Analisis Peraturan Presiden Dalam Pembatalan Perda

Indonesia. 68 Sedangkan perda pemberlakuannya terbatas pada daerah tertentu yang mengeluarkannya sebagai bagian dari kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri daerahnya dalam rangka otonomi daerah seluas-luasnya sesuai dengan asas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu posisi hierarki perda dibawah Peraturan Presiden. Peraturan Presiden dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan pembatalan perda represif seperti yang disebutkan dalam pasal 145 ayat 3 bahwa: Keputusan pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 enam puluh hari sejak diterimanya Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada pasal ini membuktikan bahwa pembatalan perda adalah menggunakan Peraturan Presiden. Dan selanjutnya diperkuat kembali dengan ayat 7 yang menyatakan bahwa perda yang dibatalkan tanpa melalui peraturan presiden dinyatakan menjadi perda yang sah berlaku. Hal ini selaras dengan pendapat Maria Farida yang menyatakan bahwa materi muatan suatu KeputusanPeraturan Presiden merupakan materi muatan sisa dari materi muatan undang-undang dan Peraturan Pemerintah, yaitu materi yang bersifat atribusian, serta materi muatan yang merupakan delegasian dari undang-undang dan Peraturan Pemerintah. 69 68 B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik , Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008 h. 118 69 Maria Farida Indrati Soeprapto, Buku I, Ilmu Perundang-undangan Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan , Cet-1, Yogyakarta: Kanisius, 2007 h. 224 Lalu dalam hal luas dan batas lingkupnya, kewenangann yang bersifat atribusi, yaitu dalam membentuk keputusan presiden yang mandiri, merupakan kewenangan yang sangat luas dibandingkan dengan kewenangan yang berasal dari delegasi undang-undang atau Peraturan Pemerintahnya. 70 Pendapat yang telah disampaikan oleh Maria Farida itu memberikan pengertian bahwa materi yang ada pada Peraturan Presiden bersifat atribusi dari undang-undang ini kembali menguatkan bahwa bentuk produk hukum yang lebih pantas untuk membatalkan suatu perda adalah Peraturan Presiden. Kewenangan pembatalan perda melalui Peraturan Presiden terdapat pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah yakni pada pasal 37 ayat 4 menjelaskan bahwa perda yang bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dibatalkan dengan Peraturan Presiden berdasarkan usulan menteri terkait. Selanjutnya dalam ketentuan pajak dan atribusi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Atribusi Daerah, yakni pada pasal 158 ayat 1-9 juga disebutkan bahwa pembatalan perda hanya dengan menggunakan Peraturan Presiden. Maka dalam undang-undang menegaskan kembali bahwa bentuk peraturan presidenlah yang mempunyai kekuatan hukum untuk membatalkan perda tentang pajak daerah dan atribusi daerah tersebut. 70 Maria Farida Indrati Soeprapto, Buku I, Ilmu Perundang-undangan Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan , Cet-1, Yogyakarta: Kanisius, 2007 h. 224 Dari penjelasan yang telah penulis paparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa, Peraturan Presiden mempunyai wewenang dalam hal pengawasan represif atau pembatalan terhadap perda sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yakni sebagai berikut: 1. Wewenang membatalkan perda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang tertuang pada pasal 158 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Pembatalan semua perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yang tertuang pada pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pasal 37.

D. Produk HukumLembaga Yang Berwenang Dalam Pengujan dan Pembatalan

Perda Dari penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat diklasifikasikan pengawasan preventif dan pembatalan represif yang dimiliki pemerintah pusat terhadap perda berdasarkan dasar hukumnya adalah sebagai berikut:

1. Menteri Dalam Negeri KepmendagriPermendagri

Pengawasan preventif: a. Pengawasan dalam evaluasi raperda APBD Provinsi sebelum ditetapkan Gubernur, pasal 185 ayat 1-4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah b. Pengawasan raperda tentang Perubahan APBD yang ada dalam pasal 188 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah c. Pengawasan terhadap raperda tentang Perencanaan Tata Ruang Daerah yang tertuang pada pasal 189 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. d. Pengawasan raperda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam pengawasan raperda ini terdapat dua ketentuan yang mengatur pengawasan perda tersebut, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 189 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 157 Pembatalan pengawasan represif Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kewenangan pembatalan perda dengan Kepmendagri bertentangan dengan ketentuan pasal 145 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan dengan jelas bahwa pembatalan perda hanyalah dengan Peraturan Presiden, dan jika pembatalan perda tanpa menggunakan