Indeks Kematangan Gonad IKG Fekunditas

44 Hubungan berat total dengan fekunditas : F = a +bB …………………………………………………………… 30 Keterangan : F = fekunditas, P = panjang cangkang, B = berat total 3.4.16 Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Mangrove dan Karakter Biologi Populasi dan Reproduksi Kerang Sepetang `Hubungan antara karakteristik biofisik kimia ekosistem mangrove pada setiap stasiun dan karakter biologi populasi dan biologi reproduksi kerang sepetang dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk matrik, selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mencari hubungan atau keterkaitan antara parameter karakter biologi populasi dan reproduksi kerang sepetang dan karakteristik biofisik kimia ekosistem mangrove tersebut. 3.4.17 Distribusi Spasial Kerang Sepetang P. acutidens Berdasarkan Karakter Biologi Populasi dan reproduksi Distribusi spasial kerang sepetang berdasarkan karakter biologi populasi dan biologi reproduksi dianalisis menggunakan analisis faktorial korespondencorespondence analysis, CA Bengen 1998. Analisis ini merupakan salah satu bentuk analisis statistik multivariabel yang didasarkan pada matrik data i baris stasiun penelitian dan j kolom indeks kondisi, koefisien pertumbuhan, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur. Matrik data yang digunakan merupakan tabel kontingensi stasiun pengamatan dengan modalitas indeks kondisi, koefisien pertumbuhan, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur. Tabel kontingensi i dan j mempunyai peranan yang simetris, yakni membandingkan unsur-unsur i untuk tiap j sama dengan membandingkan hukum probabilitas bersyarat yang diestimasi dari n ij n i untuk masing-masing n ij n j , dengan ni = jumlah subjek i yang memiliki semua karakter j, dan n j = jumlah jawaban karakter j. 45 Pengukuran kemiripan antar dua unsur I1 dan I2 dari I dilakukan melalui pengukuran jarak Chi-Square dengan persamaan: p X ij X i -X i ’jX i ’ 2 d 2 i,i’ = ……………………………………… 31 j=1 X j Keterangan : d 2 i,i’ = jarak euclidean X i = jumlah dari baris i untuk keseluruhan kolom X j = jumlah dari kolom j untuk keseluruhan baris X ij ,X i’j = jumlah dari baris i untuk kolom j P = banyaknya baris atau kolom mulai dari 1 sampai p Pengolahan data menggunakan program komputer XLSTAT. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap struktur komunitas vegetasi mangrove yang terdapat pada lokasi penelitian di pesisir Kota Dumai, didapatkan 17 jenis yang termasuk ke dalam 11 famili Tabel 2. Tabel 2 Jenis-jenis vegetasi mangrove yang terdapat pada pesisir barat Kota Dumai No Famili Jenis Stasiun SM PP SD 1 Rhizophoraceae Rhizophora apiculata R. mucronata Bruguiera gymnorrhiza B. sexangula B. cylindra Ceriops tagal + - + + - + + + + - + + + - + - - - 2 Avicenniaceae Avicennia marina A. alba + + + + + + 3 Sonneratiaceae Sonneratia alba - + + 4 Meliaceae Xylocarpus granatum + + + 5 Sterculiaceae Heritiera littoralis - + - 6 Euphorbiaceae Excoecaria agallocha - - + 7 Combretaceae Lumnitzera littorea + + + 8 Arecaceae Nypa fruticans + + + 9 Pandanaceae Pandanus tectorius + + + 10 Malvaceae Hibiscus tiliaceus - + - 11 Rubiaceae Scyphiphora hydrophyllacea + + - Jumlah 17 Jenis 11 15 10 Keterangan :SM: muara S. Mesjid, PP: Pantai Purnama, SD: muara S. Dumai : Tidak didapatkan dalam plot pengamatan : Didapatkan dalam plot hanya berukuran kecil Famili Rhizophoraceae mempunyai jenis terbanyak, yaitu lima jenis, diikuti famili Avicenniaceae dua jenis. Pada Tabel 2 di atas juga terlihat bahwa jenis mangrove pada stasiun PP mempunyai jenis yang lebih banyak dibandingkan stasiun lainnya, padahal hutan mangrove pada lokasi ini dengan kondisi rusak karena ditebang oleh masyarakat. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan vegetasi mangrove yang terdapat pada kawasan ini relatif muda, sehingga memberi peluang untuk tumbuh bagi banyak jenis, dibandingkan pada stasiun SM dan sebagian SD yang vegetasi mangrovenya relatif tinggi dan besar. Naungan dari kanopi vegetasi mangrove menghalangi semaian yang ada untuk tumbuh menjadi anakan dan pohon, sehingga kalaupun ada propagul jenis vegetasi mangrove lain yang masuk dibawa arus ke kawasan tersebut akan sulit untuk berkembang. Dilihat dari distribusi dan keragaman jenis mangrove di perairan pesisir Dumai ini secara vertikal dari laut tidak menunjukkan adanya zonasi yang nyata. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan ketebalan mangrove yang relatif tipis dan kondisi lingkungan yang cenderung homogen, terutama pada stasiun PP yang ketebalan vegetasi mangrovenya sebagian kurang dari 100 m. Pada stasiun SM dan SD yang masing-masing berada pada muara sungai, yaitu Sungai Mesjid dan Sungai Dumai, juga tidak menunjukkan zonasi yang nyata. Hal ini juga terkait dengan ketebalan mangrove yang juga relatif tipis.Air pasang yang masuk ke kawasan hutan mangrove melalui saluran-saluran air yang berada di pinggir sungai dan adanya alur-alur air yang ada di dalam hutan mangrove membuat kondisi menjadi relatif homogen. Kerapatan vegetasi mangrove untuk setiap stasiun bervariasi Lampiran 6- 8. Untuk tingkat pohon dan semaian, kerapatan tertinggi diperoleh pada stasiun SM, sementara untuk tingkat anakan, kerapatan tertinggi didapatkan pada stasiun PP. Berdasarkan kerapatan vegetasi mangrove kategori pohon pada ketiga stasiun, maka kondisi mangrove di stasiun SM dan SD dalam kondisi baik, yaitu berturut-turut 3967 phnha dan 1500 phnha sedangkan pada stasiun PP dalam kondisi rusak, yaitu 856 phnha. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 2004, kondisi hutan mangrove dikatakan baik bila vegetasi mangrovenya memiliki persen tutupan 75 atau kerapatan vegetasi 1500 indha, kondisi sedang bila memiliki persen tutupan 50 sampai 75 atau kerapatan vegetasi 1000 indha sampai 1500 indha dan kondisi rusak bila memiliki persen tutupan 50 atau kerapatan vegetasi 1000 indha. Berdasarkan analisis struktur komunitas vegetasi mangrove yang ada di pesisir Kota Dumai pada ketiga stasiun, SM, PP dan SD, diperoleh bahwa X. granatum mempunyai indeks nilai penting tertinggi, yaitu secara berturut-turut 139.54, 116.83 dan 74.84 untuk pohon Lampiran 6 dan 182.76, 89.09 dan 84.58 untuk anakan Lampiran 7. Nilai indeks penting kedua terbesar