Materi Muatan KeputusanPeraturan Presiden

pasal 4 ayat 1 UUD NRI 1945, dimana fungsi ini merupakan atribusi dari UUD NRI 1945, sedangkan fungsi dari keputusan presiden lainnya adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan pemerintah baik yang secara tegas-tegas memintanya ataupun yang secara tidak tegas-tegas, dimana fungsi disini merupakan delegasi dari peraturan pemerintah yang melaksanakan suatu undang-undang. Berdasarkan kedua fungsi tersebut maka materi muatan suatu keputusan presiden merupakan materi muatan sisa dari materi muatan undang-undang dan peraturan pemerintah, yaitu materi yang bersifat atribusian, serta materi muatan yang merupakan delegasian dari undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Dalam hal luas dan batas lingkupnya, kewenangann yang bersifat atribusi, yaitu dalam membentuk keputusan presiden yang mandiri, merupakan kewenangan yang sangat luas dibandingkan dengan kewenangan yang berasal dari delegasi undang-undang atau peraturan pemerintahnya. 44 Materi muatan KeputusanPeraturan Presiden menurut pasal 13 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, dijelaskan bahwa materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah. 44 Maria Farida Indrati Soeprapto, Buku 1, Ilmu Perundang-undangan Jenis, Fungsi dan Materi Muatan , Cet-1, Yogyakarta: Kansius, 2007 h. 224

3. Kedudukan Peraturan Presiden

Dalam rangka melaksanakan undang-undang, Presiden sebagai kepala pemerintahan tentu haruslah diberikan ruang gerak yang cukup untuk berkreatifitas. Presiden harus memiliki keleluasaan untuk mengatur sendiri kebijakan yang akan ditetapkan dalam rangka melaksanakan undang-undang itu. Prinsip yang berkenaan dengan ruang gerak inilah yang dalam konsep hukum administrasi Negara disebut sebagai freies ermessen. Presiden dianggap sudah seyogyanya dapat menetukan sendiri norma-norma aturan kebijakan atau policy rules beleidsregels yang diperlukan untuk menjalankan undang-undang. 45 Oleh karena itu, Presiden sebaiknya tetap dimungkinkan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah dalam rangka menjalankan undang-undang, dan sekaligus menetapkan peraturan kebijakan atau beleidsregels policy rules yang disebut dengan nomeklatur Peraturan Presiden. 46 Maka dari pengertian Peraturan Presiden yang telah dijelaskan, Peraturan Presiden dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana Peraturan Presiden berada di atas perda dan di bawah Peraturan Pemerintah. Artinya, Peraturan Presiden di sini terikat oleh hierarki dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. 45 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Konstitusionalisme Indonesia, Cet-1, Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, 2003 h. 275 46 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Konstitusionalisme Indonesia, Cet-1, Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, 2003 h. 176

C. Bentuk Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah

Secara umum pengertian pengawasan dapat diartikan sebagai proses menentukan apa yang harus dikerjakan, kemudian dilakukan koreksi atau pembenahan dengan maksud hasil yang ingin dicapai tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan terdahulu. George R. Ferry menitikberatkan pengawasan pada tingkat evaluasi serta koreksi terhadap hasil yang telah dicapai, dengan maksud agar hasil tersebut sesuai dengan rencana, maka dilkukan pada akhir suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut menghasilkan sesuatu. 47 Sedangkan definisi yang diberikan oleh Henry Farol dapat diketahui hakekat pengawasan adalah suatu tindakan menilai menguji apakah sesuatu telah berjalan dengan rencana yang telah ditentukan. Dengan pengawasan itu akan dapat ditemukan kesalahan-kesalahan yang kemudian dapat diperbaiki dan yang lebih penting lagi jangan sampai kesalahan tersebut terulang kembali. 48 Berkaitan dengan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah khususnya pembentukan peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Provinsi, KabupatenKota, selama ini dikenal adanya pengawasan preventif dan represif, adapun penjelasan kedua pengawasan tersebut adalah: 47 Moh Hasyim, Pengawasan Kekuasaan Eksekutif Dalam Negara Hukum Pancasila, Yogyakarta: FH UII, Jurnal H ukum “Ius Quia Iustum” Nomor 6 Vol. 3, 1996 h.65 48 Moh Hasyim, Pengawasan Kekuasaan Eksekutif Dalam Negara Hukum Pancasila, Yogyakarta: FH UII, Jurnal H ukum “Ius Quia Iustum” Nomor 6 Vol. 3, 1996 h.65