Deskripsi Lokasi Penelitian Ekobiologi kerang sepetang (Pharella acutidens Broderip & Sowerby, 1828) di Ekosistem Mangrove Pesisir Kota Dumai Riau

Hutan mangrove di Kota Dumai diperkirakan seluas 2.125 ha, meliputi wilayah pesisir pantai Kecamatan Medang Kampai dengan luas yang telah banyak berkurang dan tingkat kerapatannya telah menurun, di Kecamatan Dumai Barat, yaitu di Kelurahan Pangkalan Sesai dan Kelurahan Purnama, dan Kecamatan Sungai Sembilan dengan sebaran yang paling tinggi, walaupun saat ini telah banyak mengalami penurunan Dinasnakkanla Kota Dumai 2008.

2.2 Ekosistem Mangrove

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati pentingdominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops, Avicenniaceae Avicennia, Sonneraticeae Sonneratia, dan Meliaceae Xylocarpus Bengen 2002. Issfad 2009 mencatat sebanyak 15 jenis mangrove di ekosistem mangrove sekitar muara Sungai Dumai, meliputi Avicenia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Ceriop tagal, Gymnanthera paludosa, Heritiera littoralis, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba, Sonneratia ovata, Xylocarpus granatum. Mangrove umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir; daerah tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove; menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau 2-22 ‰ hingga asin mencapai 38 ‰ Bengen 2002. Ada tujuh persyaratan utama yang diperlukan untuk pertumbuhan mangrove dengan baik, yaitu, 1 suhu udara dengan fluktuasi musim tidak lebih dari 5 o C, 2 arus laut yang tidak terlalu keras, 3 tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak kuat, 4 topografi pantai yang datarlandai, 5 keberadaan air laut, 6 fluktuasi pasang surut yang cukup besar dan 7 keberadaan lumpur dan tanah vulkanik Chapman 1975b diacu dalam Kusmana 1996. Fungsi biologi ekosistem mangrove adalah sebagai daerah asuhan bagi larva dan individu muda, tempat mencari makan, tempat bertelur, serta habitat alami berbagai jenis biota yang beberapa di antaranya memiliki nilai komersil. Daun- daun mangrove yang berjatuhan dan berakumulasi pada sedimen mangrove sebagai “leaf litter” lapisan dan sisa-sisa daun, mendukung komunitas organisme detrital yang besar jumlahnya. Organisme ini bertindak sebagai pengurai daun- daun dan mengubahnya menjadi energi yang dapat dimanfaatkan oleh sejumlah moluska, krustase, kepiting, ikan, reptilia laut, mamalia serta burung Dahuri 1996. Bagian tumbuhan mangrove yang gugur, seperti daun, bunga, buah, cabang dan ranting dikenal sebagai guguran serasah litterfall, penting sebagai sumber detritus bahan organik yang menyokong rantai makanan di laut. Serasah mangrove merupakan sumber hara bagi daerah muara dan sungai Odum Heald 1974. Nybakken 1992 menyatakan bahwa kelompok hewan lautan yang dominan dalam hutan bakau adalah moluska, udang-udangan tertentu dan beberapa ikan khas. Moluska diwakili oleh sejumlah siput, suatu kelompok yang umumnya hidup pada akar dan pohon bakau Littorinidae dan lainnya pada lumpur di dasar akar mencakup sejumlah pemakan detritus Ellobiidae dan Potamididae. Kelompok kedua adalah dari moluska, termasuk bivalva. Tomascik et al. 1997 menyatakan bivalvia di hutan mangrove Indonesia hanya diwakili oleh sedikit spesies. Bivalvia yang terdapat di tanah hutan mangrove harus dapat mentoleransi periode yang panjang dari suhu yang tinggi dan oksigen yang rendah dan sebagai akibatnya hanya sedikit grup yang dapat beradaptasi terhadap kondisi ini. Bivalvia menjadi komponen bentik yang dominan di batas menghadap ke laut dari hutan mangrove yang seringkali ditandai oleh intertidal dengan hamparan lumpur yang luas. Kebanyakan bivalvia hutan mangrove ditemukan pada hamparan lumpur bagian ke laut yang merupakan sumber makanan penting bagi wader dan berbagai burung air.