Teknik Keabsahan Data METODE PENELITIAN
77
Yogyakarta ini
mengalami beberapa
perubahan untuk
meningkatkan mutu sesuai dengan tuntutan perubahan jaman” Dalam hal perkembangan pendidikan di SD Muhammadiyah
Suronatan Yogyakarta
hal tersebut
juga dijelaskan
oleh Bapak
Koordinator Sekolah bidang Kegiatan dan Prestasi HT yaitu bahwa : “SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta awalnya merupakan
sekolah yang ada sudah sejak lama di Yogyakarta yaitu pada tahun 1918
yang pada awalnya untuk siswa laki-laki, karena siswa laki-laki terkenal badung, dan susah diatur kemudian pada
tahun 1977 sekolah mulai membuka dan menerima siswa perempuan. Mulai tahun 1990an sekolah mulai menunjukan
peningkatan prestasi”
Berdasarkan keterangan dan wawancara dari pihak sekolah, adapun periode pengembangan pendidikan sekolah SD Muhammadiyah
Suronatan Yogyakarta ialah sebagai berikut : a.
Periode I 1918-1974 Kondisi SD Muhammadiyah SuronatanYogyakarta sangat
berbeda dengan kondisi sekarang. Kondisi sekolah memprihatinkan baik dari jumlah siswa, atau kualitas sekolahnya. Keadaan ini
membuat SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta mendapatkan pandangan kurang bagus, masyarakat kurang percaya terhadap
sekolah karena masyarakat menganggap bahwa SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta kurang mampu menciptakan hasil atau output
yang sesuai
dengan harapan
masyarakat. Kurangnya
minat masyarakat untuk menyekolahkan di sekolah SD Muhammadiyah
Suronatan Yogyakarta, mengakibatkan sekolah sedikit siswa.
Awalnya, sekolah ini diperuntukan untuk siswa laki-laki, dan susah
78
ditemukan keseimbangan
antara ranah
kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Pada tahun 1974 SD Muhammadiyah Suronatan
Yogyakarta kemudian berganti dengan menjadi sekolah untuk siswa laki-laki dan perempuan.
b. Periode II 1974-1990
Sekolah berinisiatif untuk membuka dan menerima siswa perempuan, memperbaiki pengelolaan sekolah dan meningkatkan
mutu sekolah. Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada masa itu ialah sebagai berikut:
1. Lemahnya Sumber Daya Manusia SDM pelaksana pendidikan. 2. Belum seimbangnya ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Belum meratanya kualitas pendidikan, baik antar lembaga, antar kelas, maupun dalam kualitas satu kelas.
4. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah. Kebangkitan sekolah pada tahun 1990, didukung oleh
masyarakat sekitar dan orang tua siswa. Upaya peningkatan mutu sekolah diutamakan
dan difokuskan dari
aspek pelayanan, pengelolaan,
pemerataan kualitas
tenaga pendidik
dan kependidikan
sebagai upaya
penguatan SDM
pelaksana pendidikan.
c. Periode III 1990-2014
Periode ini berlangsung pada saat penelitian sedang
dilaksanakan. Pada periode ini berfokus pada tiga komponen dari
79
proses pendidikan di sekolah. Ketiga komponen tersebut adalah Input-Proses Unggul-Output Unggul.
Sekolah mengupayakan peningkatan mutu dari berbagai segi diantaranya pengelolaan, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, dan sebagainya. Pada periode ini diadakan proses pelaksanaan sekolah unggul dan program penerimaan calon
siswa baru dengan kualitas yang bagus. Di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta kualitas input
sangat dipertimbangkan. Calon-calon siswa baru diseleksi untuk mendapatkan input yang unggul. Proses seleksi tersebut dimulai
dengan para orang tua mendaftarkan siswa ke sekolah. Calon siswa baru dinilai dengan mempertimbangkan beberapa aspek
yaitu intelektual, sosial, mental, dan spiritual. Beberapa bidang yang
diujikan juga mencakup iqra’, doa harian, baca tulis hitung BTH, dan psikologi misal: cara berjalan.
Proses pembelajaran terjadi di sekolah dan di dalam kelas. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pendidikan yang
mengarah pada pembentukan sikap dan karakter siswa. Hal
tersebut seperti diungkapkan oleh guru kelas 4 Bapak TN yaitu: “ Proses pendidikan di sekolah terjadi tidak hanya di
lingkungan sekolah atau di luar kelas, tapi proses
pendidikan juga terjadi dalam proses pengajaran di dalam kelas”