41
diversifikasi dari portofolio tersebut. Dalam Indeks Sharpe risiko yang dianggap relevan adalah risiko total penjumlahan risiko sistematis dan
risiko tidak sistematis, sedangkan pada Indeks Treynor hanya
menggunakan risiko sistematis beta. Penggunaan beta sebagai urukan risiko portofolio secara implicit memcerminkan bahwa portofolio yang ada
merupakan portofolio yang telah diversifikasikan dengan baik Bodie et.al., 2008:858.
Oleh karena itu, jika suatu portofolio dianggap diversifikasi dengan baik berarti return portofolio hampir semuanya dipengaruhi oleh return
pasar dalam hal ini tentu saja pengukuran kinerja portofolio lebih tepat menggunakan Indeks Treynor. Sebaliknya, jika return suatu portofolio
hanya sebagian kecil dipengaruhi return pasar, lebih tepat menggunakan Indeks Sharpe.
3. Indeks Jensen
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat
return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar sekuritas. Indeks Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pada
sekuritas security market line. Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpretasikan
sebagai pengukur
berapa banyak
portofolio “mengalahkan pasar”. Indeks yang bernilai positif berarti portofolio
memberikan return lebih besar dari return harapannya berada di atas
42
garis pasar sekuritas sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai
return yang relative tinggi untuk tingkat
sistematisnya. Demikian juga sebaliknya, indeks yang bernilai negative menunjukkan bahwa portofolio mempunyai return yang relative lebih
rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. Persamaan Indeks Jensen dengan Indeks Treynor adalah kedua indeks
tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Perbedaannya adalah slope garis pada Indeks Treynor
menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko dan return pasar, sedangkan Indeks Jensen merupakan selisih antara return portofolio
dengan return portofolio yang tidak dikelola secara khusus hanya mengikuti return pasar Bodie et.aal., 2008:854.
Dalam penelitian ini metode pembentukan portofolio yang digunakan adalah Single Index Model karena perhitungan Single Index Model lebih
sederhana karena jumlah parameter yang digunakan lebih sedikit sehingga investor dapat mengambil keputusan investasi lebih cepat Hendrawati Vivin Dwi,
2007:1. Sedangkan metode penilaian kinerja portofolio optimal menggunakan metode Indeks Treynor, Indeks Sharpe dan Indeks Jensen sebagai perwakilan dari
Adjusted Risk karena dalam penelitiannya menggunakan beta portofolio sehingga dapat dibandingkan dengan metode
Single Index Model yang dalam
pembentukannya menggunakan beta individu saham.
43
H. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian-Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Mokhamad
Sukarno, SE 2007
Analisis Pembentukan
Portofolio Optimal Saham
Menggunakan Metode Single
Indeks di Bursa Efek Jakarta
Metode Single
index Model
Hasil penelitian menjunjukkan terdapat 14 saham yang menjadi kandidat portofolio dari 33 saham yang diteliti dengan nilai cut-off-
point sebesar 0,0165
2. Boooy S.
Effendy, 2009
Analisis Portofolio Optimal dengan
Menggunakan Model Indeks
Tunggal Sebagai Salah Satu Alat
Pengambil Keputusan
Investasi Saham di Pasar Modal
Model Indeks
Tunggal Dari hasil perhitungan berdasarkan model indeks tunggal dihasilkan
31 saham terpilih dari 45 saham LQ45 dan kemudian di saring menjadi 27 saham dengan kapitalisasi terbesar, dan setelah
melewati tahap perhitungan terpilih 3 saham kandidat portofolio optimal.
44
3.
Sulistyorini 2009
Analisis Kinerja Portofolio Saham
Dengan Metode Sharpe, Treynor
dan Jensen Saham LQ45 di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2003 sampai
2007 Metode
Sharpe, Treynor,
Jensen dan Uji
Kruskal Wallish
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada nya perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
Dengan demikian hipotesis nihil H0 dalam penelitian ini diterima. Pengujian lain dengan membandingkan antar treatment yaitu
dengan melihat selisih ketiga mean rank, hasilnya tidak adanya perbedaan yang bermakna antara masing-masing treatment.
4.
Sari Yuniarti 2010
Pembentukan Portofolio Optimal
Saham-Saham Perbankan dengan
menggunakan Model Indeks
Tunggal Model
Indeks Tunggal
Dari hasil perhitungan berdasarkan model indeks tunggal dihasilkan 7 saham yang dijadikan sampel ada 3 saham yang terbentuk dalam
kandidat portofolio optimal.
5.
Sari Ardiyanti
Rahayu 2011
Pembentukkan Portofolio Optimal
Saham Syariah menggunakan
Metode Single Index Model di
Jakarta Islamic Index
Single Index
Model Dari hasil perhitungan model single index model dihasilkan 8
saham yang dijadikan sampel ada 4 saham yang terbentuk dalam kandidat portofolio optimal.
6.
Susanti dan Syahyunan
Analisis Pembentukan
Model Indeks
Hasil dari penelitian terdapat 6 saham perusahaan yang memenuhi kriteria pembentukan portofolio saham dan proporsinya yaitu