ……… 107

3.7.2 Instrumen Penelitian Hasil Pembelajaran Lingkup Perkembangan Bahasa Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009 ……….. 109

3.8 Validitas dan Reliabilitas ……… 110


(13)

xiii

3.9.2 Analisis Data Akhir(Posttest) ……… 115 3.9.3 Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Pretest-Posttest Kelompok

Kontrol dan Eksperimen ………... 115 3.10 Analisis Hasil Angket ……… 117 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 119

4.1 Hasil Penelitian 119

4.1.1 Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian ……… 119 4.1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……… 119

4.1.3 Hasil Pengolahan Data 120

4.1.4 Hasil Penelitian Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa 120 4.1.5 Perbedaan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun

WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa ... 129 4.1.6 Hasil Penelitian Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa ... 134 4.1.7 Perbedaan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media

Fun Workspada Lingkup Perkembangan Bahasa 143 4.1.8 Hasil Penelitian AktivitasPosttestMenggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Kelompok Kontrol-Eksperimen 147 4.1.9 Perbedaan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media

Fun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa Kelompok

Kontrol-Eksperimen .. 151

4.1.10 Hasil Penelitian Hasil belajarPosttestMenggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Kelompok Kontrol-Eksperimen 154 4.1.11 Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun

WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa Kelompok

Kontrol-Eksperimen 158


(14)

xiv

5.1 Simpulan ……… 172

5.2 Saran ……… 174

DAFTAR PUSTAKA ……… 176


(15)

xv

2.1 Perbedaan Aktivitas Positif dan Negatif ……… 16

2.2 Perubahan Paradigma dari Pengajaran Bergeser Menjadi Pembelajaran ……….. 23

2.3 Pembelajaran Aktif dan Pasif Menurut De Poter dan Hernacki ……… 55

3.1 Desain penelitian ……… 99

3.2 Rating ScaleAktivitas dan Hasil Pembelajaran Anak ……… 105

3.3 Kisi-Kisi Tingkat Keaktifan Anak ……… 107

3.4 Kisi-Kisi Hasil Pembelajaran Lingkup Perkembangan Bahasa Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009 ……… 109

3.5 Rekapitulasi Validitas Aktivitas Anak ……… 111

3.6 Rekapitulasi Validitas Hasil belajar Anak ……… 112

3.7 Iterpretasi nilai r ……… 113

3.8 Rumus statistik yang digunakan dalam uji normalitas ……… 116

4.1 Lokasi Penelitian ……… 119

4.2 Pelaksanaan Penelitian ……… 119

4.3 Data HasilPretestAktivitas Kelompok Kontrol 120

4.4 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Kontrol 120

4.5 HasilPosttestAktivitas Kelompok 121

4.6 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol Kontrol 122 4.7 Perubahan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada Kelas Kontrol 123

4.8 Data HasilPretestAktivitas Kelompok Eksperimen 124

4.9 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 125

4.10 Data HasilPosttestAktivitas Kelompok Eksperimen 126

4.11 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 126

4.12 Perubahan Aktivitas Anak Menggunakan MediaFun worksPada Kelompok Eksperimen 128


(16)

xvi

4.15 Uji Normalitas DataPretest-PosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen 130

4.16 Hasil Uji HomogenitasPretestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 131 4.17 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen ... 131

4.18 Uji HomogenitasDataPretest-PosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen ... 131

4.19 t-test Kelompok Kontrol ... 132

4.20 t-test Kelompok Eksperimen ... 133

4.21 Data HasilPretestHasil Belajar Kelompok Kontrol 134 4.22 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Kontrol 134 4.23 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 135 4.24 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 136 4.25 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada

Kelompok Kontrol 137

4.26 Data HasilPretestHasil Belajar Kelompok Eksperimen 138 4.27 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 139 4.28 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Eksperimen 140 4.29 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 140 4.30 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan MediaFun worksPada

Kelompok Eksperimen ... 142 4.31 Uji Normalitas DataPretestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 143 4.32 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 144 4.33 Uji NormalitasPretest-PosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen


(17)

xvii

.. 145

4.36 Uji HomogenitasPretest-PosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 145

4.37 t-test Kelompok Kontrol 146

4.38 t-test Kelompok Eksperimen 147

4.39 Data HasilPosttestAktivitas Kelompok Kontrol-Eksperimen 148 4.40 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen 148 4.41 Perubahan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada Kelas

Kontrol-Eksperimen 150

4.42 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 151 4.43 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen 152

4.44 t-test Kelompok Kontrol-Eksperimen 153

4.45 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol-Eksperimen

.. 154 4.46 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen 154 4.47 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada

Kelompok Kontrol-Eksperimen 157

4.48 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 158 4.49 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen

.. 159


(18)

xviii

2.2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ……… 92

3.1 Variabel Penelitian ……… 98

3.2 Prosedur Penelitian ……… 103

3.3 Pengujian Reliabilitas Gabungan ……… 114

4.1 Kategorosasi NilaiPretestKelompok Kontrol 121

4.2 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 122

4.3 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 124

4.4 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen .... 127

4.5 Kategorisasi NilaiPretestHasil Belajar Kelompok Kontrol 135

4.6 Kategorisasi NilaiPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 136

4.7 Kategorisasi NilaiPretestHasil Belajar Kelompok Eksperimen ... 139

4.8 Kategorisasi NilaiPosttestHasil belajar Kelompok Eksperimen 141

4.9 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 149

4.10 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 149

4.11 Kategorisasi NilaiPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 155


(19)

xix

1 Daftar Peserta Didik ……… 179

2 Perhitungan Validitas Item ……… 181

3 Hasil Analisis Uji Coba Aktivitas ……… 184

4 Hasil Analisi Uji Coba Hasil belajar ……… 188

5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen ……… 192

6 Instrumen Penelitian Aktivitas Anak ……… 193

7 Instrumen Penelitian Hasil Belajar ……… 200

8 Rencana Kegiatan Mingguan Menggunakan Lembar Kerja ……… 207

9 Rencana Kegiatan Mingguan Menggunakan MediaFun works ……… 211

10 Rencana Kegiatan Harian Menggunakan Lembar Kerja ……… 215

11 Rencana Kegiatan Harian Menggunakan MediaFun Works ……… 230

12 Lembar Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Lembar Kerja ……… 245

13 Lembar Evaluasi Pembelajarn Menggunakan MediaFunWorks……… 249

14 Kurikulum Permendiknas No.58 Tahun 2009 ……… 253

15 Permainan Menggunakan MediaFun works ……… 256

16 Gambar MediaFun Works ……… 257

17 HasilPretestAktivitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 258

18 Uji NormalitasPretestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 260

19 Uji HomogenitasPretestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 261

20 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata (T-test)PretestdanPosttestKelompok Kontrol ……… 262

21 HasilPosttestAktivitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 263

22 Uji NormalitasPosttestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 265 23 Uji HomogenitasPosttestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan


(20)

xx

26 Uji NormalitasPretestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol

dan Eksperimen ……… 270

27 Uji HomogenitasPretestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 271

28 HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol dan Eksperimen…….. 272

29 Uji NormalitasPosttestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 274

30 Uji HomogenitasPosttestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 275

31 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPretest-PosttestKelompok Kontrol 276

32 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPretest-PosttestKelompok Eksperimen 277

33 Uji Perbedaan Aktivitas Anak AntaraPosttestKelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen 278

34 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPosttestKelompok Kontrol dengan Eksperimen 279 35 R Tabel (Pearson Product Moment) (Level of Satistics Significance 0.05 and 2 Tailed)……… 280

36 T Table Statistics ……… 281

37 Surat Keputusan Dekan FIP UNNES ……… 282

38 Ijin Penelitian ……… 283

39 Surat Keterangan Penelitian ……… 287


(21)

1 1.1. Latar Belakang

Lembaga PAUD di Semarang yang didirikan semakin banyak akhir-akhir ini, Lembaga PAUD yang tergabung dengan IGTKI tahun 2012 sebanyak 28 dan tahun 2013 menjadi 29 lembaga (3,6 %), yang tergabung dengan HIMPAUDI tahun 2012 sebanyak 18 dan tahun 2013 menjadi 27 lembaga (66, 7 %), yang tergabung dengan IGRA dari tahun 2012-2013 sebanyak 12 lembaga. Semakin tinggi tuntutan masyarakat berharap anak usia dini terpenuhi hak dan kebutuhannya. Pendidikan Anak usia dini saat ini, dihadapkan pada bagaimana upaya mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan selanjutnya secara tepat dan aman. Berlakunya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I, pasal I, butir 14 menyatakan bahwa “Pendidikan Anak usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pro-kontra tuntutan masyarakat di Era-komunikasi sekarang ini, gurupun lebih memfokuskan pembelajaran yang berorientasi akademik tanpa memikirkan apakah siswa tertekan atau merasa menikmati kegiatan pembelajaran. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini, termasuk didalamnya membantu menstimulasi agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya (Dunn & kontos, 1997). Stimulasi


(22)

tersebut harus dilakukan secara tepat dan aman, oleh karena itu PAUD harus dilandasi oleh hasil studi multidisiplin.

Kondisi PAUD di Kecamatan Gungungpati saat ini masih jauh dari target pencapaian ideal. Diantara permasalahan pokok PAUD yang sangat dilematis yang disebabkan tuntutan masyarakat terhadap uotput PAUD masih berorientasi akademik, bukan developmental. Media pembelajaran siap pakai masih sedikit jumlahnya terutama yang dapat digunakan oleh pendidik dalam “membelajarkan anak”. Stimulasi persiapan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut masih menjadi sorotan utama bagi praktik PAUD di Indonesia. Pertentangan dua kepentingan, yakni kepentingan untuk melejitkan “prestasi” anak dan kepentingan untuk melindungi anak dari praktik pengajaran yang merugikan anak.

Fakta riil dilapangan menunjukkan bahwa sebagian pendidik atau lembaga PAUD masih terus melakukan praktik-praktik semacam itu, padahal sebagaimana dinyatakan Vygotsky (Bodrova & leong, 1996) cara-cara pemaksaan dalam pembelajaran tidak akan membuat anak memperoleh ilmu dan pengalaman, tetapi justru akan kehilangan masa-masa emas proses pemerolehan pembelajaran yang menyenangkan. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (massage) kepada anak (Communican). Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (1993) Media adalah alat saluran komunikasi. Agar pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak secara efektif dan efisien.

Proses komunikasi diperlukan penyalur pesan yaitu media pembelajaran yang bermanfaat. Media pembelajaran akan menarik perhatian anak sehingga terasa


(23)

menyenangkan dan membangkitkan minat belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana penggunanya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Sedangkan media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk meyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika pada pendidikan orang dewasa mengenal istilah learning by doing (belajar sambil bekerja), pada anak usia dini sewajarnya menerapkan istilah learning by playing (belajar sambil bermain). Anak akan menganggap kegiatan belajar itu menyenangkan seperti bermain yang berbentuk permainan yang mudah dipahami. Permainan di Lembaga PAUD tidak terlepas dari media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Anak usia 5-7 tahun telah memasuki masa prasekolah, yakni masa taman kanak-kanak/masa persiapan untuk memasuki usia sekolah dasar. Meskipun berada pada masa prasekolah namun dunianya tetap dunia bermain, maka anak usia prasekolah masih senang bermain. Piaget menyatakan bahwa permainan adalah proses berpikir (Carol & Barbara 2008: 23) permainan adalah jalan bagi anak mengembangkan kemampun menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka. Pembelajaran sebaiknya menerapkan learning by playing secara maksimal dengan media yang tepat. Hasil


(24)

pembelajaran anak akan sesuai dengan tahap usia perkembangannya yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Lembaga PAUD di Kecamatan Gunungpati Semarang sebagian besar memberikan PR (pekerjaan rumah) dan menggunakan lembar kerja dalam hal ini termasuk majalah yang merupakan media pembelajaran berupa pemberian tugas. Lembar kerja yang beredar di Semarang banyak digunakan di Lembaga PAUD di Gunungpati pada rentang waktu tertentu. Lembar kerja adalah lembaran yang dibuat atau disusun oleh guru dan diberikan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Bentuk Lembar kerja sangat bervariasi, baik yang berwarna maupun tidak berwarna, harganyapun bervariasi dari yang murah hingga yang mahal. Menurut poerwodarminto, lembar kerja (Majalah) adalah surat kabar berkala yang diterbitkan secara mingguan, bulanan dan sebagainya. Majalah memiliki andil yang sangat besar sebagai sarana peningkatan ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Selain itu majalah merupakan media belajar yang mudah dijangkau oleh sekolah dan dapat diperoleh dimana-mana. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui model majalah yang tepat sehingga dapat difungsikan guru sebagai pembelajaran.

Perkembangan yang terjadi saat ini, beberapa penerbit swasta bekerjasama dengan Lembaga PAUD sebagai media penunjang kegiatan pembelajaran. Peredaran lembar kerja (majalah) tidak hanya lewat toko buku saja melainkan mengedarkan langsung ke Lembaga PAUD dengan bekerjasama dengan kepala sekolah, yang tentunya dengan berbagai penawaran yang menarik. Lembar kerja yang digunakan dijadikan sebagai media pengajaran yang menunjang pelaksanaan pembelajaran di Lembaga PAUD di Kecamatan Gunungpati Semarang. Stimulasi dengan menggunakan lembar kerja yang


(25)

mengharuskan anak duduk menyimak penjelasan guru, melaksanakan perintah guru, dan tidak terlibat aktif dalam proses pencarian makna melalui pembelajaran yang menyenangkan.

Sampul majalah yang beredar di Kota Semarang seringkali bertuliskan “Sesuai Standar Pendidikan Anak Usia Dini” atau “Sesuai Kurikulum Terbaru PAUD/KB-TK”. Tulisan tersebut sebagai salah satu jaminan lembar kerja tersebut layak sebagai media pembelajaran anak di Sekolah. Meskipun majalah dianggap media praktis, namun isi lembar kerja pada pemberian tugas dari tahun ketahun bersifat monoton dan belum sesuai dengan pendekatan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Kompetensi dasar yang dituliskan pada bagian atas majalah biasanya dikembangkan menjadi indikator yang hanya terdapat sedikit perbedaan antara majalah yang diperuntukkan anak TK A (usia 4-5 tahun) dengan anak TK B (usia 5-6 tahun) bahkan ada kegiatan pemberian tugas yang sama. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja, anak belum sepenuhnya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran menggunakan lembar kerja bersifat sementara, yaitu hanya digunakan pada rentang satu bulan atau sesuai dengan terbitan lembar kerja tersebut. Apabila terjadi keterlambatan dalam penerbitan atau pendistribusian lembar kerja di lembaga PAUD, maka tema yang berlangsung sudah berganti sehingga pembelajaran tematik pada lembar kerja tersebut sudah tidak dapat digunakan. Dilihat dari cara menyelesaikan lembar kerja pada lingkup perkembangan bahasa lebih baik dipraktikkan secara langsung untuk memperjelas pembelajaran. Pada indikator memahami hubungan bunyi dan bentuk huruf, suku kata, kata, tulisan dan yang melambangkannya tidak akan efektif apabila pembelajarannya menggunakan lembar


(26)

kerja. Bunyi atau suara akan lebih baik apabila dilafalkan dengan lisan atau media yang menimbulkan bunyi/suara.

Pelaksanaaan pembelajaran aktif di lembaga PAUD menjadi harapan mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan usianya. Hasil penelitian Musfiroh, (2006) menunjukkan bahwa para guru belum memperoleh cukup bekal untuk membuat kegiatan-kegiatan bermain, serta belum memiliki kematangan bekal. Prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar melalui bermain” belum sepenuhnya dilaksanakan sebagai landasan pembelajaran. Sebagian guru masih memilah antara belajar dan bermain, sehingga ada pengaturan waktu belajar dan bermain. Belajar diartikan sebagai aktivitas produktif dan bermain sebagai aktivitas tidak produktif. Padahal, baik belajar maupun bermain merupakan aktivitas yang komplementer dan integralistik dalam kehidupan anak. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh (Mulyasa, 2005:164) bahwa “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis mencoba membedakan dari aktivitas dan hasil pembelajaran anak dengan menggunakan lembar kerja dan Media fun works berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Kurikulum permendiknas yang dijadikan fokus penelitian adalah pada lingkup perkembangan bahasa, karena pada usia 5-6 tahun bahasa anak terus berkebang. Perbendaharaan kata mereka meluas mencapai


(27)

5000 ke 8000 kata, jumlah kata dalam kalimat bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Mereka semakin pandai mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata (Ninio & Snow, 1996). Anak usia 5-6 tahun juga senang bicara, bercakap-cakap dan senang menggunakan bahasa untuk meragakan permainan dan cerita. Apabila pembelajaran lingkup perkembangan bahasa pada anak dikembangkan menggunakan lembar kerja yang terbatas beberapa lembar saja pada tiap majalah, maka perkembangan bahasa anak akan terbatasi kesempatannya. Selain itu perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun dapat belajar kata-kata sulit terkait dengan hal yang mereka minati (misalnyaTyrannosaurus, StegosaurusdanTarantula).

Bahasa menjadi sarana untuk perkembangan baca tulis, salah satu pertanda paling penting untuk baca tulis adalah perkembangan bahasa (Snow & Tabors, 1998; Woodward, Haskins, & Schaefer, 2004). Bahasa menjadi sarana akses pengalaman, perkembangan pengetahuan tentang huruf, dan kemampuan penting lainnya yang perlu dicapai agar mereka siap menerima manfaat dari instruksi membaca dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu bahasa bagi anak akan memberi kesempatan menyelidiki lingkungan mereka dan membangun dasar-dasar untuk belajar baca tulis, mulai terlibat dan bereksperimen dengan membaca dan menulis. Baca tulis dapat dikembangkan menggunakan pendekatan seluruh bahasa dan penggunaan metode ilmu bunyi bahasa (orang baru belajar membaca), apabila jenis bacaan berupa lembar kerja yang mendekati teks pada kenyataannya sebatas penyelesaian tugas saja.

Media fun works digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan perkembangan bahasa dengan mempersiapkan sendiri media yang dibutuhkan masing-masing sekolah atau guru/orang


(28)

tua. Media Fun works dapat digunakan di dalam kelas dengan meminimalkan penggunaan lembar kerja yang bersifat sementara dan kurang bervariasi. Mediafun works dibuat dari gambar, kertas HVS yang sudah tidak digunakan lagi (masih dapat dimanfaatkan) yang dirancang sedemikian rupa untuk media pembelajaran. Media fun works disesuaikan dengan tema yang dikembangkan Lembaga PAUD berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Media fun works yang dikembangkan diharapkan dapat membantu Lembaga PAUD atau guru agar anak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Prinsip mediafun workspada dasarnya mengacu pada alat permainan edukatif yaitu sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Media fun works disini adalah sarana yang dibuat peneliti yang dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu denganprinsip learning by playingtanpa anak menyadarinya, yang bersifat sederhana. Menurut Hughes seorang ahli perkembangan anak dalam bukunyaChildren, play, and development(Andang Ismail, 2006: 14), menyatakan bahwa bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu mempunyai tujuan, memilih dengan bebas, menyenangkan, imajinatif dan anak melakukan secara aktif dan sadar. Setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan. Sebab, fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (Refreshing)kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan media fun works diharapkan anak ingin bermain dan tampak dorongan keinginan yang demikian besar dalam dirinya. Anak


(29)

melakukannya dengan sukarela, tanpa paksaan, atau mengharapkan penghargaan. Keinginan anak untuk bermain dengan mediafun works, anak akan menemukan sesuatu yang baru merupakan cermin kerja seorang ilmuwan. Bermain merupakan potensi terbaik dalam diri anak untuk menumbuhkembangkan minat belajar dan kreativitasnya, maka anak akan siap mempelajari segala sesuatu untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan lebih lanjut.

Media fun works akan disusun sedemikian rupa supaya menyenangkan, gembira dan demokratis sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hasil pembelajaran anak dengan menggunakan media fun works akan diperoleh dengan memberikan kesempatan menyenangkan yang dilakukan tanpa beban, sukarela dan secara spontan. Bermain dengan menggunakan mediafun worksdiharapkan menjadi cara efektif untuk mempersiapkan anak usia 5-6 tahun untuk menuju jenjang pendidikan lebih lanjut. Variasi bentuk media fun works memberikan ragam dalam penggunaannya. Penggunaan media fun works yang digunakan dengan mengacu pada totalitas, komunikasi, sesuatu yang baru, kognitif, percaya diri, imajinasi, kreatif, sosialisasi, toleransi dan bekerjasama, motorik kasar dan motorik halus.

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, peneliti berharap pembelajaran dikelas tidak lagi menjadi pembelajaran pasif dan membosankan bagi anak. Anak lebih aktif dan menikmati kegiatan pembelajaran di sekolah. Apabila media fun works yang digunakan di sekolah lebih efektif sebagai media pembelajaran, diharapkan guru dapat mengembangkan sesuai prinsip “belajar sambil bermain atau belajar dengan bermain”. Atas dasar tersebut, maka keberadaan lembar kerja dalam bentuk cetakan terutama majalah yang beredar di Kecamatan Gunungpati perlu dipilah-pilah terlebih dahulu.


(30)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar anak menggunakan lembar kerja dan fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009, Indeks keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar anak akan menjadi motivasi untuk meningkatkan pembelajaran, selain mengembangkan ekspresi, fantasi dan imajinasi juga dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap sesuatu. Hasil belajar anak merupakan sesuatu yang terjadi oleh suatu kerja atau peolehan/output. Hasil pembelajaran anak yang didokumentasi sebagai bahan evaluasi lembaga PAUD dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mempersiapkan anak menuju pendidikan lebih lanjut.

Penelitian ini bermaksud untuk membantu menerapkan pembelajaran dengan prinsip learning by playing atau belajar sambil bermain dan belajar dengan bermain dengan judul penelitian “Perbedaan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum

Permendiknas No.58 Tahun 2009”. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti berharap bahwa pembelajaran pada Anak Usia Dini dapat meningkatkan keaktifan anak agar siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah Perbedaan aktivitas dan hasil pembelajaran anak menggunakan lembar kerja dan fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1) Apakah ada perbedaan tingkat keaktifan anak pada pembelajaran yang menggunakan lembar kerja dan mediafun works?


(31)

2) Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran anak dengan menggunakan lembar kerja dan mediafun works?

1.3 Batasan Masalah

Luasnya pembelajaran di lembaga PAUD maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada tingkat pencapaian perkembangan lingkup perkembangan bahasa berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Indikator yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1.3.1 Lingkup perkembangan Bahasa

1.3.1.1 Menerima Bahasa

1) Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. 2) Mengulang kalimat yang lebih kompleks. 3) Memahami aturan dalam suatu permainan. 1.3.1.2 Mengungkapkan Bahasa

1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.

2) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.

3) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung.

4) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan).

5) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain.


(32)

6) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. 1.3.1.3 Keaksaraan

1) Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.

2) Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya. 3) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang

sama.

4) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf. 5) Membaca nama sendiri.

6) Menuliskan nama sendiri.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui perbedaan tingkat keaktifan anak pada pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja dan mediafun works

2) Mengetahui perbedaan hasil pembelajaran anak dengan menggunakan lembar kerja mediafun works.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitianperbedaan aktivitas dan hasil pembelajaran anak menggunakan lembar kerja dan dengan fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009 yang digunakan Lembaga PAUDdiharapkan memberi kontribusi sebagai berikut:


(33)

1.5.1 Bagi Peserta Didik

1) Anak memiliki kesempatan untuk menggali potensi dirinya secara aktif serta dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

2) Anak benar-benar siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut tanpa merasa terbebani dan terpaksa.

3) Hasil pembelajaran anak dapat mencapai tingkat pencapaian perkembangan berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009 1.5.2 Bagi Lembaga dan Guru

1) Sebagai masukan bagi guru agar dapat memanfatkan media pembelajaran yang menunjang untuk mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan lembar Kerja yang akan digunakan oleh siswa sebagai penunjang pembelajaran. 3) Diharapkan guru dapat mengimplementasikan pembelajaran “bermain

sambil belajar dan belajar dengan bermain” dengan mediafun works 4) Guru dapat menggunakan variasi media yang disertai permainan

menyenangkan berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. 1.5.3 Bagi Peneliti

1) Peneliti memperoleh pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran yaitu mengetahui perbedaan aktivitas dan hasil pembelajaran anak menggunakan lembar kerja dan media fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas no.58 tahun 2009


(34)

2) Peneliti dapat mengembangkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009 untuk membentuk generasi berkualitas dan mengembangkan potensi luar biasa pada diri masing-masing anak.

1.5.4 Bagi Pengembang kurikulum

1) Sebagai bahan pertimbangan untuk menyeleksi dan menentukan kelayakan lembar kerja (majalah) yang ditinjau dari beberapa aspek berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009

2) Para pemegang kebijakan sepenuhnya memihak pada kepentingan anak

1.5.5 Bagi Orang Tua dan Masyarakat

1) Masyarakat tidak lagi menuntut terhadap Lembaga PAUD dengan uotput yang berorientasi akademik, tetapi berorientasi developmental.

2) Terciptanya sumber belajar siap pakai berupa mediafun worksyang dapat digunakan oleh pendidik dan orang tua dalam “membelajarkan anak”.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.

2. Bagian isi, merupakan bagian yang pokok dalam skripsi yang terdiri dari lima bab sebagai berikut:


(35)

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan Pustaka berisi tentang teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan skripsi sehingga dapat dijadikan sebagai teori penunjang yang menjadi dasar-dasar disusunnya skripsi.

BAB III : Metode penelitian berisi tentang langkah atau proses penelitian. Bab ini meliputi identifikasi masalah, perumusan masalah, studi pustaka, pemecahan masalah, dan penarikan simpulan.

BAB IV : Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan Pembahasan yang mengkaji perbedaan aktivitas dan hasil Pekerjaan anak dengan menggunakan majalah dan mediafun worksberdasarkan kurikulum permendiknas No. 58 tahun 2009.

BAB V : Penutup berisi tentang simpulan dari pembahasan dan saran-saran yang berkaitan dengan simpulan sehingga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

3. Bagian akhir, merupakan bagian yang terdiri atas daftar pustaka yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang semua buku, sumber, jurnal dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yang dijadikan penulis sebagai acuan penulisan skripsi.


(36)

16 2.1 Aktivitas

Setiap individu memiliki aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas adalah suatu kegiatan. Aktivitas ada dua macam yakni aktivitas positif dan aktivitas negatif. Aktivitas positif adalah suatu kegiatan yang dilakukan atas dirinya sendiri maupun kehendak orang lain yang bersifat serius/sungguh-sungguh, menggunakan waktu secara efektif yang dilakukan untuk sesuatu yang berguna/bermanfaat. Aktivitas negatif adalah kegiatan yang dilakukan atas diri sendiri, bebas, apabila atas kehendak orang lain akan dilakukan tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Berikut adalah tabel perbedaan aktivitas positif dan negatif (Dani, 2009:20)

Tabel. 2.1 Perbedaan Aktivitas Positif dan Negatif

No Perbedaan Aktivitas

Positif Negatif

1 Serius/Sungguh-sungguh Keasyikan/remeh-temeh 2 Kadang-kadang dipaksa Tanpa paksaan sama sekali

3 Berarti/berguna: bekerja Tidak berarti/tidak berguna: bermain

4 Waktu efektif Waktu tidak efektif

5 Terikat oleh syarat tertentu Bebas/tidak terikat

6 Pokok/Utama Sebagai penunjang/pelengkap 7 Berorientasi hasil/materi Kesenangan/hiburan

8 Ditujukan orang dewasa Ditujukan untuk anak-anak 9 Terkadang mengeluarkan biaya Tidak mengeluarkan biaya


(37)

Aktivitas adalah bagaimana mengubah sesuatu yang kita pikirkan dari suara hati menjadi sesuatu yang kita jalani baik kegiatan positif atau negatif.

Aktivitas positif adalah suatu kegiatan yang bersifat serius, dilakukan dengan paksaan, berguna, penggunaan waktu efektif, terikat syarat tertentu, bersifat utama, berorientasi pada hasil yang ditujukan orang dewasa dengan mengeluarkan biaya. Aktivitas negatifadalah suatu kegiatan yang bersifat remeh, dilakukan atas kehendak sendiri dengan bebas pada waktu yang tidak efektif, bersifat sebagai pelengkap untuk kesenangan, ditujukan untuk anak-anak yang tidak mengeluarkan biaya

2.1.1 Pengertian Aktivitas

Pengertian aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kegiatan, usaha, kekuatan, ketangkasan serta kegairahan. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (2011). Sedangkan menurut Syaifudin (2010) kegiatan adalah upaya yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Aktivitas anak usia dini adalah kegiatan yang dilakukan anak pada proses belajar anak usia dini yang menitikberatkan pada usaha belajar sambil beraktivitas. Aktivitas anak usia dini merupakan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu bermain/aktivitas negatif.

2.1.2 Konsep Aktivitas Anak Usia Dini

Setiap bentuk aktivitas hidup yang mengarah pada tujuan peningkatan kualitas diri dengan cara tertentu, terutama memberdayakan seluruh atau sebagian panca indra secara sadar dan sengaja dapat dinamakan belajar. Begitu pula dengan konsep aktivitas anak usia dini tujuannya untuk mengoptimalkan kinerja panca indra supaya menghasilkan keahlian, pengetahuan dan ketrampilan baru sesuai karakteristik anak.

Aktivitas anak usia dini adalah kegiatan yang dilakukan anak usia 0-6 tahun atas kehendak sendiri maupun orang lain sesuai dengan karakteristiknya (bermain) untuk memenuhi kebutuhannya dalam jangka waktu tertentu.


(38)

Montessori (Seldin 2011: 18) mengatakan bahwa: “Anak yang diperlakukan dengan hormat untuk mencoba aktivitas baru akan lebih siap belajar untuk melakukan hal-hal bagi dirinya sendiri. Anak lebih percaya bahwa dirinya mampu dan mandiri apabila diberi kebebasan belajar untuk memilih aktivitas yang mereka inginkan, dan berkreasi selama yang mereka mau, menarik minatnya, mencoba eksplorasi baru, mengatur komunitasnya sendiri dan mengembangkan ketrampilan kepemimpinan” .

Anak usia dini beraktivitas dengan caranya sendiri yaitu melalui bermain. Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi anak usia dini. Guru dan orang tua sering mengajarkan anak sesuai jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bermain. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak dan banyak hal yang disukai anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal yang disukai orangtua tidak disukai anak. Untuk itu orang tua dan guru perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.

Proses pendidikan yang bersifat holistik pada aktivitas anak usia dini, proses sama pentingnya dengan hasil. Aktivitas anak usia dini akan berdaya guna apabila indikator dibawah ini dapat tercapai secara maksimal. Adapun indikator komponen aktivitas adalah sebagai berikut:

1) Totalitas, yaitu perilaku serius, asyik dan menikmati dengan permainan media yang sedang ia mainkan.


(39)

2) Komunikasi (Oral activities), yaitu anak dapat merkomunikasi dari ide-ide dan imajinasi yang ada dalam pikirannya, dengan bertanya/menjawab pertanyaan, bercakap-cakap, berdialog atau bercerita sederhana.

3) Inovatif/sesuatu yang baru, yaitu media yang baru, permainan baru yang akan tercipta sikap yang baru pula dari anak.

4) Kognitif (Mental activities), yaitu anak dilatih untuk merealisasikan ide-ide dan imajinasi dalam pikirannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam permainannya

5) Percaya diri (Emotional activities), yaitu anak akan merasa nyaman ketika bermain dengan teman-temannya, menunjukan hasil karyanya dan tidak merasa minder ketika melakukan kesalahan

6) Imajinasi, yaitu anak dapat melakukan apa saja sesuai imajinasinya dengan sarana media yang disediakan

7) Kreatif, yaitu media dapat dikreasikan dengan permainan yang dapat dilakukan oleh anak.

8) Sosialisasi, yaitu anak dapat menghargai orang lain, tidak memaksakan kehendak, toleransi dan bekerjasama baik dengan teman maupun guru

9) Motorik kasar dan motorik halus yaitu media dapat digunakan dengan berbagai variasi yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak.

10) Pengamatan (Visual activities) yaitu anak mampu membaca, memperhatikan dan mengamati pembelajaran

Konsep aktivitas anak usia dini adalah kegiatan anak yang dapat mengaktifkan unsur totalitas, komunikasi, inovatif, kognitif, percaya diri, imajinasi, sosialisasi, motorik kasar dan motorik halus serta pengamatan


(40)

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran untuk anak usia dini akan lebih bermakna apabila pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan suatu tema pada kehidupan nyata, karena akan lebih menarik dan lebih cepat dipahami oleh anak. Pembelajaran dilakukan dengan melihat keseluruhan materi yang akan disampaikan dan mengkombinasikan seluruh aspek kemampuan anak usia dini. Menurut Feuestein (Gunawan 218: 2004) mengatakan bahwa: ”Kecerdasan anak dapat dimodifikasi (Modifiable Intelligence) antara kemampuan kognitif dengan dasar pengalaman yang dialami anak”

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2003)“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”

Menurut Nana Sujana 1990 dalam Purwati 2011 didalam Tinjauan Pustaka mengatakan bahwa proses belajar mengajar yang optimal mempunyai ciri-ciri (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri anak, (2) Menambah keyakinan akan kemampuan diri anak, (3) Hasil belajar anak bermakna bagi anak, (4) hasil belajar anak diperoleh siswa secara menyeluruh, (5) kemampuan siswa untuk mengontrol dan menilai kemampuannya.

Sudjana dalam Ramli (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah fungsi pendidik untuk membelajarkan peserta didik terhadap materi pelajaran untuk mencapai


(41)

hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar. Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu, membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong, membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan.

Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 pasal 19 (2010) bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”

Alan Roger (2003) menyatakan “Pembelajaran sebagai sebuah produk dan sebuah proses tentang pembelajaran tugas-sadar atau kemahiran, serta pembelajaran sadar atau terformalisasikan”. Pembelajaran sebagai sebuah produk didefinisikan sebagai perubahan dalam perilaku atau adanya sebuah hasil yang bisa diakui dan dilihat yang menyoroti pembelajaran yang krusial (perubahan). Pembelajaran sebagai sebuah proses yakni ada sebuah perhatian dengan apa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, pembelajaran bisa diajarkan sebagai sebuah proses yang dengannya perubahan perilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Pembelajaran menurut Saljo (1979) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran sebagai sebuah peningkatan pengetahuan kuantitatif yaitu mendapatkan informasi atau mengetahui banyak hal.

2. Pembelajaran sebagai proses mengingat yaitu menyimpan informasi yang bisa direproduksi


(42)

3. Pembelajaran sebagai proses memperoleh fakta-fakta, ketrampilan, dan metode yang dapat dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan

4. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna yaitu melibatkan satu sama lain antara subyek permasalahan dengan dunia nyata

5. Pembelajaran sebagai proses penafsiran dan pemahaman akan realitas dalam sebuah cara yang berbeda yaitu dengan menafsirkan kembali pengetahuan (Mark, 2010: 30).

2.2.2 Paradigma Pembelajaran

Pembelajaran pada UU Sisdiknas No.20/2003 menunjuk peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru. Perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran bergeser menjadi pembelajaran. Perubahan paradigma dari pengajaran bergeser menjadi pembelajaran dapat dibandingkan dalam tabel berikut:

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang mencakup metode, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi pembelajaran.


(43)

Tabel 2.2 Perubahan Paradigma dari Pengajaran Bergeser Menjadi Pembelajaran

No Pengajaran Pembelajaran

1 Berpusat pada guru Berpusat pada anak/pembelajar

2 Guru dominan dalam aktor kelas Guru sebagai fasilitator (penulis skenario) 3 Suasana “tertib”, tenang, kaku dan

membosankan

Suasana “Hidup”, menyenangkan, dan interaktif

4

Anak terlibat dalam kompetensi dengan siswa lain, dengan motivasi mengalahkan teman

Siswa didorong bekerjasama mencapai tujuan. Tolong-menolong dalam memecahkan masalah dan bertukar pikiran

5

Anak adalah tempat guru mencurahkan pengetahuan (banking system). Prestasinya adalah sejumlah hapalan/reproduksi pengetahuan

Anak adalah pelaku proses pengalaman mengambil keputusan, memecahkan masalah, menganalisis dan mengevaluasi. Kegiatan intelektual memproduksi pengetahuan

6

Evaluasi oleh guru bersifat menyeleksi dan merangking kuantitas hapalan

Evaluasi oleh anak bersifat refleksi dan berperan memperbaiki proses untuk meningkatkan prestasi

7 Sumber belajar buku teks dan guru

Sumber belajar adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan temannya dalam memecahkan masalah

8 Tempat belajar sebatas ruang kelas Tempat belajar seluas jagat raya

Pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan didalam kelas, kegiatan berpusat pada guru (guru sebagai aktor kelas), suasana tertib, tenang, kaku dan membosankan. Anak terlibat dalam kompetensi dengan motivasi mengalahkan teman, anak adalah tempat mencurahkan pengetahuan berupa reproduksi pengetahuan dengan sumber belajar berupa buku teks dan guru.

Pembelajaranmerupakan kegiatan yang dilakukan baik didalam/luar kalas, kegiatan berpusat pada anak, guru sebagai fasilitator dengan suasana hidup, menyenangkan, interaktif. Siswa didorong bekerjasama mencapai tujuan, tolong menolong dalam memecahkan masalah, menganalisis, mengevaluasi kegiatan intelektual, memproduksi pengetahuan, evaluasi bersifat refleksi yang memperbaharui proses meningkatkan prestasi dan sumber belajar merupakan pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan temannya dalam memecahkan masalah


(44)

2.2.3 Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, volunter, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Bermain adalah sebuah kegiatan yang berulang-ulang yang menimbulkan rasa senang dan puas bagi anak. Bermain sebagai sarana bersosial, kesempatan bereksplorasi, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan menemukan sarana pembelajaran yang menyenangkan sekaligus sebagai wahana pengenalan diri dan lingkungan sekitar anak mendapati kehidupannya (Trianto, 2011: 28).

Pembelajaran menurut Sudjana (2000) adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Surya (2004) menyatakan bahwa, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukan bahwa pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku dalam diri individunya. Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang menghubungkan anak dengan subyek dan berkaitan dengan dunia nyata (Utomo, 2010: 28).

Beberapa pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Menurut teori behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi


(45)

hubungan dengan subjek belajar serta perlu diberikan reinforcement untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar.

2. Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.

3. Menurut teori Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengaturnya menjadi suatu yang bermakna (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi yang terdapat pada diri siswa.

4. Menurut teori Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Haryanto 2003:8).

2.2.4 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam hal belajar. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) adalah :

1. Anak belajar melalui bermain.

Pembelajaran untuk anak usia dini adalah mempersiapkan anak untuk siap belajar (ready to learn), yaitu siap belajar berhitung, membaca dan menulis yang mengembangkan aspek moral agama, emosional, sosial, fisik-motorik, kemampuan berbahasa, seni, dan intelektual, membimbing anak yang premoral agar berkembang ke arah moral realism dan moral relativism, dari yang bersifat egosentris-individual ke arah prososial dan sosial-komunal, melatih anak mengenal jati diri (Self-identity), menghargai dirinya (self-esteem), dan kemampuan akan dirinya(self-efficacy).


(46)

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. 3. Anak belajar secara alamiah

Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks sosial budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).


(47)

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.

Prinisp-prinsip pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa dimensi, sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim yang positif dan kondusif untuk belajar.

2. Membantu keeratan kelompok dan memenuhi kebutuhan individu.

3. Lingkungan dan jadwal hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi aktif, mengambil inisiatif, melakukan eksplorasi terhadap objek dan lingkungannya.

4. Pengalaman belajar hendaknya dirancang secara konkret dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatannya sendiri.

5. Mendorong anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa secara menyeluruh yang meliputi kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis dini.


(48)

6. Strategi pembelajaran dirancang agar anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya secara individual dan dalam kelompok kecil.

7. Motivasi dan bimbingan diberikan agar anak mengenal lingkungannya, mengembangkan keterampilan sosial, pengendalian dan disiplin diri.

8. Kurikulum diorganisasikan secara terpadu untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi aspek fisik motorik, sosial emosi, kognitif, bahasa, dan seni.

9. Penilaian terhadap anak dilakukan secara kontinu, melalui observasi.

10. Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan anak dan cara melakukan kegiatan tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.

Karakteristik pembelajaran PAUD merupakan pembelajaran menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak secara alamiah


(49)

2.3 Aktivitas Pembelajaran

Proses aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien. Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah(added value)bagi peserta didik berupa: 1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya

motivasi internal(driving force)untuk belajar sejati

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3) Peserta didik belajar berdasarkan minat dan kemampuannya

4) Menumbuhkembangkan sikap disipin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik

5) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme

6) Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, serasi dengan kehidupan masyarakat disekitarnya.

Aktivitas pembelajaranmerupakan kegiatan yang direncanakan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien yang melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.


(50)

2.3.1 Aktivitas Belajar Anak Usia Dini

Dierich yang dikutip Hamalik (1980: 288-209) menyatakan, aktivitas belajar anak usia dini dibagi dalam delapan kelompok yaitu:

1) Kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan lisan(oral) yaitu, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4) Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuatout lineatau rangkuman, mengerjakan tes, serta mengisi angket

5) Kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuatchart,diagram, pola, dan peta. 6) Kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7) Kegiatan mental yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa

faktor-faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain

Aktivitas Pembelajaran anak usia dini merupakan kegiatan yang direncanakan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien yang melibatkan kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik/percobaan, mental dan emosional


(51)

2.3.2 Teori Pembelajaran

Pengikut perspektif pembelajaran (learning perspective) memberikan perhatian kepada perilaku yang dapat diobservasi. Teoritisi aliran ini mempertahankan pendapat bahwa perkembangan merupakan hasil pembelajaran (learning), perubahan didasari oleh pengalaman atau adaptasi kepada lingkungan. Teori aliran pembelajaran adalah behaviorisme (behaviorism) dan teori pembelajaran sosial (social learning theory).Behaviorisme adalah teori mekanistik yang mendeskripsikan perilaku yang dapat diobservasi sebagai respon terhadap pengalaman yang dapat diprediksi. Penelitian behavioral fokus kepada pembelajaran asosiatif (assosiatif learning), dimana hubungan mental antara dua peristiwa terbentuk.

Pembelajaran asosiatif adalah classical conditioning (pengkondisian klasik) dipelopori oleh Ivan Pavlov, John B Watson dan operant conditioning (pengkondisian operant) dipelopori oleh B. F. Skinner. Teori Pembelajaran sosial dipelopori Albert Bandura yang menyatakan bahwa dorongan utama perkembangan bersumber dari orang. Teori ini ada dua macam yaitu (1) pembelajaran sosial klasik menyatakan bahwa orang belajar perilaku sosial dengan mengobservasi dengan mengimitasi model disebut pembelajaran observasional (2) Teori kognitif Bandura yaitu proses kognitif terjadi saat seseorang mengamati model dan secara mental menyatukan pola kepingan kedalam sebuah pola perilaku baru yang kompleks (Diane 44: 2008).

Teori Pembelajaranmerupakan landasan yang mendasari hasil pembelajaran yaitu perkembangan dengan perubahan yang didasari oleh pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan yang dapat diprediksi melalui observasi respon terhadap perilaku.


(52)

2.3.2.1 Teori Pembelajaran Aktif

2.3.2.1.1 Teori Organimistik

Jaques Rousseau seorang filsuf Perancis percaya bahwa anak dilahirkan sebagai “makhluk liar yang bersifat luhur” yang akan berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiah positif kecuali kecenderungan tersebut dikorupsi oleh masyarakat yang reseptif. Rousseau merupakan pelopor model organismik perkembangan yang menyatakan bahwa anak sebagai organism yang aktif dan tumbuh yang kemudian dalam perjalanannya mempengaruhi perkembangan mereka, dorongan perubahan berasal dari dirinya sendiri. Perilaku manusia adalah sebuah keutuhan organik karena tidak dapat diprediksi dengan hanya memecah-mecahnya kedalam respon sederhana terhadap stimulus lingkungan (Diane 35:2008).

2.3.2.1.2 Teori Sosiokultural

Teori Sosiokultural Lev Vygotsky (1896-1934), ia berpendapat untuk memahami perkembangan kognitif, seseorang harus melihat kepada proses sosial yang menjadi sumber pikiran anak. Vygotsky menekankan keterlibatan aktif anak dengan lingkungan mereka, anak belajar melalui interaksi sosial. Aktivitas bersama membantu anak untuk menanamkan cara berpikir dan bersikap masyarakat mereka serta menjadikan semua itu sebagai caranya sendiri. Orang dewasa seharusnya membantu mengarahkan dan mengorganisasi proses pembelajaran sebelum anak mampu menguasai dan menginternalisanya. Bimbingan ini sangat efektif dalam membantu anak untuk melewati Zone of proximal development(zona perkembangan antara), kesenjangan antara apa yang telah dapat mereka lakukan sendiri dan apa yang belum dapat dilakukan seorang dari mereka (Diane, 2008:56)


(53)

2.3.2.1.3 TeoriActive Learning

Menurut Melvin Silberman, belajar bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar berlangsung, anak melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan yang mereka pelajari (Baharuddin 134: 2008).

Pernyataan Confusius oleh Silberman cara belajar yang diabadikan dengan kredo:

“What I hear, I forget.

What I hear and see, I remember a little

What I hear, see, and ask questions about or discuss whit someone else, I begin to understands.

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I maste”.

Belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan anak lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah menyenangkan yang menyajikan berbagai strategi pembelajaran aktif yang diterapkan semua pembelajaran.

2.3.2.1.4 Teori masa peka; periode sensitif; masa emas

Teori Montessori menyatakan bahwa pada usis 5-6 tahun (TK B) termasuk masa paling penting dalam perkembangannya, dimana anak mudah menyerap apapun dari


(54)

lingkungannya. Masa Peka merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengabungkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosioemosional dan spiritual. Pendidikan pada usia 5-6 tahun merupakan wahana pendidikan sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan anak. Keberhasilan pembentukan pada sentra persiapan sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap jenjang pendidikan selanjutnya.

Beberapa pemikiran Montessori tentang belajar:

1) Anak memiliki kemampuan sangat besar, dalam realita tak seorangpun mampu mengaktualkan semua potensi kemampuan yang dimiliki. Manusia terlahir dengan kekayaan yang sangat melimpah, sehingga mampu memanfaatkan warisannya, mampu memilih bagian mana yang akan dimanfaatkan sesuka hatinya.

2) Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Ia menganggap masa kehidupan yang paling penting adalah masa pertumbuhan yang pertama, yaitu intelegensi mengalami pembentukan. Keberhasilan pembentukan tahap ini sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap selanjutnya.

3) Menurut Montessori manusia terlahir dianugerahi dengan kemampuan untuk mempelajari bahasa lingkungannya, jadi anak menjadi sangat peka terhadap bunyi-bunyi ujaran, menyimak dengan cermat.

4) Periode awal umur 0-6 tahun adalah periode sensitif, masa peka atau masa emas, dimana pikiran anak mudah menyerap apapun dari lingkungannya.

5) Masa emas seyogyanya didayagunakan pendidik sebaik-baiknya, jika tersia-sia masa ini tidak akan pernah dapat dicari gantinya.


(55)

6) Semakin utuh dan sempurna kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan terpenuhi, maka semakin besar keberhasilan perkembangan pada masa berikutnya 7) Montessori berkata ketika kita ingin meleburkan gagasan baru untuk merubah atau

memperbaiki adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat untuk perubahan watak bangsanya, kita harus memanfaatkan anak-anak sebagai sarananya, karena tidak banyak prestasi yang dapat kita raih jika berbekal dengan orang dewasa.

Teori Maria Montessori menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun sudah dapat mempelajari bahasa lingkungannya melalui stimulasi yang tepat. Jika masa ini disia-siakan maka anak akan semakin kesulitan untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan lebih lanjut. Jika anak telah siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut, maka anak akan lebih mudah meraih prestasi sebagai bekal masa depannya.

2.3.2.1.5 Teori Kognitif

Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Piaget yakin bahwa perkembangan kognitif dimulai dari kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Fungsi mental berkembang dari pembelajaran berbasis sensorik sederhana serta aktivitas motorik kepada pemikiran yang abstrak dan logis. Pertumbuhan kognitif terjadi melalui tiga fase yang saling berhubungan:organisasi, adaptasidanekuilibrasi.

Organisasi adalah kecenderungan untuk membuat struktur kognitif yang semakin kompleks: sistem pengetahuan atau cara berpikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Adaptasi merupakan istilah Piaget untuk cara anak memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka


(56)

ketahui. Ekulibrasi adalah usaha konstan untuk mendapatkan kestabilan atau ekuilibrium-menghendaki perpindahan dari asimilasi ke akomodasi.

Piaget menyatakan bahwa permainan adalah proses berpikir (Carol & Barbara 2008: 23) permainan adalah jalan bagi anak mengembangkan kemampun menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka. Anak usia 5-7 tahun telah memasuki masa prasekolah, yakni masa taman kanak-kanak/masa persiapan untuk memasuki usia Sekolah Dasar. Meskipun berada pada masa prasekolah namun dunianya tetap dunia bermain, maka anak usia pra sekolah masih senang bermain. Dengan bermain, hasil belajar anak akan sesuai dengan tahap usia perkembangannya yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Pada teori perkembangan kognitif dalam psikologi pendidikan (Rifa’i dan Anni, 2010: 25-26) terdapat empat konsep pada teori belajar Piaget yaitu:

1) Skema, merupakan kategori pengetahuan yang membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya.

2) Asimilasi, merupakan proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.

3) Akomodasi, merupakan proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru.

4) Ekuilibrium, merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.

Menurut Piaget pada masa ini anak berada pada masa peralihan dari tahap pra-operasional ketahap pra-operasional kongkrit. Mereka mulai menguasai lambang yang memungkinkan manipulasi secara mental, tetapi penalaran masih sangat dipengaruhi oleh persepsi. Anak mulai tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti: penjumlahan,


(57)

pengurangan, penggandaan atau mengurutkan sesuatu secara berseri. Dari teori tersebut berarti anak sudah mulai mampu mengguasai penalaran/persepsi anak.

2.3.3 Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Asas Pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut: 1) Asas Apersepsi

Perkembangan mental anak dalam mengolah proses hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman, latihan, ketrampilan awal yang telah dimiliki oleh anak sehingga anak dapat mencapai proses hasil belajar yang lebih optimal.

2) Asas Kekongkritan

Melalui interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar suatu tema yang telah atau akan dipelajari oleh anak menjadi lebih bermakna. Misalnya menggunakan gambar binatang untuk mempelajari binatang, melakukan eksperimen gejala alam, dan menggunakan audio visual tentang bencana.

3) Asas Motivasi

Belajar akan optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemauan Teori pembelajaran aktif merupkan landasan belajar secara aktif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak baik berasal dari dirinya sendiri maupun dengan lingkunganya melalui interaksi sosial yang menyenangkan pada periode masa peka (rentang 0-6 tahun) dengan memanfaatkan pertumbuhan kognitif (melalui fase organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi), sosial dan emosi yang tepat


(58)

anak. Misalnya memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi dengan pujian atau hadiah, memajang setiap hasil karya anak, melibatkan setiap anak pada berbagai kegiatan lomba dan melakukan pencatatan unjuk kemampuan anak.

4) Asas Kemandirian

Kemandirian merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam memecahkan masalahnya. Oleh sebab itu pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan kemandirian anak. Misalnya tata cara makan, menggosok gigi, memakai atau melepas baju, buang air besar dan buang air kecil serta merapikan mainan setelah bermain.

5) Asas kerjasama(kooperatif)

Kerjasama menjadi asas karena dengan bekerja sama ketrampilan sosial anak akan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan ketrampilan sosial anak, misalnya bertanggung jawab terhadap kelompok, menghargai pendapat anak lain, bergantian, aktif dalam kerja kelompok dan membantu anak lain.

6) Asas Perbedaan Individu

Anak adalah individu yang bersifat unik, berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan individu, misalnya, perbedaan latar belakang keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, dan perbedaan gaya belajar agar anak mencapai hasil belajar secara optimal. 7) Asas Keterpaduan

Korelasi menjadi asas karena aspek pengembangan diri anak yang satu dengan aspek pengembangan diri yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu pembelajaran di


(59)

PAUD dirancang dan dilaksanakan secara terpadu. Misalnya perkembangan kognitif anak berkaitan dengan perkembangan bahasa anak.

8) Asas Belajar Sepanjang Hayat

Proses pembelajaran anak tidak hanya berlangsung di PAUD tetapi sepanjang hayat anak. Oleh sebab itu, pembelajaran di PAUD hendaknya diupayakan untuk membekali anak agar dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu ingin dan berusaha belajar kapanpun dan dimanapun.

2.3.4 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.

Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada Asas pembelajaran untuk anak usia dini merupakan hukum dasar/tumpuan berpikir dalam pembelajaran bagi anak usia dini yang mencakup asas apersepsi (mengolah proses hasil belajar), kekongkritan, motivasi, kemandirian, kerjasama, perubahan individu, keterpaduan, dan belajar sepanjang hayat


(1)

(2)

(3)

KEC

Jl. Raya Muntal Manguns

SUR

Yang bertanda tangan di Nama : Tarwi Jabatan : Kepal

Menerangkan bahwa: Nama : Titik K NIM : 1601408037 Jurusan : Pendi

Telah melaksanakan Tanggal 15 Juli sampa “Perbedaan Aktivitas dan MediaFun Works 2009”.

Demikian surat kete mestinya.

YAYASAN PENDIDIKAN

RA AL ISLAM MANGU

KECAMATAN GUNUNGPATI KOTASEM

ngunsari No 1 Gunungpati Semarang 50227 TELP. 024 76

RAT KETERANGAN PENELITIAN

Nomor: 01/YPA.RA/VII/2013

an dibawah ini: rwiyah

pala Sekolah

a:

ik Khomsatun 1601408037

ndidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

n penelitian di Raudlatul Athfal Islam 02 Ma pai dengan 20 Juli 2013 guna menyusun skripsi vitas dan Hasil belajar Anak Menggunakan WorksBerdasarkan Kurikulum Permendiknas

eterangan ini kami buat untuk dipergunaka

290

KAN AL ISLAM

NGUNSARI 02

KOTASEMARANG

P. 024 76917587

N

02 Mangunsari Pada skripsi yang berjudul an Lembar Kerja nas No.58 Tahun


(4)

291 DOKUMENTASI RA Al-Islam 02 Mangunsari


(5)

Kondisi

A

Proses p

disi pembelajaran menggunakan lembar kerj

Anak duduk diam mendengarkan guru

oses pembelajaran menggunakan lembar kerja

292

erja


(6)

Kondisi p

Anak berce

Anak terlibat akti

si pembelajaran menggunakan mediaFun works

rcerita dengan gambar seri dari mediaFun w

aktif dalam pembelajaran menggunakan med works

n works