Pengawasan Represif Peraturan Daerah Propinsi, KabupatenKota:

1. Perda disampaikan kepada pemerintah paling lama 7 tujuh hari setelah ditetapkan. 2. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh pemerintah. 3. Keputusan pembatalan perda sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 enam puluh hari sejak diterimanya perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 4. Paling lama 7 tujuh hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan perda dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut perda dimaksud. 5. Apabila provinsikabupatenkota tidak dapat menerima keputusan pembatalan perda sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, kepala daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung. 6. Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 dikabulkan ;sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum. 7. Apabila Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan perda sebagaimana dimaksud pada ayat 3, perda dimaksud dinyatakan berlaku. Proses pembatalan perda sesuai dengan Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini, penulis mengambarkannya dengan sebuah skema yang penulis lampirkan pada lembar lampiran halaman x.

D. Pengawasan Peraturan Daerah di Indonesia

1. Sejarah Pengawasan Peraturan Daerah Sebelum Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Indonesia Daerah Pada awal kemerdekaan, ketentuan mengenai pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18. Lalu dibentuklah Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Indonesia Daerah. Di masa ini belum ada pemerintah daerah, yang ada adalah Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Demikian pula belum ada daerah otonom, karena suasananya adalah permulaan kemerdekaan. 56 b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan Aturan-aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah Yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri Dalam undang-undang ini pengaturan mengenai pengawasan perda hanya dijelaskan bahwa perda tidak boleh mengatur yang sudah diatur oleh undang-undang, peraturan pemerintah dan perda yang lebih tinggi tingkatannya, dan perda juga tidak boleh bertentangan dengannya, hal ini diatur pada pasal 28. Pengawasan perda dalam undang-undang ini tidak 56 Bayu Surianingrat, Desentralisasi dan Dekonsentrasi Pemerintahan di Indonesia Suatu Analisa , Jilid I, Cet-1, Jakarta: Dewaruci Press, 1980 h. 30 didukung dengan pengawasan dari pemerintah, perda dilarang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi tetapi tidak ada lembaga yang mengujinya. c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Pada masa berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1945 terbentuklah undang-undang ini. Pada undang-undang ini pelaksanaan pengawasan suatu perda tidak dijelaskan secara eksplisit, yang disebutkan didalamnya adalah Keputusan DPRD dan Dewan Pemerintah Daerah apabila bertentangan dengan kepentingan umum, undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah yang lebih tinggi tingkatannya, dibatalkan oleh Mendagri atau penguasa lain yang ditunjuk dan bagi lain-lain daerah Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas, ketentuan ini tertera pada pasal 64. d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali pada dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945. Lalu dibentuklah undang-undang ini, dipicu lemahnya posisi kepala daerah dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah . Sama halnya dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang