Karakteristik Fisik Kimia Ekosistem Mangrove

28 Kandungan bahan organik sedimen dianalisis dengan metode pengabuan atau pembakaran dengan furnace pada suhu 600 o C Buchanan, 1971. Hasil analisis butiran yang diperoleh diklasifikasikan dengan skala wenworth Lampiran 2. Pengambilan, pengukuran dan analisis sampel sedimen dilakukan sebanyak dua kali selama penelitian. Data curah hujan di Kota Dumai diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Stasiun Pengamatan Dumai. Data pasang surut di pesisir Kota Dumai didapatkan dari Jawatan Hidro- oseanografi TNI AL 2010. 3.3.4 Kerang Pharella acutidens 3.3.4.1 Kebiasaan Hidup dan Kelimpahan Untuk mendapatkan gambaran kebiasaan hidup kerang sepetang dilakukan pengamatan di alam dan laboratorium. Pengamatan mencakup posisinya di dalam substrat lubang, bagian yang berada di atas dan di bawah saat berada dalam lubang, serta kondisi sifon saat berada dalam wadah berisi air di laboratorium. Untuk mendapatkan kelimpahan kerang sepetang, pengambilan sampel kerang pada setiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode petak dalam jalur transek kuadrat, tegak lurus dengan garis pantai, mencakup bagian bawah lower, bagian tengah middle dan bagian atas upper. Kuadrat 1 m x 1 m ditempatkan secara acak di sekitar kuadrat 10 m x 10 m pengamatan mangrove Lampiran 1. Dalam petakan kuadrat yang telah ditetapkan empat buah kuadrat 30 cm x 30 cm ditempatkan secara acak. Apabila ditemukan lubang kerang pada kuadrat tersebut, kerang tersebut diambil terlebih dahulu dengan menggunakan tangan supaya tidak rusak cangkangnya dan bergerak jauh ke bawah di dalam lubang. Supaya tidak ada kerang sepetang yang tertinggal, semua substrat yang terdapat dalam setiap petakan kuadrat tersebut diangkat sampai kedalaman 35 cm dan diayak dengan saringan dengan ukuran mata jaring 5 mm. Semua individu kerang yang didapat dihitung jumlahnya dan dimasukkan ke dalam kantong sampel yang telah diberi label. Sebaran temporal didapat melalui pengamatan dan pengambilan sampel setiap bulan selama 12 bulan. Pengambilan bulan berikutnya dilakukan pada kuadrat yang berbeda di lokasi yang 29 sama. Identifikasi kerang sepetang dilakukan berdasarkan pada Carpenter dan Niem 1998.

3.3.4.2 Morfometrik

Untuk mendapatkan gambaran morfologi kerang sepetang di ekosistem mangrove Kota Dumai, dilakukan penentuan morfometriknya. Untuk itu semua individu P. acutidens yang diperoleh diukur panjang, lebar, tebalnya. Pengukuran panjang cangkang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior cangkang, lebar diukur dari bagian dorsal ke bagian ventral pada bagian terlebar dan tebal diukur dari satu sisi cangkang ke sisi bagian lainnya menggunakan kaliper dengan ketelitian 0.1 mm Gambar 6. Gambar 6. Pedoman pengukuran panjang, lebar dan tebal kerang sepetang

3.3.4.3 Hubungan Panjang Berat dan Parameter Pertumbuhan

Untuk mendapatkan gambaran hubungan panjang dan berat serta parameter pertumbuhan kerang sepetang, diperlukan data panjang dan berat dari semua kerang sepetang yang diperoleh. Untuk itu dilakukan pengukuran panjang yang diperoleh dari hasil pengukuran morfometrik, sedangkan data berat diperoleh dengan melakukan penimbangan berat kerang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g setelah sebelumnya dikeringkan dengan kertas tisu blotting paper.

3.3.4.4 Indeks Kondisi

Indeks kondisi menggambarkan kondisi daging jaringan lunak kerang pada waktu tertentu dan biasanya terkait dengan ketersediaan makanan dan masa reproduksinya. Untuk itu diperlukan data berat daging kering, berat daging kering