Perbedaan Employee Engagement pada Perusahaan Nasional dan Multinasional

(1)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA USAHA SEPATU

DAN SANDAL KULIT SKALA MIKRO

(Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

VANDI JUFRI MARPAUNG

100907032

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Vandi Jufri Marpaung

NIM : 100907032

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis

Judul : Analisis Strategi Pemasaran Pada Usaha Sepatu Dan Sandal Kulit Skala Mikro (Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes)

Medan, Mei 2014

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Karlonta Nainggolan, SE, M.Sc Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA NIP : 195409241985022001 NIP : 195908161986111001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin, Msi NIP : 19680525199203100


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Pada Usaha Sepatu Dan Sandal Kulit Skala Mikro (Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes)”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1). Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta motivasi dari banyak pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, M.Sp, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Karlonta Nainggolan, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

5. Kak Siswati Saragih, S.Sos, M.Sp dan bang M. Farid SH selaku staff administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(4)

6. Bapak Jufri selaku pemilik UD. Boenoet Shoes yang telah memberikan kesempatan serta bantuan yang luar biasa selama melakukan penelitian

7. Seluruh karyawan UD. Boenoet Shoes yang telah membantu selama melakukan penelitian

8. Kedua orang tua, yaitu bapak Abdul Azis Marpaung dan Ibu Rosmaida Sinaga yang telah memberikan segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi

9. Seluruh Anggota Keluarga Besar Opung Bonar yang telah memberikan dukungan selama ini

10.Abang-abang saya, yaitu: Vardian Marpaung, M. Fachruddin, Arief Hidayat, juga kakak-kakak saya, yaitu: Vivi Marpaung, Vera Marpaung, Khusnul Khotimah, dan adik saya satu-satunya Syahri Ramadhani

11.Rekan-rekan satu stambuk (geng sandal, geng PS, geng Futsal, geng Improdias periode 2012-2013), Senior dan Junior Jurusan Program Studi

Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

12.Teman satu perjuangan, yaitu Andi Mustika, Agus Septiyan dan anggota geng stres lainnya.

Akhirnya, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.


(5)

ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA USAHA SEPATU

DAN SANDAL KULIT SKALA MIKRO

(Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes) Nama : Vandi Jufri Marpaung NIM : 100907032

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Karlonta Nainggolan, SE, M. Sc

Perumusan dan penerapan strategi pemasaran tidak hanya ditujukan bagi usaha berskala besar. Pada usaha skala mikro pun sebenarnya sangat membutuhkan adanya formulasi strategi pemasaran agar mampu bersaing dan senantiasa berkembang. Namun kebanyakan usaha skala mikro belum menaruh perhatian khusus terhadap hal ini, salah satunya adalah UD. Boenoet Shoes. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 1993, namun sampai saat ini belum dapat berkembang secara signifikan karena memiliki permasalah seputar perumusan dan penerapan strategi pemasaran.

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan pemasaran berupa lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perumusan strategi pemasaran UD. Boenoet Shoes, (2) Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk diaplikasikan dalam rangka menghadapi persaingan dan menjawab segala permasalahan yang ada. Data dan informasi penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pemilihan responden dilakukan secara purposive. Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan matrik SWOT.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai Internal Faktor Analisis (IFAS) sebesar 2,478 dengan rincian Strenght (Kekuatan) : 1,089 dan weakness (kelemahan) : 1,389. Sedangkan nilai Eksternal Faktor Analisis (EFAS) sebesar 2,9 dengan rincian opportunity (peluang) : 1,903 dan threat (ancaman) : 0,997. Dari hasil analisis lingkungan internal diketahui nilai strenght (kekuatan) lebih kecil dari nilai weakness (kelemahan) dengan selisih sebesar (-) 0,3. Sedangkan dari hasil analisis lingkungan eksternal diketahui nilai opportunity (peluang) lebih besar dari nilai threat (ancaman) dengan selisih sebesar (+) 0,906.

Dengan menggunakan diagram SWOT diketahui posisi UD. Boenoet Shoes berada pada kuadran 3. Pada kondisi ini, strategi yang dapat ditempuh adalah strategi turnaround dengan alternatif strategi pemasaran yang didapat berdasarkan matrik SWOT, yaitu: (1) meningkatkan promosi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, (2) memperbaiki saluran distribusi untuk memperluas wilayah pemasaran, (3) mencari akses pendanaan untuk mengatasi kendala permodalan.


(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF MARKETING STRATEGY IN BUSINESS

LEATHER SHOES AND SANDALS MICRO SCALE

(Studies In Trade Enterprises Boenoet Shoes) Name : Vandi Jufri Marpaung NIM : 100907032

Faculty : Social Science and Political Science Department : Business Administration

Advisor : Karlonta Nainggolan, SE, M. Sc

Formulation and implementation of a marketing strategy is not only intended for large-scale effort. At the micro-scale business is actually very requires the formulation of marketing strategies in order to compete and constantly evolving. However, most micro-scale businesses have not paid special attention to this, one of which is UD. Boenoet Shoes. This business has been established since 1993, but until now has not been able to grow significantly as it has problems surrounding the formulation and implementation of marketing strategies.

The purpose of this study, namely: (1) identify and analyze the marketing environment in the form of internal and external environment that influence the formulation of UD. Boenoet Shoes’s marketing strategy, (2) Determine the appropriate alternative marketing strategies to be applied in order to face the competition and answer all the problems that exist. Data and information research consisted of primary data and secondary data. Purposively selects respondents. The analytical tool used is a SWOT analysis and SWOT matrix.

Based on this research, it is known that the value of the Internal Factor Analysis (IFAS) of 2.478 with details of Strength: 1.089 and weakness: 1.389. While the value of the External Factor Analysis (EFAS) of 2.9 with the details of the opportunities: 1,903 and threat: 0,997. From the analysis of the internal environment is known strenght value is smaller than the value of weakness with a difference of (-) 0.3. While the results of the analysis of the external environment known value opportunity is greater than the threat with a difference of (+) 0.906.

By using SWOT diagram known position of UD. Boenoet Shoes are in quadrant 3. Under these conditions, a strategy that can be taken is the turnaround strategy with alternative marketing strategies are obtained based on the SWOT matrix, namely: (1) Improve the promotion by utilizing advances in information and communication technology, (2) fix the distribution channel to expand the marketing area, (3) Finding access funding to address capital constraints .

Keywords: Marketing Strategy, UD. Boenoet Shoes, SWOT Analysis, IFAS Matrix, EFAS Matrix, SWOT matrix.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran ... 9

2.2 Proses Pemasaran ... 10

2.3 Strategi Pemasaran ... 12

2.4 STP (Segmentation, Targetting, Positioning) ... 13

2.4.1 Segmentation ... 13

2.4.2 Targetting ... 15

2.4.3 Positioning ... 15

2.5 Bauran Pemasaran ... 17

2.5.1 Product (Produk) ... 18

2.5.2 Price (Harga) ... 18

2.5.3 Place (Saluran Distribusi) ... 19


(8)

2.6 Lingkungan Pemasaran ... 21

2.7 Pengertian UMKM ... 22

2.8 Analisis SWOT ... 23

2.9 Matrik IFAS ... 25

2.10 Matrik EFAS ... 28

2.11 Matrik SWOT ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Informan Penelitian ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Defenisi Konsep ... 34

3.6 Defenisi Operasional ... 34

3.7 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha ... 36

4.1.1 Sejarah Singkat Usaha ... 36

4.1.2 Visi dan Misi ... 37

4.1.3 Lokasi Usaha ... 37

4.1.4 Struktur Organisasi Dan Pembagian Tugas ... 38

4.1.5 Sarana Dan Prasarana ... 40

4.1.6 Bahan Pembuatan Sepatu Dan Sandal ... 45

4.1.7 Proses Produksi ... 47

4.2 Analisis Lingkungan Internal ... 49

4.2.1 Segmentation, Targetting, dan Positioning ... 49

4.2.2 Bauran Pemasaran ... 50

4.2.3 Keuangan ... 52

4.2.4 Sumber Daya Manusia ... 53


(9)

4.3.2 Teknologi ... 54

4.3.3 Politik ... 54

4.3.4 Pemasok Bahan Baku ... 54

4.3.5 Pesaing ... 55

4.3.6 Perantara Pemasaran ... 55

4.4 Analisis SWOT (Strenght, Weakness,Opportunity, Threats) ... 56

4.5 Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ... 66

4.6 Matrik EFAS (External Factor Analysis Summary) ... 67

4.7 Analisis Posisi UD. Boenoet Shoes ... 68

4.8 Menyusun Alternatif Strategi Pemasaran UD. Boenoet Shoes ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ... 27

Tabel 2.2 EFAS (External Factor Analysis Summary) ... 29

Tabel 2.3 Matrik SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,Threats) ... 31

Tabel 4.1 Identifikasi Strengths, Weaknesses, Opportunities, Treaths ... 65

Tabel 4.2 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) ... 66


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Pemasaran ... 12

Gambar 2.2 Diagram SWOT ... 24

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UD. Boenoet Shoes ... 38

Gambar 4.2 Proses Produksi Sepatu Dan Sandal UD. Boenoet Shoes ... 48


(12)

ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA USAHA SEPATU

DAN SANDAL KULIT SKALA MIKRO

(Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes) Nama : Vandi Jufri Marpaung NIM : 100907032

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Karlonta Nainggolan, SE, M. Sc

Perumusan dan penerapan strategi pemasaran tidak hanya ditujukan bagi usaha berskala besar. Pada usaha skala mikro pun sebenarnya sangat membutuhkan adanya formulasi strategi pemasaran agar mampu bersaing dan senantiasa berkembang. Namun kebanyakan usaha skala mikro belum menaruh perhatian khusus terhadap hal ini, salah satunya adalah UD. Boenoet Shoes. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 1993, namun sampai saat ini belum dapat berkembang secara signifikan karena memiliki permasalah seputar perumusan dan penerapan strategi pemasaran.

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan pemasaran berupa lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perumusan strategi pemasaran UD. Boenoet Shoes, (2) Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk diaplikasikan dalam rangka menghadapi persaingan dan menjawab segala permasalahan yang ada. Data dan informasi penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pemilihan responden dilakukan secara purposive. Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan matrik SWOT.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai Internal Faktor Analisis (IFAS) sebesar 2,478 dengan rincian Strenght (Kekuatan) : 1,089 dan weakness (kelemahan) : 1,389. Sedangkan nilai Eksternal Faktor Analisis (EFAS) sebesar 2,9 dengan rincian opportunity (peluang) : 1,903 dan threat (ancaman) : 0,997. Dari hasil analisis lingkungan internal diketahui nilai strenght (kekuatan) lebih kecil dari nilai weakness (kelemahan) dengan selisih sebesar (-) 0,3. Sedangkan dari hasil analisis lingkungan eksternal diketahui nilai opportunity (peluang) lebih besar dari nilai threat (ancaman) dengan selisih sebesar (+) 0,906.

Dengan menggunakan diagram SWOT diketahui posisi UD. Boenoet Shoes berada pada kuadran 3. Pada kondisi ini, strategi yang dapat ditempuh adalah strategi turnaround dengan alternatif strategi pemasaran yang didapat berdasarkan matrik SWOT, yaitu: (1) meningkatkan promosi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, (2) memperbaiki saluran distribusi untuk memperluas wilayah pemasaran, (3) mencari akses pendanaan untuk mengatasi kendala permodalan.


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF MARKETING STRATEGY IN BUSINESS

LEATHER SHOES AND SANDALS MICRO SCALE

(Studies In Trade Enterprises Boenoet Shoes) Name : Vandi Jufri Marpaung NIM : 100907032

Faculty : Social Science and Political Science Department : Business Administration

Advisor : Karlonta Nainggolan, SE, M. Sc

Formulation and implementation of a marketing strategy is not only intended for large-scale effort. At the micro-scale business is actually very requires the formulation of marketing strategies in order to compete and constantly evolving. However, most micro-scale businesses have not paid special attention to this, one of which is UD. Boenoet Shoes. This business has been established since 1993, but until now has not been able to grow significantly as it has problems surrounding the formulation and implementation of marketing strategies.

The purpose of this study, namely: (1) identify and analyze the marketing environment in the form of internal and external environment that influence the formulation of UD. Boenoet Shoes’s marketing strategy, (2) Determine the appropriate alternative marketing strategies to be applied in order to face the competition and answer all the problems that exist. Data and information research consisted of primary data and secondary data. Purposively selects respondents. The analytical tool used is a SWOT analysis and SWOT matrix.

Based on this research, it is known that the value of the Internal Factor Analysis (IFAS) of 2.478 with details of Strength: 1.089 and weakness: 1.389. While the value of the External Factor Analysis (EFAS) of 2.9 with the details of the opportunities: 1,903 and threat: 0,997. From the analysis of the internal environment is known strenght value is smaller than the value of weakness with a difference of (-) 0.3. While the results of the analysis of the external environment known value opportunity is greater than the threat with a difference of (+) 0.906.

By using SWOT diagram known position of UD. Boenoet Shoes are in quadrant 3. Under these conditions, a strategy that can be taken is the turnaround strategy with alternative marketing strategies are obtained based on the SWOT matrix, namely: (1) Improve the promotion by utilizing advances in information and communication technology, (2) fix the distribution channel to expand the marketing area, (3) Finding access funding to address capital constraints .

Keywords: Marketing Strategy, UD. Boenoet Shoes, SWOT Analysis, IFAS Matrix, EFAS Matrix, SWOT matrix.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan bukanlah menjadi hal yang baru di dalam dunia usaha. Persaingan mendorong terciptanya inovasi, efisiensi, dan efektivitas kinerja perusahaan dan berbagai strategi sebagai alat untuk memenangkan persaingan tersebut. Hanya saja, tingkat persaingan dahulu dengan sekarang jelas berbeda. Perkembangan disegala sendi kehidupan menjadikan persaingan usaha berada pada tingkatan yang lebih kompleks. Dibuktikan dengan kenyataan saat ini setiap perusahaan bertindak secara dinamis dengan senantiasa melakukan perubahan serta adaptasi mengikuti perkembangan lingkungan usahanya. Perusahaan yang tidak mampu memenuhi ekspektasi konsumen akan terseleksi dan bersiap digantikan perusahaan lain yang mampu memberikan hal yang tidak dapat diberikan perusahaan tersebut.

Dengan kompleksitas persaingan yang ada, maka setiap perusahaan dituntut untuk tidak hanya mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, namun juga harus memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan pemasaran. Menurut Sunyoto (2013 : 5) berapa pun produk yang dihasilkan, kualitas produk yang dipakai, strategi harga yang diterapkan, dan seefisien pembiayaan proses produksi, tanpa kegiatan pemasaran yang baik dan tepat, “hanya” akan menumpuk produk di gudang. Hal ini


(15)

mengindikasikan kegagalan dalam melakukan kegiatan pemasaran berarti berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, yaitu berkembang, keberlangsungan usaha, dan mencapai laba yang semaksimal mungkin.

Pemasaran menurut Stanton dalam Khotijah (2004 : 11) adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa pemasaran mencakup keseluruhan aktivitas yang dikelola perusahaan mulai dari menciptakan produk yang tepat dan kemudian memastikan produk tersebut sampai ke tangan konsumen.

Pelaksanaan kegiatan pemasaran membutuhkan adanya suatu formulasi strategi pemasaran agar terdapat kesatuan arah dalam setiap keputusan dan tindakan yang akan di ambil. Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 8) strategi pemasaran adalah kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Perumusan dan penerapan strategi pemasaran tidak hanya ditujukan bagi usaha berskala besar. Pada usaha skala mikro pun sebenarnya sangat membutuhkan adanya formulasi strategi pemasaran agar mampu bersaing dan senantiasa berkembang. Namun hal ini masih jarang ditemui dikarenakan berbagai alasan, seperti anggapan konsumen akan datang sendiri bila produk yang diproduksi berkualitas atau menganggap kegiatan pemasaran seperti promosi hanya akan menambah biaya produksi.


(16)

Permasalahan ini juga dialami produsen sepatu dan sandal kulit UD. Boenoet Shoes di tengah kompleksitas persaingan dengan produsen lainnya.

UD. Boenoet Shoes yang berdiri sejak tahun 1993 sebenarnya sudah memiliki kualitas yang dapat digunakan sebagai modal untuk bersaing. Dibuktikan dengan penghargaan yang pernah diraih, yaitu mendapatkan penghargaan sebagai salah satu usaha kecil berprestasi dari Kementerian Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah pada tahun 2000 yang lalu.

Hanya saja dengan segala keunggulan yang dimiliki, terdapat beberapa kekurangan khususnya dalam formulasi dan penerapan strategi pemasaran yang mengakibatkan usaha ini belum begitu berkembang secara signifikan sejak pertama kali didirikan. Selama ini produksi yang dilakukan UD. Boenoet Shoes masih kurang memaksimalkan pasar karena adanya keterbatasan dalam hal saluran distribusi. Produksi hanya ditujukan untuk memenuhi permintaan lokal dengan sesekali menerima order satuan dari agen penjualan di Pekan baru, Medan, dan Binjai. Kenyataan ini sangat disayangkan melihat masih terdapat potensi calon konsumen yang bisa dimanfaatkan apabila mampu melakukan pemasaran secara optimal dan kontinyu ke daerah tersebut atau bahkan ke daerah lainnya.

Kegiatan promosi yang dilakukan juga cenderung pasif, yaitu hanya sebatas mengikuti pameran yang diadakan oleh pemerintah ataupun mitra seperti PT. Jamsostek dan PTPN IV. Selain itu UD. Boenoet Shoes juga terlalu mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta kompleksitas persaingan saat ini, kegiatan promosi seharusnya dilakukan dengan intensitas yang lebih tinggi.


(17)

Permasalahan lainnya adalah Merek Boenoet yang selama ini digunakan sebagai merek dagang belum terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Legalitas yang dimiliki merek dagang sebenarnya ditujukan untuk melindungi identitas dan nama baik perusahaan serta menjaga keorisinalan produk-produk yang diproduksi. Namun, hal ini belum dilakukan karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya perlindungan merek dagang.

Dalam rangka menghadapi persaingan dan menjawab segala permasalahan yang ada, maka pemilik usaha diharuskan tanggap terhadap pengaruh yang berasal dari lingkungan pemasaran dan mampu membuat formulasi strategi pemasaran yang tepat. Dengan kata lain, perumusan strategi pemasaran pada UD. Boenoet Shoes sangat dibutuhkan guna memenangkan persaingan dan menjadi pedoman pelaksanaan setiap kegiatan pemasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Melinda Agustien (2013) Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Pada Tauko Medan Melalui Analisis SWOT”. Analisa SWOT menunjukkan posisi Tauko Medan berada pada kuadran I. Hal tersebut berarti Tauko Medan mempunyai peluang lingkungan dan kekuatan internal perusahaan yang besar, maka strategi yang sesuai untuk dilakukan adalah strategi agresif atau strategi ekspansi untuk memaksimalkan kekuatan internal dan eksternal perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Arik Adi Wijaya (2013) Universitas Jember dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional (Studi Kasus Pada Home Industry Rengginang Halimatus Sa’diyah Kalibaru Di Kabupaten Banyuwangi)”. Hasil dari penilaian matrik IE menunjukkan posisi


(18)

Home Industry Halimatus Sa’diyah pada sel V. Pada posisi ini strategi yang tepat untuk digunakan adalah strategi menjaga dan mempertahankan. Strategi yang dapat diterapkan oleh Home Industry Halimatus Sa’diyah adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan produk.

Penelitian yang dilakukan oleh Reni Maulidia Rahmat (2012) Universitas Hasanuddin dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Pada PT.Koko Jaya Prima Makasar”. Berdasarkan analisis internal dan eksternal perusahaan beserta diagram cartesius dapat diperoleh bahwa yang menjadi strategi utama PT. Koko Jaya Prima adalah strategi Growth (perkembangan) dimana PT. Koko Jaya Prima dapat mengembangkan dealer dan bengkelnya dengan cara mengembangkan kemampuan tenaga pekerja serta memanfaatkan promosi yang lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Widiatmoko (2007) Institut Pertanian Bogor dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Produk Sepatu Pada CV. Mulia Ciomas, Bogor”. Berdasarkan analisis matriks IE perusahaan berada pada posisi kuadran V dimana perusahaan berada pada kondisi internal dan eksternal yang sedang. Adapun strategi yang dapat ditetapkan oleh perusahaan adalah strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain) berupa strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Jarwodo Trisdawanto (2004) Institut Pertanian Bogor dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Mebel Kayu Pada CV. Permata 7 Di Kabupaten Wonogiri”. Setelah menganalisis lingkungan perusahaan dengan menggunakan matrik IFE dan EFE didapat posisi perusahaan berada di kuadran V, yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah


(19)

Growth Strategy dan Stabily Strategy dan strategi tingkat perusahaan yang dapat diimplementasikan adalah strategi penetrasi pasar (market penetration) dan pengembangan produk (produk development).

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik ingin mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang dihadapi UD Boenoet Shoes seputar perumusan dan

penerapan strategi pemasaran dengan mengangkat judul penelitian: “Analisis Strategi Pemasaran Pada Usaha Sepatu dan Sandal Kulit Skala Mikro

(Studi Pada Usaha Dagang Boenoet Shoes)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kondisi lingkungan pemasaran UD. Boenoet Shoes?

2. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk diaplikasikan UD. Boenoet Shoes?

1.3 Tujuan Penelitian

1. mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan pemasaran berupa lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perumusan strategi pemasaran UD. Boenoet Shoes.

2. Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk di aplikasikan dalam rangka menghadapi persaingan dan menjawab segala permasalahan yang ada pada UD. Boenoet Shoes.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelaku Usaha

Yaitu memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat sebagai upaya untuk memenangkan persaingan dengan pengrajin sepatu lainnya.

2. Bagi Peneliti

Yaitu dapat menambah wawasan dan khazanah berpikir dari ilmu yang sudah didapat selama masa perkuliahan dalam bentuk karya ilmiah, terkhusus pada bidang strategi pemasaran.

3. Bagi Pemerintah

Yaitu dapat menjadi bahan rujukan untuk melihat realitas permasalahan yang dihadapi oleh salah satu usaha pada skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Asahan, Sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang bermanfaat bagi usaha yang ada di daerahnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:


(21)

Bab I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Berisi landasan teori yang berisi pengertian pemasaran, proses pemasaran, startegi pemasaran, STP (Segmentation Positioning Targetting), bauran pemasaran, lingkungan pemasaran, pengertian UMKM, analisis SWOT, matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary), matrik EFAS (External Factor Analysis Summary) serta matrik SWOT.

Bab III: Metode Penelitian

Berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, defenisi konsep, defenisi operasional dan teknik analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian

Berisi informasi mengenai objek penelitian dan penyajian data hasil analisis.

Bab V : Penutup


(22)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Pemasaran

Kenyataannya kebanyakan kalangan masih belum begitu memahami arti dari pemasaran. Sering kali pemasaran diartikan secara terpisah sebagai kegiatan penjualan atau promosi. Padahal keduanya hanya merupakan bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan.

Menurut Kotler dan Keller (2009: 32) pengertian pemasaran dari sudut pandang manajerial adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang kepentingannya.

Menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000: 4) pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.

Menurut william J. Stanton dalam Khotijah (2004 : 11) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.


(23)

Menurut Sunyoto (2013: 25) pada intinya kegiatan pemasaran meliputi: 1. Tekanannya pada keinginan pelanggan

2. Perusahaan pertama-tama menentukan apa yang diinginkan konsumen dan kemudian membuat atau mencari jalan keluarnya bagaimana membuat dan menyerahkan produk untuk memenuhi keinginan konsumen.

3. Manajemen berorientasi ke laba usaha

4. Perencanaan berorientasi ke hasil jangka panjang, berdasarkan produk-produk baru, pasar esok dan pertumbuhan yang akan datang

5. Tekanannya pada keinginan pembeli

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran mencakup keseluruhan aktivitas yang dikelola perusahaan dalam rangka menciptakan produk yang tepat dan kemudian memastikan produk tersebut sampai ke tangan konsumen dengan urutan proses atau langkah-langkah yang telah dirancang agar memudahkan perusahaan dalam pencapaian tujuan.

2.2 Proses Pemasaran

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 4-13) proses pemasaran terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memahami kebutuhan dan keinginan pasar

Langkah pertama dalam kegiatan pemasaran adalah memahami pasar dan mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan. Aspek ini penting dilakukan untuk menentukan penawaran produk apakah yang tepat dan memberikan nilai kepada pasar.


(24)

2. Merancang strategi pemasaran yang berorientasi pelanggan

strategi pemasaran adalah kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berorientasi pelanggan juga berarti mendasarkan strategi pada pelanggan. Hanya pelangganlah yang menjadi penentu utama kegiatan pemasaran. untuk itu maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu memilih pasar yang akan dilayani, memilih nilai pelanggan yang akan diberikan, dan orientasi dari manajemen pemasaran yang digunakan.

3. Mempersiapkan rencana dan program pemasaran terintegrasi

Program pemasaran terintegrasi merupakan seluruh aktivitas yang disusun dan jalankan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang biasanya adalah terdiri dari empat elemen yaitu kegiatan terkait dengan produk, menentukan harga, distribusi dan promosi.

4. Membangun hubungan dengan pelanggan

Membangun relasi dengan pelanggan adalah langkah paling penting dalam kegiatan pemasaran. model kerelasian pelanggan telah populer dikembangkan yaitu manajemen hubungan pelanggan (Customer Relationship Management) atau CRM

5. Mendapatkan nilai dari pelanggan

Tahap terakhir dalam kegiatan pemasaran adalah mengambil manfaat dari pelanggan, dalam bentuk penjualan saat ini dan yang akan datang, bagian


(25)

pasar dan laba. Keluaran dari itu semua adalah loyalitas dan retensi pelanggan, bagian pasar dan pelanggan, dan ekuitas pelanggan.

Gambar 2.1 Proses Pemasaran

Sumber: Kotler dalam Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 4)

2.3 Strategi Pemasaran

Seperti yang telah dijabarkan pada proses pemasaran, strategi pemasaran berada pada tahapan kedua. Strategi pemasaran merupakan kesatuan rencana bagi perusahaan dalam mencapai tujuan pemasaran.

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 8) strategi pemasaran adalah kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Memahami Kebutuhan

Merancang Strategi Pemasaran

Menyusun Program Pemasaran Membangun

Hubungan Menciptakan


(26)

Menurut Bennett dalam Tjiptono (2008: 6) strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya.

Menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono (2008: 6) mendefenisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Menurut Tjiptono (2008: 6) pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran.

2.4 STP (Segmentation, Targeting, Positioning)

Menurut Rangkuti (2011: 1) tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran adalah melakukan strategi segmentasi dan targetting, yang kemudian dilanjutkan dengan positioning.

2.4.1 Segmentation (Segmentasi Pasar)

Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kondisi konsumen dengan berbagai kebutuhan dan keinginan yang beragam, maka menjadi suatu keputusan yang bijak apabila perusahaan melakukan segmentasi pasar, agar dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dengan produk yang diproduksi.


(27)

Menurut Sunarto (2004: 39) segmentasi pasar adalah proses pembagian pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin memerlukan produk dan bauran pemasaran terpisah.

Menurut Rangkuti (2011: 1-2) dalam strategi pemasaran, tidak ada cara tunggal untuk membuat segmen pasar. Kita harus mencoba variabel-variabel yang berbeda, yang tidak monoton, sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen. Variabel tersebut sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografis

Adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografis, seperti negara, regional, negara bagian, provinsi, kota atau kompleks perumahan.

2. Segmentasi Demografis

Adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, dan kebangsaan

3. Segmentasi Psikografis

Adalah segmentasi yang membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian. 4. Segmentasi Perilaku

Adalah segmentasi yang mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan mereka terhadap produk


(28)

5. Benefit Segmentation

Membagi pasar berdasarkan kesamaan benefit atau keiinginan manfaat yang diharapkan pelanggan terhadap suatu produk. Pertimbangannya adalah gabungan dari berbagai butir a sampai d tersebut di atas

2.4.2 Targetting (Menetapkan Pasar Sasaran)

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 26) menetapkan pasar sasaran,

yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya. Pada tahap ini,

perusahaan memilih segmen yang sesuai dengan kemampuan perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan keiinginannya. Penetapan pasar sasaran yang dipilih dapat berasal dari satu atau beberapa segmen yang berbeda.

2.4.3 Positioning (Menempatkan Posisi pasar)

Tahap selanjutnya setelah memilih target berdasarkan segmen adalah bagaimana menempatkan produk agar dapat diterima konsumen sekaligus dapat bersaing dengan para kompetitor yang ada. Menurut Sunarto (2004: 40) Menempatkan posisi pasar adalah mengatur sebuah produk agar mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara relatif terhadap produk pesaing dalam benak konsumen sasaran.

Sedangkan menurut Kotler dalam M. Taufiq Amir (2005: 125) penentuan posisi (Positioning) sebuah produk adalah bagaimana sebuah produk dapat dirumuskan secara berbeda oleh konsumen atas atribut-atribut yang dianggapnya penting, relatif dibandingkan dengan produk pesaing.


(29)

Menurut Renald Kasali dalam Sunyoto (2013: 88) cara-cara positioning produk dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Positioning berdasarkan perbedaan produk

Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya di mana letak perbedaan produknya terhadap pesaing.

2. Positioning berdasarkan manfaat produk

Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen. Manfaat dapat bersifat ekonomis, fisik, dan emosional berhubungan dengan self image.

3. Positioning berdasarkan pemakaiaan produk

Di sini atribut-atribut produk yang ditonjolkan, salah satunya adalah atribut pemakaian produk, misal produk obat herbal dan pupuk organik yang menawarkan kembali ke alam atau anti kimia.

4. Positioning berdasarkan kategori produk

Positioning biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu ketegori produk, misal sepeda motor merek Honda. Konsumen mengenal produk ini yang hemat BBM,

5. Positioning kepada pesaing

Misalkan produk HP Nokia yang mengesankan produk HP teknologi terdepan daripada produk sejenis lainnya.


(30)

6. Positioning melalui imajinasi

Positioning produk merupakan hubungan asosiatif dan kita dapat menggunakan imajinasi-imajinasi produk berdasarkan tempatnya, pemakainya, situasi dan sebagainya.

7. Positioning berdasarkan masalah

Terutama untuk produk/jasa baru belum begitu dikenal oleh konsumen. Produk/jasa baru umumnya diciptakan untuk memberikan solusi kepada konsumennya, masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan.

2.5 Bauran Pemasaran

Menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000: 21) Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kombinasi dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan perusahaan di dalam pasar sasaran tertentu.

Menurut Fuad dkk (2001: 128) bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain. keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik, dan promosi yang efektif.

Menurut Sunarto (2004: 42) bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok


(31)

variabel yang dikenal dengan “Empat P”. Product, price, place, dan promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi).

2.5.1 Product (Produk)

Menurut Sunarto (2004: 42) produk artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Sedangkan menurut Supranto dan Limakrisna (2011: 10) produk adalah apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan seorang konsumen, untuk memenuhi kebutuhan yang dipersepsikan.

Menurut Widiana (2010: 39) pada dasarnya produk yang dibeli konsumen akan memberikan jawaban atas masalah yang dihadapi konsumen berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan yang akan dipenuhinya. Hal ini dikarenakan suatu produk memberikan manfaat yang sesungguhnya ingin didapat oleh konsumen/pembeli dan memberikan tawaran nyata secara fisik berupa mutu, kemasan merek, serta tambahan pelayanan yang terkait dari pembelian produk tersebut.

2.5.2 Price (Harga)

Menurut Sunarto (2004: 43) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Sedangkan menurut Widiana (2010: 75) harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Peranan harga dalam keadaan persaingan yang makin ketat sangatlah penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.


(32)

Menurut Widiana (2010: 60) metode dalam harga dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Cost-plus pricing

Metode yang dilakukan perusahaan menentukan kelebihan harga 2. Rate of return pricing

Metode yang dilakukan perusahaan dalam menetapkan tingkat pengembalian harga

3. Competitive party pricing

Metode yang dilakukan perusahaan menentukan harga yang kompetitif 4. Loss leading pricing

Metode yang dilakukan perusahaan dalam menetapkan harga dalam meminimalisasi kerugian

5. Value-based pricing

Metode yang dilakukan perusahaan dalam menetapkan harga 6. Relationship pricing

Metode yang dilakukan perusahaan dalam menentukan hubungan harga 2.5.3 Place (Saluran Distribusi)

Menurut Sunarto (2004: 43) disrtibusi meliputi aktivitas perusahaan agar mudah didapatkan konsumen sasarannya. Menurut Fuad dkk. (2001: 129) saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen. Saluran distribusi


(33)

penting, karena barang yang telah dibuat dan harganya sudah ditetapkan itu masih menghadapi masalah, yakni harus disampaikan kepada konsumen.

2.5.4 Promotion (Promosi)

Menurut Widiana (2010: 70-71) Promotion adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Widiana (2010: 71) ada tiga tujuan promosi, yaitu: 1. Menginformasikan

Dapat berupa menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan/kekhawatiran pembeli dan membangun citra perusahaan.

2. Membujuk pelanggan/konsumen sasaran

Hal tersebut dilakukan untuk membentuk pilihan merk tertentu, mengalihkan pilihan ke merk tertentu, menggugah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga. 3. Mengingatkan

Yang terdiri dari mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli


(34)

akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.

2.6 Lingkungan Pemasaran

Menurut Laksana (2008: 25) lingkungan perusahaan selalu menimbulkan peluang serta ancaman, perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang selalu menganalisis lingkungan pemasarannya, sehingga mampu menghadapi ancaman dan mengambil peluang yang ada di dalam lingkungan pemasaran.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 38) yaitu dalam kaitannya dengan lingkungan pemasaran, perusahaan yang biasanya berhasil adalah perusahaan yang mengetahui pentingnya melakukan pengamatan secara terus-menerus dinamika lingkungan dan selalu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah tersebut.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap lingkungan yang terdiri dari lingkungan internal dan eksternal menjadi pertimbangan dalam perumusan strategi pemasaran, sehingga diperlukan adanya perhatian terhadap perubahan pada setiap lingkungan tersebut agar strategi yang akan di buat menjadi tepat sasaran.

2.6.1 Lingkungan Internal

Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan internal yaitu lingkungan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, faktor-faktor yang dapat dikendalikan meliputi unsur-unsur dalam marketing mix yaitu produk, price, promotion, dan place, juga faktor lainnya seperti faktor pemasaran, keuangan, operasi perusahaan, penelitian dan pengembangan serta masalah sumber daya manusia.


(35)

2.6.2 Lingkungaan Eksternal

Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan lingkungan mikro.

1. Lingkungan makro

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 43-44) lingkunan makro bersifat lebih luas dan sulit diidentifikasi siapa mereka. Pemasar hanya bisa melihat dampaknya pada kegiatan pemasaran. lingkungan makro terdiri dari kekuatan demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan sosial budaya.

2. Lingkungan mikro

Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan mikro meliputi faktor-faktor dari para pemasok (supplier), pesaing, perantara yaitu perusahaan yang membantu promosi, penjualan dan pendistribusian produk, serta publik (masyarakat umum).

2.7 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikutip dari www. Depkop.go.id (26 Januari: 09.00):

1. Pengertian UMKM

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


(36)

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonom produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Kriteria

No URAIAN KRITERIA

ASSET OMZET

1 USAHA MIKRO Max 50 Jt Max 300 Jt

2 USAHA KECIL > 50 Jt - 500 Jt > 300 Jt - 2,5 M 3 USAHA MENENGAH > 500 Jt - 10 M > 2,5 M - 50 M

2.8 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2013: 19) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan


(37)

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threaths).

Kekuatan menurut Situmorang (2009: 240) adalah segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan, atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting.

Kelemahan menurut Situmorang (2009: 240) adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan perusahaan.

Peluang menurut Jatmiko (2004:52) adalah suatu kecenderungan lingkungan yang menguntungkan yang dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi, divisi perusahaan, fungsi-fungsi perusahaan, serta produk dan jasa perusahaan.

Ancaman menurut Jatmiko (2004:51) adalah suatu kecenderungan lingkungan yang tidak menguntungkan yang dapat merugikan posisi organisasi/ perusahaan, divisi perusahaan, fungsi perusahaan, produk atau jasa.

Gambar 2.2 Diagram SWOT

3.Mendukung strategi turn-around 1.Mendukung strategi agresif

4.Mendukung strategi defensif 2.Mendukung strategi

diversifikasi

Sumber: Rangkuti (2013: 20)

BERBAGAI PELUANG

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN

INTERNAL


(38)

1. Kuadran 1

Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

2. Kuadran 2

Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

3. Kuadran 3

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi berbagai kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadaran 4

Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.9 Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary) disusun berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal. Tujuannya untuk menyusun


(39)

faktor-faktor dari lingungan internal berupa kekuatan dan ancaman berdasarkan urutan strategisnya terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Rangkuti (2013: 26-28) setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and weakness perusahaan. Tahapnya adalah:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh Faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya. Contohnya dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan peruahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor


(40)

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 2.1 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Faktor-Faktor

Strategi Internal

Bobot Rating Bobot X Rating

Komentar Kekuatan:

1. 2. 3. 4. 5.

Kelemahan: 1.

2. 3. 4. 5.

Total 1,00


(41)

2.10 Matrik EFAS (External Factor Analysis Summary)

Matrik EFAS (External Factor Analysis Summary) disusun berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan eksternal. Tujuannya untuk menyusun faktor-faktor dari lingungan eksternal berupa peluang dan ancaman berdasarkan urutan strategisnya terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Rangkuti (2013: 24-25) berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal:

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman). 2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).


(42)

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama

Tabel 2.2 EFAS (External Factor Analysis Summary) Faktor-Faktor

Strategi Eksternal

Bobot Rating Bobot X Rating

Komentar Peluang:

1. 2. 3. 4. 5.

Ancaman: 1.

2. 3. 4. 5.

Total 1,00

Sumber: Rangkuti (2013: 26) diolah peneliti

2.11 Matrik SWOT


(43)

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. sehingga hasil analisis ini dapat digunakan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang sekaligus meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dapat mengganggu posisi dari objek yang dianalisis. Hasil analisis dengan menggunakan matrik SWOT menghasilkan 4 set alternatif strategi , yaitu : strategi SO, strategi ST, strategi WO, strategi WT.

Menurut Rangkuti (2009: 31-32) berikut adalah penjelasan mengenai empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu :

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(44)

Tabel 2.3 Matrik SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,Threats) Strengths (Kekuatan) S:

1. 2. 3. 4. dst. 5.

Weakness (Kelemahan) W: 1.

2. 3. 4. dst. 5. Opportunities (O)

1. 2.

3. daftar peluang 4. dst.

5.

STRATEGI SO:

1. Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan adanya peluang-peluang 2. dst 3. 4. STRATEGI WO:

1. Atasi kelemahan untuk mengambil manfaat adanya peluang-peluang. 2. dst 3. 4. Threats (T)

1. 2.

3. daftar ancaman 4. dst.

5.

STRATEGI ST: 1. Gunakan kekuatan

untuk menghindari ancaman 2. 3. dst 4. STRATEGI WT 1. Meminimkan kelemahan dan hindari ancaman 2. 3. dst 4. Sumber : Jatmiko (2004: 180)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan usaha beserta analisis mengenai lingkungan pemasaran yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis tersebut digunakan sebagai dasar dalam merumuskan alternatif strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan UD. Boenoet Shoes dalam rangka menghadapi persaingan usaha yang semakin kompleks.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada UD. Boenoet Shoes yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Gang Keluarga Kelurahan Bunut Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa UD. Boenoet Shoes merupakan salah satu usaha sepatu dan sandal kulit skala mikro yang pertama kali berdiri di Kelurahan Bunut pasca tutupnya Perusahaan Uni Royal, yaitu perusahaan milik pemodal asing yang sebelumnya menjadi satu-satunya perusahaan pembuat sepatu kulit di Kelurahan Bunut. Usaha ini berdiri sejak tahun 1993 dan sampai saat ini masih tetap bertahan di tengah kompleksnya persaingan dan berbagai permasalahan yang ada.


(46)

3.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian, maka peneliti menggali informasi melalui informan penelitian yang terdiri dari:

1. Informan kunci, yaitu pemilik usaha UD. Boenoet Shoes 2. Informan utama, yaitu karyawan UD. Boeneot Shoes

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan, peneliti memilih teknik wawancara, pengamatan/observasi, dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.

1. Wawancara

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan seputar permasalahan yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah pemilik dan karyawan UD. Boenoet Shoes.

2. Pengamatan/observasi

Peneliti akan mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala yang terjadi pada UD Boenoet Shoes yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu meliputi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 3. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara melakukan penelusuran untuk mendapatkan informasi berupa buku, majalah, foto, piagam, sertifikat, dan laporan yang relevan dengan penelitian.


(47)

3.5 Defenisi Konsep 1. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Lingkungan Internal

Yaitu lingkungan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, faktor-faktor yang dapat dikendalikan meliputi unsur-unsur dalam marketing mix yaitu produk, price, promotion, dan place, juga faktor lainnya seperti faktor pemasaran, keuangan, operasi perusahaan, penelitian dan pengembangan serta masalah sumber daya manusia.

3. Lingkungaan Eksternal

Lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan lingkungan mikro.

3.6 Defenisi Operasional

Penguraian defenisi operasional dimaksudkan agar mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Adapun defenisi operasional disusun berdasarkan komponen-komponen analisis data yang digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal UD. Boenoet Shoes yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

a. Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan dan kelemahan diketahui berdasarkan analisis terhadap lingkungan internal UD Boenoet shoes.


(48)

b. Peluang dan Ancaman

Peluang dan ancaman diketahui berdasarkan analisis terhadap lingkungan eksternal UD. Boenoet Shoes yang terbagi atas lingkungan makro dan lingkungan mikro.

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk merumuskanalternatif strategi pemasaran, hal utama yang menjadi

pertimbangan adalah lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Untuk mengetahui faktor-faktor serta besarnya pengaruh yang ditimbulkan

terhadap kegiatan pemasaran, maka diperlukan alat analisis berupa analisis SWOT, matrik IFAS, dan matrik EFAS. Sedangkan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan faktor-faktor yang telah teridentifikasi tersebut, maka diperlukan matrik SWOT.

Dalam penelitian ini, yang pertama dilakukan adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan melakukan analisis SWOT. Kemudian melakukan penilaian berdasarkan pengaruh yang ditimbulkan dengan menggunakan matrik IFAS dan matrik EFAS. Kekuatan dan kelemahan diketahui berdasarkan analisis terhadap lingkungan internal, sedangkan peluang dan ancaman diketahui berdasarkan analisis terhadap lingkungan eksternal.

Tahap selanjutnya adalah merumuskan alternatif strategi pemasaran dengan menggunakan matrik SWOT. Sehingga akan didapat 4 set kemungkinan alternatif strategi berupa strategi SO (mendukung strategi agresif), strategi ST (mendukung strategi diversifikasi), Strategi WO (mendukung strategi turn-around), dan strategi WT (mendukung strategi defensif.


(49)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Singkat Usaha

Dahulu di Kelurahan Bunut hanya terdapat satu perusahaan yang memproduksi sepatu kulit, yaitu Perusahaan Uni Royal. Keseluruhan produk perusahaan tersebut ditujukan untuk diekspor ke beberapa Negara Eropa dan Amerika. Setelah perusahaan ini mengalami kemunduran dan akhirnya ditutup, para karyawan yang sudah mahir membuat sepatu kulit akhirnya mencoba peruntungan dengan membuka usaha sepatu kulit di rumah masing-masing.

Salah satu karyawan yang membuka usaha sepatu kulit adalah Almarhum Bapak Sarwan yang mendirikan UD. Boenoet Shoes. Usaha ini didirikan pada tahun 1993 dengan bermodalkan peralatan yang sederhana dan pengalaman yang diperoleh selama bekerja di Perusahaan Uni Royal. Awalnya UD. Boenoet Shoes hanya memproduksi sepatu, namun kemudian berkembang dengan turut memproduksi sandal dengan bahan baku yang hampir sama. Perbedaan bahan baku pembuatan sepatu dan sandal yang diproduksi terletak pada ketebalan dan tingkat kekerasannya.

Setelah meninggalnya Bapak Sarwan, usaha ini kemudian dilanjutkan oleh anak tertuanya yaitu Bapak Jufri. Selama kurun waktu dari tahun 1993, UD. Boenoet Shoes sudah meraih beberapa penghargaan yaitu:


(50)

1. Terpilih sebagai salah satu usaha kecil berprestasi dari Kementerian Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah pada tahun 2000

2. Selalu menjadi produk yang mewakili Kabupaten Asahan dalam setiap pameran, seperti Pekan Raya Sumatera Utara

3. Merupakan Mitra Binaan dari PT Jamsostek dan PTPN IV

4.1.2 Visi dan Misi 1. Visi

Visi dari UD. Boenoet Shoes adalah “Menjadi Produsen Sepatu Kulit Nomor Satu Di Kabupaten Asahan”. Maksudnya adalah menjadi produsen yang paling dikenal dan paling berkembang.

2. Misi

Untuk mencapai visi di atas maka UD. Boenoet Shoes menetapkan misi yaitu:

a. Mempertahankan kualitas b. Menjaga kepuasan konsumen

4.1.3 Lokasi Usaha

UD. Boenoet Shoes beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Gang Keluarga, Kabupaten Asahan. Lokasi usaha ini terletak di pintu masuk Kota Kisaran yang merupakan Ibukota Kabupaten Asahan. Selain itu lokasi usaha berada tidak jauh dari Jalan Lintas Sumatera, sehingga memudahkan akses menuju lokasi usaha atau untuk keperluan transportasi.


(51)

4.1.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas 1. Struktur Organisasi

Bentuk struktur organisasi pada UD. Boenoet Shoes adalah bentuk struktur organisasi garis. Struktur organisasi ini hanya terdiri dari dua tingkatan, yaitu pemilik usaha dan karyawan. Bapak Jufri yang merupakan pemilik usaha berada pada tingkatan atas, sedangkan tingkatan dibawahnya merupakan karyawan yang terdiri dari karyawan bagian pola dan pengguntingan pola, karyawan bagian perekatan dan penjahitan, karyawan bagian perakitan, dan karyawan bagian finishing. Selain bertindak sebagai pengambil semua keputusan, terkadang pemilik usaha juga terlibat langsung dalam proses produksi.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UD. Boenoet Shoes

Sumber: UD. Boenoet Shoes, 2014

2. Pembagian Tugas

Setiap karyawan yang terdapat pada struktur sederhana UD. Boenoet Shoes sudah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, walaupun

Pemilik Usaha (Bapak Jufri)

Karyawan Bagian Pola dan

Pengguntingan Pola

Karyawan Bagian Perekatan

dan penjahitan

Karyawan Bagian Perakitan

Karyawan Bagian Finishing


(52)

terkadang antar karyawan sering saling bertukar pekerjaan. Hal ini karena pada dasarnya setiap karyawan menguasai semua tahapan dalam proses produksi. Berikut adalah pembagian tugas untuk setiap bagian pada struktur sederhana UD. Boenoet Shoes:

a. Pemilik Usaha

Pemilik usaha bertindak sebagai penanggung jawab setiap kegiatan yang dilaksanakan pada UD. Boenoet Shoes. Kegiatan tersebut mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Selain itu, pemilik usaha terkadang juga ikut ambil bagian dalam proses produksi.

b. Karyawan Bagian Pola dan Pengguntingan Pola

Karyawan bagian ini bertugas membuat pola yang terdiri dari pola upper (atas) dan pola bottom (bawah). Pembuatan pola dilakukan secara manual dengan memanfaatkan mal, yaitu contoh bentuk bagian upper (atas) ataupun bentuk bagian bottom (bawah) yang sudah disesuaikan dengan ukuran yang akan dibuat. Setelah itu, pola-pola tersebut digunting secara manual dengan menggunakan gunting. c. Karyawan Bagian Perekatan dan Penjahitan

Karyawan ini bertugas merekatkan dan menjahit pola yang telah digunting. Pola upper (atas) yang telah digunting, direkatkan dan dijahit dengan kain pelapis. Sedangkan pola bottom (bawah) yang telah digunting, direkatkan dengan busa yang kemudian digunakan sebagai tapak bagian dalam (insole).


(53)

d. Karyawan Bagian Perakitan

Karyawan bagian ini bertugas menyatukan bagian upper (atas) dengan bagian bottom (bawah). Karyawan bagian perakitan juga bertanggung jawab terhadap kesesuaian bentuk dan ukuran sepatu atau sandal yang diproduksi.

e. Karyawan bagian finishing

Karyawan bagian ini bertugas merapikan sepatu atau sandal dari sisa benang, bentuk yang kurang pas atau berlebih. Kemudian melakukan

pengecatan (vernis) dengan tujuan agar kulit lebih tahan lama dan tampak kilat.

4.1.5 Sarana dan Prasarana 1. Bangunan

Luas total bangunan untuk kegiatan produksi adalah 50 m2. Bangunan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: gudang yang merupakan tempat menyimpan bahan baku ataupun produk sebelum dipasarkan, ruang tertutup yang digunakan sebagai tempat melaksanakan kegiatan pola hingga perakitan, dan ruang terbuka yang digunakan untuk melakukan pengecatan (vernis) atau untuk menjemur sepatu dan sandal setelah dicat.

2. Jaringan Internet

Jaringan internet di lokasi usaha UD. Boenoet Shoes cukup mendukung untuk melakukan koneksi internet. Dukungan jaringan internet dapat dimanfaatkan sebagai upaya mempromosikan produk melalui dunia maya.


(54)

3. Akses Jalan

Akses menuju lokasi usaha berupa jalan gang yang memiliki lebar sekitar 4 meter. Walaupun jalan hanya berupa gang, namun jalan ini sudah dilakukan pengerasan dengan semen dan jarang dilalui kendaraan sehingga akses menuju lokasi cukup mudah.

4. Peralatan

Peralatan yang digunakan UD. Boenoet Shoes dalam proses produksi masih sederhana. Sebagian besar peralatan tersebut merupakan hasil modifikasi sehingga untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan harus membutuhkan kecermatan dan keahlian para karyawan yang menggunakannya. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam proses produksi:

a. Mesin jahit

Terdapat 3 buah Mesin jahit yang digunakan dalam proses produksi. Keseluruhan mesin tersebut merupakan mesin jahit kain yang sudah dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk menjahit kulit yang notabene lebih tebal dan keras dibanding dengan bahan kain.

b. Mesin seset kulit

Mesin seset kulit digunakan untuk menipiskan bahan kulit agar ketebalannya sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu tujuan penggunaan mesin seset adalah agar bahan yang telah ditipiskan dapat dibentuk sesuai dengan model yang telah ditentukan.


(55)

c. Amplas Dinamo/motor

Digunakan untuk meratakan atau menghaluskan bagian tertentu pada sepatu atau sandal, seperti bagian kulit yang berlebih setelah proses perakitan. Dengan menggunakan alat ini, maka proses meratakan atau menghaluskan akan lebih cepat selesai.

d. Kompresor

Kompresor digunakan pada tahap penyelesaian, yaitu pengecatan (vernis). Cara kerjanya yaitu dengan memanfaatkan tekanan udara yang dihasilkan.

e. Alat pres sederhana

Alat ini digunakan untuk menekan bagian upper (atas) dengan bagian bottom (bawah) yang telah direkatkan terlebih dahulu dengan menggunakan lem. Penekanan tersebut bertujuan agar kedua bagian dapat terbentuk dan merekat dengan kuat.

f. Kompor Minyak

Digunakan pada proses pembuatan merek, dengan cara memanaskan stempel besi agar dapat melelehkan permukaan kulit dan merek dapat terbentuk.

g. Stempel Besi

Stempel besi adalah alat yang digunakan untuk membubuhi merk pada tapak bagian dalam (insole) sepatu atau sandal. Cara penggunaannya yaitu terlebih dahulu stempel besi dipanaskan dengan menggunakan


(56)

kompor, kemudian tapak bagian dalam (insole) sepatu atau sandal ditekan dengan menggunakan stempel besi yang telah dipanaskan. h. Acuan

Acuan adalah alat yang terbuat dari kayu yang digunakan untuk membuat ukuran sepatu atau sandal sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Acuan yang dimiliki UD. Boenoet Shoes terdiri dari ukuran 38 hingga ukuran 45.

i. Mal (cetakan)

Mal atau cetakan yang digunakan terbuat dari karton dan berfungsi untuk memudahkan dalam membuat pola pada bahan. Untuk setiap ukuran dan model sepatu atau sandal digunakan mal yang berbeda-beda, sehingga UD. Boenoet Shoes memiliki banyak mal atau cetakan. j. Pulpen perak

Digunakan untuk membuat pola pada bahan. Pulpen yang digunakan merupakan pulpen khusus yang cepat kering, tidak mudah terhapus kecuali dengan menggunakan thinner.

k. Gunting

Digunakan untuk memotong bahan sesuai dengan pola yang sudah dibuat.

l. Tang

Digunakan untuk menarik bagian sepatu atau sandal pada saat proses pembentukan dan penyesuaian ukuran sepatu dengan mengunakan acuan.


(57)

m.Tatah Bolong

Digunakan untuk membuat lubang tali sepatu atau untuk membuat lubang tempat menempelkan aksesoris seperti kancing besi.

n. Jarum atau Jara

Digunakan untuk menjahit bahan pada proses penyatuan bagian upper (atas) dan bottom (bawah). Bisa juga digunakan untuk menjahit bahan kulit sesuai pola yang sudah dipotong.

o. Pisau

Digunakan untuk memotong bagian yang berlebih pada sepatu atau sandal seperti benang, kulit, sol dan lain sebagainya.

p. Amleng

Yaitu alat yang terbuat dari besi dengan bentuk menyerupai tiga kaki. Alat ini berfungsi sebagai alas penahan bagian dalam sepatu atau sandal ketika sedang direkatkan.

q. Palu

Digunakan untuk memukul bahan saat proses perekatan agar bahan yang sudah di lem dapat merekat dengan kuat. Bisa juga digunakan untuk membantu pengoperasian alat lainnya.

r. Paku

Digunakan sebagai alat bantu pada saat melakukan perakitan dan pembentukan dengan acuan. Tujuannya agar bagian upper (atas) dan bagian bottom (bawah) tidak bergeser.


(58)

s. Batu Asah

Batu asah merupakan alat yang digunakan untuk mengasah gunting atau pisau agar menjadi lebih tajam.

t. Kuas

Digunakan untuk memudahkan dalam memoles lem ke bahan sepatu atau sandal agar dapat direkatkan.

4.1.6 Bahan Pembuatan Sepatu Dan Sandal

Selama ini bahan didatangkan dari grosir yang berada di Kota Medan. Sistem pembeliannya yaitu dengan pergi langsung ke toko bahan, ataupun memanfaatkan jasa ekspedisi. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sepatu dan sandal adalah sebagai berikut:

a. Kulit

Kulit yang digunakan oleh UD. Boenoet Shoes merupakan kulit asli yang berasal dari hewan lembu. Kulit yang digunakan terdiri dari empat jenis kulit yaitu PS (bahan lebih tebal dan keras), CLK (bahan lebih lunak), baldu/GS, dan garut.

b. Kain Pelapis

Kain pelapis digunakan untuk melapis bagian dalam sepatu atau sandal agar nyaman saat digunakan.

c. Kertas Karton

Digunakan sebagai bagian dari tapak sepatu atau sandal yang memisahkan antara tapak bagian luar (outsole) dan tapak bagian dalam (insole).


(59)

d. Busa/Spon

Digunakan sebagai bahan tapak bagian dalam (insole) atau bisa juga sebagai pelapis bagian dalam sepatu. Tujuan penggunaannya yaitu agar sepatu atau sandal nyaman digunakan.

e. Outsole

Merupakan bagian terbawah dari sepatu atau sandal. Outsole beraneka ragam jenis dan bentuknya. Penggunaannya disesuaikan dengan model yang diinginkan.

f. Lem

Digunakan untuk merekatkan bahan yang sudah dipotong sesuai pola atau merekatkan bahan kulit dengan lapis.

g. Benang

Digunakan untuk menyatukan bahan kulit yang sudah digunting sesuai pola atau untuk meyatukan bagian upper (atas) dengan bottom (bawah).

h. Aksesoris

Aksesoris beragam macamnya seperti kancing besi, gesper, tali, dan lain-lain. Digunakan untuk memberikan motif dan menambah daya tarik pada sepatu atau sandal yang dibuat.

i. Vernis

Digunakan untuk memberikan efek kilat pada permukaan kulit atau bisa juga sebagai pelindung kulit agar lebih awet.


(60)

j. Kotak/Dus

Dus terbuat dari bahan karton yang digunakan untuk mengemas sepatu atau sandal yang sudah siap untuk dipasarkan.

4.1.7 Proses Produksi

Produk yang dihasilkan UD. Boenoet Shoes berupa sepatu dan sandal kulit yang secara umum tidak terdapat perbedaan mendasar dalam tahapan proses produksinya. Adapun hal yang membedakan keduanya hanyalah model dan bahan yang digunakan.

Secara umum bagian-bagian dari sepatu atau sandal terbagi menjadi bagian upper (atas) dan bagian bottom (bawah). Proses pembuatan bagian upper (atas) terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pembuatan pola pada bahan, menggunting bahan sesuai pola yang telah dibuat, proses penyesetan bahan kulit, melapis bahan, menjahit atau menyatukan bagian-bagian yang akan disatukan.

Sedangkan proses pembuatan bagian bottom (bawah) terdiri dari mempersiapkan tapak bagian luar (outsole), pembuatan pola untuk tapak bagian dalam (insole), menggunting bahan sesuai pola, melapis bahan yang akan dijadikan tapak bagian dalam (insole).

Tahap selanjutnya Setelah bagian upper (atas) dan bagian bottom (bawah) sepatu atau sandal selesai adalah proses merakit atau menyatukan kedua bagian tersebut. Untuk menyatukan kedua bagian ini digunakan lem dan juga benang. Selain itu proses ini juga membutuhkan acuan untuk membantu membentuk sepatu atau sandal sesuai dengan ukuran yang diinginkan.


(61)

Tahap akhir dari pembuatan sepatu atau sandal adalah tahap penyelesaian berupa pembuatan merek dengan menggunakan stempel besi, merapikan dan membersihkan sepatu atau sandal, melakukan pengecatan dengan vernis, dan pengkotakan dengan dus.

Gambar 4.2 Proses Produksi Sepatu dan Sandal UD. Boenoet Shoes

Sumber: UD. Boenoet Shoes, 2014

Membuat pola bagian bottom (bawah) Persiapan

Melapis bahan

Produk selesai Membuat pola

bagian upper (atas)

Menggunting pola

Melapis bahan

Finishing Perakitan Menjahit/menyatukan

Menggunting pola

Finishing Penyesetan bahan kulit


(62)

4.2 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari UD. Boenoet Shoes. Analisis dilakukan terhadap STP (Segmentation, Positioning, Targetting), unsur-unsur dalam bauran pemasaran, keuangan, operasi perusahaan, serta masalah sumber daya manusia.

4.2.1 Segmentation, Targetting, Positioning

1. Segmentation

Segmentasi yang dilakukan UD. Boenoet Shoes yaitu membagi pasar berdasarkan variabel penggunaan. Dengan adanya segmentasi tersebut, UD. Boenoet shoes memfokuskan untuk memproduksi 3 jenis produk berdasarkan penggunaannya yaitu:

a. Sepatu kerja (formal) b. Sepatu santai (informal) c. Sandal santai (informal) 2. Targetting

Mengacu kepada segmentasi, maka target pasar dari UD. Boenoet Shoes yaitu karyawan kantor dan masyarakat umum. Alasan memilih karyawan kantor karena melihat peluang besarnya permintaan sepatu kerja dari bahan kulit. Hal ini dikarenakan sepatu kulit dengan model tertentu, seperti pantofel merupakan atribut penting yang harus dikenakan karyawan kantoran. Sedangkan alasan memilih masyarakat umum karena melihat adanya perkembangan mode


(63)

berpakaian dan kebutuhan akan adanya sepatu atau sandal yang modis untuk keperluan sehari-hari.

3. Positioning

Positioning yaitu dengan cara mengidentikkan Merek Boenoet yang diproduksi UD. Boenoet Shoes sebagai merek yang pertama kali hadir di Kelurahan Bunut yang sekarang ini menjadi sentra pembuatan sepatu dan sandal kulit di Kabupaten Asahan. Hal ini dikarenakan pola pikir konsumen yang menganggap bahwa pengrajin yang pertama membuka usaha merupakan yang paling berpengalaman dan menghasilkan produk terbaik, sehingga lebih dipercaya dibanding dengan pengrajin lainnya. Disamping itu juga mempertahankan image sebagai merek sepatu atau sandal yang menggunakan bahan-bahan berkualitas, seperti terbuat dari bahan kulit asli.

4.2.2 Bauran Pemasaran

Untuk memenangkan pasar, saat ini UD. Boenoet Shoes menetapkan bauran pemasaran sebagai berikut:

1. Produk

Produk yang dihasilkan adalah sepatu dan sandal kulit yang jenisnnya dibagi berdasarkan penggunaannya, yaitu sepatu kerja, sepatu santai dan sandal santai. Sepatu dan sandal tersebut dikhususkan bagi pria yang keseluruhannya diberi Merek Boenoet. Walaupun merek tersebut belum terdaftar di Departemen Perindustrian, namun pengaruhnya dinilai cukup untuk membedakan produk yang dihasilkan dengan produk lainnya.


(64)

2. Price

Strategi penetapan harga yang digunakan adalah cost-plus pricing, yaitu harga yang diterapkan berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sepatu atau sandal ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Harga tiap sepatu dan sandal berbeda tergantung pada model, bahan dan tingkat kesulitan dalam pengerjaannya. Disamping itu strategi penetapan harga juga memperhatikan harga jual yang ditetapkan pesaing sejenis.

3. Place (saluran distribusi)

Selama ini UD. Boenoet Shoes menggunakan tiga macam saluran distribusi yaitu :

a. Penjualan langsung

Yaitu UD. Boenoet Shoes menjual produk secara langsung kepada konsumen yang datang ke rumah produksi. Sistem penjualan ini membangun interaksi langsung antara UD. Boenoet Shoes dengan konsumen.

b. Memanfaatkan agen penjualan

Agen yang dimaksud disini merupakan perorangan yang memesan dan menjual kembali sepatu atau sandal UD. Boenoet Shoes kepada konsumen akhir dengan mengharapkan selisih antara harga barang yang dibeli dengan yang dijual kembali. Agen penjualan sampai saat ini mencakup wilayah medan sebanyak 2 orang, binjai sebanyak 1 orang dan pekanbaru sebanyak 1 orang.


(65)

c. Sistem titip jual (konsinyasi)

Sistem ini diterapkan pada toko-toko sepatu dan sandal yang berada di sepanjang Jalan Lintas Sumatera atau lebih tepatnya di pintu masuk Kota Kisaran. Setiap bulannya UD. Boenoet Shoes menitipkan sebanyak 2 lusin sepatu ataupun sandal kepada setiap toko tersebut dengan pembayaran dilakukan sebanyak 3 kali. Sampai saat ini terdapat sekitar 10 toko yang bekerjasama dengan sistem konsinyasi dengan UD. Boenoet Shoes.

4. Promosi

Bentuk promosi yang dilakukan yaitu dengan mengikuti undangan pameran dari pihak pemerintah ataupun mitra seperti PT Jamsostek dan PTPN IV. Disamping itu, UD. Boenoet Shoes juga mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dengan alasan lebih efektif dan mengalami keterbatasan modal untuk menggunakan media promosi konvensional yang membutuhkan biaya, seperti selebaran, spanduk dan lain-lain.

4.2.3 Keuangan

Modal yang digunakan UD. Boenoet Shoes terdiri dari modal pribadi dan modal pinjaman yang berasal dari mitra seperti PT Jamsostek dan PTPN IV. Namun, modal yang dimiliki saat ini masih dirasa kurang sehingga proses produksi sedikit terganggu dan membuat usaha ini sulit untuk dikembangkan. permasalahan yang dihadapi seputar permodalan belum bisa diatasi karena untuk melakukan pinjaman ke pihak lembaga penyedia dana, seperti Bank harus


(66)

menyertakan agunan dan bukti pembukuan secara berkala dimana pemilik belum mampu memenuhi kedua persyaratan tersebut.

4.2.4 Sumber Daya Manusia

UD. Boenoet Shoes dalam memproduksi sepatu menggunakan karyawan sebanyak empat orang. Keseluruhan karyawan merupakan penduduk di sekitar lokasi usaha. Sebelumnya karyawan tersebut belum memiliki keahlian dalam membuat sepatu atau sandal. Keahlian tersebut merupakan hasil pelatihan yang diberikan secara langsung di tempat kerja (on the job training).

Sistem pengupahan karyawan menggunankan sistem borongan, yaitu karyawan akan mendapatkan upah yang biasanya sebesar tiga puluh ribu rupiah atau tergantung model dan tingkat kesulitan untuk sepasang sepatu yang dibuat. Sedangkan untuk sepasang sandal, biasanya karyawan akan diberi upah sekitar dua puluh ribu rupiah tergantung model dan tingkat kesulitan.

4.3 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dari UD. Boenoet Shoes. Sehingga dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut dapat memberikan informasi mengenai keadaan usaha.

4.3.1 Demografi, ekonomi, sosial budaya

Bertambahnya jumlah populasi penduduk, peningkatan taraf hidup, dan tingkat pendidikan berdampak pada perubahan gaya hidup dan kebutuhan konsumen. Perubahan gaya hidup menjadikan mode berpakaian juga turut


(67)

berkembang dengan cepat. Hal ini membuka peluang sekaligus tantangan terhadap usaha pemasaran sepatu dan sandal kulit yang merupakan salah satu atribut mode berpakaian. Untuk memanfaatkan peluang tersebut, unit usaha harus mampu menciptakan produk yang unggul dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4.3.2 Teknologi

Perkembangan teknologi yang semakin canggih menawarkan berbagai kemudahan untuk menunjang seluruh kegiatan operasional usaha. Kemajuan di bidang ini akan menghemat dari segi waktu dan biaya. Namun yang harus dicermati adalah bagaimana cara memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi tersebut, sehingga mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan produksi dan pemasaran.

4.3.3 Politik

Peraturan dan kebijakan pemerintah terutama yang berhubungan dengan UMKM dapat mempengaruhi perkembangan usaha. Peraturan yang dibuat dapat memudahkan atau mempersulit unit usaha dalam kegiatan operasionalnya. Pada UD. Boenoet Shoes, keadaan politik yang dialami adalah pengrajin merasakan pemerintah daerah belum menaruh perhatian yang cukup terhadap perkembangan usaha sepatu dan sandal kulit.

4.3.4 Pemasok bahan baku

Selama ini bahan baku didatangkan dari grosir yang berada di Kota Medan. Sistem pembeliannya yaitu dengan pergi langsung ke toko bahan


(68)

ataupun memanfaatkan jasa ekspedisi. Selama ini belum pernah terjadi kelangkaan ataupun kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Ketersediaan bahan baku memberikan jaminan kelancaran proses produksi dan menjadi faktor pendukung apabila UD. Boenoet Shoes berencana melakukan pengembangan atau penambahan jumlah produksi.

4.3.5 Pesaing

Pesaing UD. Boenoet Shoes berasal dari luar daerah. Saat ini banyak beredar sepatu maupun sandal yang terbuat dari bahan menyerupai kulit. Ditambah lagi semakin menjamurnya produk sepatu dan sandal import dari china yang terbuat dari bahan plastik. Model dan tampilan produk-produk tersebut juga tidak berbeda jauh dengan sepatu atau sandal yang terbuat dari bahan kulit asli. Keberadaan produk pesaing ini dapat mengakibatkan konsumen berpaling karena harga yang ditawarkan juga jauh lebih murah dan mudah didapatkan.

4.3.6 Perantara Pemasaran

Perantara pemasaran UD. Boenoet Shoes berupa agen penjualan mencakup wilayah medan sebanyak 2 orang, binjai sebanyak 1 orang dan pekanbaru sebanyak 1 orang. Namun jumlah produk yang dijual dengan memanfaatkan agen penjualan belum memuaskan karena sifatnya masih musiman. Disamping itu juga menerapkan sistem konsinyasi pada toko-toko sepatu dan sandal dengan sistem pembayaran kredit.


(1)

Lampiran 6 Peralatan

Mesin jahit Jarum mesin jahit

Mesin seset Amplas dinamo

Kompresor Alat pres sederhana


(2)

Acuan Mal

Pulpen perak Gunting

Tang Kuas

Pisau Amleng


(3)

Lampiran 7


(4)

Lampiran 8

Piagam Penghargaan Sebagai Pengusaha Kecil Berprestasi Dari Menteri Negara Koperasi Dan Pengusaha Kecil Menengah


(5)

Lampiran 9


(6)

Lampiran 10

Contoh Model Sandal