30
bebas abu organik dan berat cangkang kering dari setiap sampel kerang sepetang pada setiap bulannya. Berat daging kering kerang diperoleh melalui pengeringan
daging sepetang dalam oven pada suhu 90
o
C selama 24 jam atau sampai beratnya konstan. Sementara berat daging bebas abu organik kerang sepetang diperoleh
melalui pengabuan daging kering dalam furnace pada suhu 550
o
C selama 5 jam. Berat daging kering bebas abu organik adalah selisih berat kering daging kerang
dengan berat abu. Untuk itu dibutuhkan sebanyak 5-10 individu kerang sepetang masing-masing stasiun setiap bulannya.
3.3.4.5 Percobaan Pemeliharaan dan Kecepatan Pertumbuhan Sepetang
Untuk menganalisis kemungkinan pemeliharaan dan kecepatan pertumbuhan kerang P. acutidens pada zona intertidal hutan mangrove, dilakukan percobaan
pemeliharaan. Untuk itu dilakukan pengumpulan kerang di luar plot yang telah ditetapkan dan diberi tanda tagging berupa nomor, yaitu ukuran panjang cangkang
4-6 cm. Kerang ini ditempatkan kembali ke sedimen setelah dicatat panjang dan beratnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang dan berat setiap bulan selama 5
bulan masa pemeliharaan untuk mendapatkan kecepatan pertumbuhannya. Untuk menghindari hilang dan memudahkan mengambilnya kembali, kerang ditempatkan
dalam wadah kurungan tiga persegi panjang 40 cm x 40 cm x 50 cm Lampiran 3 yang terbuat dari jaring plastik. Kurungan ini ditempatkan pada habitat dimana
kerang ditemukan dengan cara membenamkannya sebagian ke dalam lumpur. Pada setiap kurungan ditempatkan 5 individu kerang sepetang. Jumlah wadah
pemeliharaan kerang ini adalah sebanyak tiga buah ditempatkan di dalam ekosistem mangrove.
3.3.4.6 Jenis Makanan Kerang Sepetang
Untuk mengetahui jenis makanan kerang P. acutidens dilakukan analisis isi lambung. Sebanyak sembilan individu kerang sepetang dengan ukuran 53-74 mm
yang telah diawetkan dengan formalin diambil saluran pencernaannya kemudian ditimbang. Isi saluran pencernaan kerang tersebut dikuras, kemudian ditimbang
31
kembali saluran percernaan yang telah kosong untuk mendapatkan berat isi saluran pencernaan. Hasil kurasan saluran pencernaan tersebut selanjutnya dilarutkan dalam
air dalam volume yang telah ditetapkan 1 ml. Sebanyak satu tetes diambil, diamati di bawah mikroskop dengan metode sapuan dan dilakukan sebanyak lima kali setiap
sampel. Analisis komposisi isi saluran pencernaan kerang sepetang menggunakan
metode gravimetrik menurut Effendie 1979. Makanan yang dianalisis hanya plankton, setelah diperkirakan jumlah detritus atau hancuran material yang berasal
dari saluran pencernaan tersebut. Plankton sebagai makanan sepetang ditentukan dengan membandingkan proporsi plankton yang terdapat di perairan dengan proporsi
plankton yang terdapat di dalam saluran pencernaan kerang sepetang.
3.3.4.7 Biologi Reproduksi
Kajian biologi reproduksi yang dilakukan terhadap kerang ditujukan untuk mendapatkan informasi warna gonad, ukuran mulai dapat dibedakan jenis kelamin,
nisbah kelamin, musimwaktu pemijahan, dan potensi reproduksi yang belum ada informasinya. Untuk itu diperlukan data seksualitas jantan-betina, tahap
perkembangan gonad, indek kematangan gonad IKG, fekunditas, diameter telur, ukuran panjang dan berat kerang. Sehubungan dengan itu diperlukan pengamatan
organ reproduksi gonad kerang sepetang, mencakup testes dan ovarium. Untuk itu dilakukan pembedahan atau pembukaan cangkang kerang sepetang yang telah
dikumpulkan di laboratorium. Pengamatan dilakukan sebulan sekali terhadap sampel kerang yang didapat, dengan jumlah tergantung pada kerang yang diperoleh setiap
bulan. Tahapan-tahapan kegiatan ini adalah : • Pengukuran panjang cangkang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior
cangkang, lebar diukur dari bagian dorsal ke bagian ventral pada bagian terlebar dan tebal diukur dari sisi cangkang satu bagian ke sisi cangkang bagian lainnya
menggunakan caliper dengan ketelitian 0.1 mm Gambar 6.