Faktor penghambat Implementasi program keterampilan Tata Busana

“Adanya faktor pendukung dari pihak keluarga siswa juga berpengaruh karena siswa akan merasa senang bila orang tuanya senang terlebih lagi kalau orang tua nya memberi respon atau komentar yang bagus untuk hasil karya yang telah dibuat anaknya, serta siswa di berikan pengertian akan pentingnya keterampilan tersebut untuk bekal nantinya dikehidupan masyarakat”. 03GMPK MAN 01 Smg16.05.2013 Seperti yang dikemukakan ke dua guru keterampilan tata busana diatas berikut pernyataan bapak Nurhan: “Seperti yang dikemukakan guru-guru yang lain memang benar adanya dukungan dari keluarga atau orang tua itu sangat penting bagi siswa, karena selain siswa membutuhkan dukungan dari guru siswa juga membutuhkan dukungan dari orang tua dengan adanya respon positif dari orang tua siswa akan merasa senang dan tidak akan terbebani dalam belajar, lingkungan yang mendukung juga ikut serta dalam pelaksanaan mata pelajaran ini, saya selalu memberi tahukan siswa tentang pentingnya pengetahuan keterampilan untuk nantinya dikehidupan masyarakat dan dengan adanya bekal pengetahuan keterampilan dari madrasah itu menjadi nilai khusus untuk madrasah in i”. 04GMPK MAN 01 Smg16.05.2013

4.2.3.2 Faktor penghambat Implementasi program keterampilan Tata Busana

di MAN 01 Semarang Pembelajaran keterampilan tata busana yang biasanya santai karena siswa dalam belajar butuh ketenangan dan konsentrasi untuk mengerjakan tugas pratik di dalam kelas, adapun beberapa siswa yang menyalah gunakan keadaan pembelajaran keterampilan tata busana yang santai dijadikan alasan untuk siswa lambat dalam mengerjakannya. Waktu jam pelajaran yang disedian cukup terbatas karena jam mata pelajaran keterampilan tata busana hanya 2jam 45menit dalam 1 minggu, jadi untuk pembelajaran keterampilan tata busana agar produk selesai tepat waktu yang telah direncanakan guru, maka khusus mata pelajaran keterampilan tata busana ada kelonggaran waktu, jadi jam mata pelajaran keterampilan tata busana di tambah dan di laksnakan di luar jam pelajaran sekolah. Berikut pernyataan guru keterampilan tata busana: “Faktor yang menghambat pelaksanaan keterampilan tata busana di madrasah ini berkaitan dengan waktu, karena alokasi waktu pembelajaran keterampilan tata busana di madrasah ini sangat terbatas mengingat mata pelajaran keterampilan ini adalah teori dan juga praktik”. 02GMPK MAN 01 Smg14.05.2013 “Dilihat dari fasilitas, sarana dan prasarana di madrasah aliyah negeri 01 Semarang yang mendukung dan juga dari bakat dan minat siswa sebenarnya tidak ada maslah dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata busana ini, namun waktu yang disediakan sangat terbatas jadi itu menjadi kendala siswa untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang ditentukan guru”.03GMPK MAN 01 Smg16.05.2013 “Hal yang menghambat siswa dalam mata pelajaran keterampilan tata busana yaitu pengaturan jam pembelajaran yang kurang lama, karena waktu untuk pembelajaran keterampilan tata busana sama dengan waktu pembelajaran mata pelajarana yang lain yang cukup hanya digunakan untuk teori saja, dan mata pelajaran keterampilan tata busana terdiri dari teori dan juga praktik maka waktu atau jam pembelajaran keterampilan tata busana menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, sering kali siswa mengeluh tentang waktu yang diberikan hanya sebentar”. 04GMPK MAN 01 Smg16.05.2013 Alokasi waktu yang menjadi kendala siswa dalam menyelesaikan tugas keterampilan tata busana di Madrasah Aliyah Negeri 01 Semarang dapat teratasi dengan adanya penambahan jam waktu pembelajaran. Solusi dari kendala yang menjadi penghambat siswa dalam menyelesaikan tugas keterampilan tata busana yaitu dengan adanya jam tambahan belajar setelah selesai sekolah atau dapat disebut dengan kegiatan extra disekolah. “Penambahan jam belajar setelah kegiatan belajar mengajar selesai menjadi solusi yang tepat untuk mata pelajaran keterampilan ini karena penambahan waktu pembelajaran keterampilan tata busana ini sangat berpengaruh terhadap mata pelajaran keterampilan tat busana, karena tugas-tugas siswa dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan dan hasil dari produk siswa sangat memuaskan banyak hasil siswa yang disukai guru-guru di madarasah adapun hasil dari produk siswa yang terjual pada saat pengadaan hasil karya siswa setiap satu tahun sekali tepatnya pada pengambilan raport”. 02GMPK MAN 01 Smg14.05.2013 “Pemberian tambahan jam belajaran setelah kegiatan jam pembelajran formal menjadi solusi yang baik untuk siswa mbak, karena siswa merasa senang dengan adnya jam tambahan tersebut dan menjadikan siswa lebih semangat untuk menyelesaikan tugas keterampilan tata busana, contohnya saja pada saat membatik siswa membutuhkan ketenangan dan konsentrasi dalam pembuatannya kalau dengan waktu yang singkat siswa tidak bisa menghasilkan suatu produk yang bagus, dan hasilnya pun tidak akan seperti yang diharapkan maka dari itu dengan adanya penambahan waktu pembelajaran menjadi hal yang positif bagi siswa karena siswa akan lebih teliti dalam mengerjakan tugasnya. 03GMPK MAN 01 Smg16.05.2013 “Seperti yang sudah dikemukakan dua rekan saya mengajar keterampilan tata busana yaitu penambahan waktu belajar siswa menjadi hal yang positif, dari segi siswa, keluarga dan guru juga tidak bermasalah dengan adanya penambahan pada jam pemebalajaran keterampilan tata busana yang di terapkan setelah pulang sekolah atau setelah kegiatan KBM selesai. Hal tersebut membuat siswa lebih giat dan bersemangat untuk mengerjakan tugas yang saya dan guru yang lain berikan karena bagi siswa tingkat sekolah menengah atas hal ini adalah hal yang baru dan jarang ada sekolah atau madrasah yang menerapkan mata pelajaran keterampilan tata busana”. 04GMPK MAN 01 Smg16.05.2013

4.3 Pembahasan

4.3.1 Implementasi Program Keterampilan Tata Busana di MAN 01

Semarang Awal mula MAN 01 Semarang menerapkan mata pelajaran ketetrampilan tata busana sejak diberlakukannya kurikulum KTSP 2006 dengan kondisi peralatan yang sederhana dan seadanya. Alasan MAN 01 Semarang ini menerapkan mata pelajaran keterampilan tata busana karena keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai pengetahuan dasar dan bekal nantinya hidup dimasnyarakat. Kebanyakan didaerah pedurungan kota Semarang adalah industri-industri dibidang sandang, seperti garmen, konveksi pakaian, pelengkap busana dan aksesoris.