Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Sedang peraturan
daerah kabupatenkota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD kabupatenkota dengan persetujuan bersama BupatiWalikota.
Dari segi pembentukan, perda ini menyerupai pembentukan undang- undang, yaitu suatu produk hukum yang dibuat oleh presiden bersama-sama
Dewan Perwakilan Rakyat Selanjutnya disebut DPR. Dari segi materi dan wilayah berlakunya, undang-undang itu mengatur semua urusan publik baik
bersifat kenegaraan maupun pemerintahan dan berlaku secara nasional, sedangkan materi perda hanya berkenaan dengan administrasi atau pemerintahan
dan hanya berlaku pada wilayah tertentu atau bersifat lokal. Materi muatan perda mencakup semua urusan rumah tangga daerah baik
dalam rangka otonomi maupun atas dasar pembantuan, baik yang bersifat wajib maupun pilihan sebagaimana ditentukan dalam pasal 13 dan 14 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Materi muatan perda itu sangat banyak dan setiap saat dapat berkembang seiring dengan perkembangan
zaman.
16
16
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Cet-1 Jakarta: PT Pustaka Mandiri, 2010 h. 103
2. Landasan Filosofis, Sosilogis, Yuridis dan Politis Peraturan Daerah
Sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan di Indosesia, perda dalam pembentukannya tunduk pada asas maupun teknik dalam
penyusunan perundang-undangan yang telah ditentukan. Hal yang sangat penting dalam pembentukan peraturan perundang-undangan diantaranya adalah
menyangkut tentang landasannya. Landasan yang dimaksud disini adalah pijakan, alasan atau latar belakang mengapa perundangan-undangan itu harus
dibuat. Menurut Bagir Manan ada 4 Landasan yang digunakan dalam menyusun perundang-undangan agar menghasilkan perundang-undangan yang tangguh dan
berkualitas.
17
a. Landasan Filosofis
Yaitu dasar filsafat atau pandangan atau ide yang menjadi dasar suatu rencana atau draft peraturan negara. Suatu rumusan perundang-undangan
harus mendapat pembenaran recthvaardiging yang dapat diterima dan dikaji secara filosofis. Pembenaran itu harus sesuai dengan cita-cita dan pandangan
hidup maysarakat yaitu cita-cita kebenaran idée der waarheid, cita-cita keadilan idée der grerecthsigheid dan cita-cita kesusilaan idée der
eedelijkheid .
18
17
W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Harsono, Legal Drafting Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan Daerah
, Yogyakarta: Universitas Atmajaya Press, 2009 h. 13
18
Budiman N.P.D, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Cet-1, Yogyakarta: UII Press, 2005 h. 33
Setiap negara selalu ditentukan adanya nilai-nilai dasar atau nilai-nilai filosofis tertinggi yang diyakini sebagai sumber dari segala sumber nilai
dalam kehidupan kenegaraan. Menurut Sooly Lubis, landasan filosofis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu dasar filsafat atau
pandangan, atau ide yang menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat dan kebijaksanaan pemerintah ke dalam suatu rancangan atau draft
peraturan negara.
19
Peraturan hukum peraturan perundang-undangan merupakan pembadanan dari norma hukumkaidah hukum dan merupakan sarana yang
paling lengkap untuk mengutarakan apa yang dikehendaki oleh norma hukum. Peraturan hukum menggunakan sarana untuk menampilkan norrma hukum
sehingga dapat ditangkap oleh masyarakat, dengan menggunakan konsep- konseppengertian-pengertian untuk menyampaikan kehendaknya.
20
Dengan demikian perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan filosofis filosofis grondflag apabila rumusannya mendapat
pembenaran yang dikaji secara filosofis. Dalam konteks negara Indonesia yang menjadi induk dari landasan filosofis ini adalah Pancasila sebagai suatu
sistem nilai nasional bagi sistem kehidupan bernegara.
19
M. Sooly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Cet-1, Bandung: Mandar Maju, 1989 h. 7
20
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah
, Cet-1, Jakarta: Kencana, 2010 h. 17