commit to user
praktek ini diharapkan siswa-siswi ini menjadi generasi penerus bangsa yang selalu menghargai dan selalu senantiasa menjaga tradisi-tradisi peninggalan
nenek moyang hal ini ditunjukkan pada pengenalan terhadap musik-musik tradisional.
Jadi guru-guru mata pelajaran kesenian di SLBA Negeri Denpasar sudah melakukan upaya-upaya untuk membentuk karakter siswa-siswi anak-
anak berkebutuhan khusus agar mempunyai karakter kebangsaan yang bersifat Indonesianis. Walaupun pada mata pelajaran kesenian nilai-nilai karakter tidak
dapat diintegrasikan secara
holistik
kepada siswa di SLBA Negeri Denpasar yang notabennya adalah anak yang memiliki
hendaya
penglihatan atau lebih sering disebut tunanetra.
d. Mata Pelajaran Penjaskes
Dalam mata pelajaran Penjaskes banyak sekali nilai-nilai karakter yang bisa di integrasikan jika diaplikasikan secara baik dan benar. Akan tetapi hal
itu akan menjadi kendala jika tidak dapat diaplikasikan dan diinternalisasikan secara benar. Menurut hasil wawancara uapaya-upaya yang dilakukan guru
dalam membentuk karakter anak-anak tunanetra cukup bervariasi. Sesuai dengan hasil observasi di lapangan
dapat diamati pada saat proses pembelajaran penjaskes, hampir Sembilan puluh persen penilaian
dilakukan melali praktek-praktek yang bersifat psikomotorik gerak. Pada saat pembelajaran berlangsung guru berusaha semaksimal mungkin untuk
mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa kepada siswa di SLBA Negeri Denpasar dengan cara sebagai berikut:
commit to user
pada saat proses pembelajaran dimulai guru selalu menanamkan sifat sportivitas, kejujuran, serta kerjasama kepada siswa. Contohnya: sebelum
memulai pelajaran guru selalu mengintruksikan siswa berdoa. Berdoa merupakan nilai karakter religius yang wajib untuk dilakukan setiap hari.
Berikut dapat dilihat pada saat guru mempraktekkan permainan
Borgol
. Pada saat permainan
Borgol
berlangsung siswa dibiarkan bekerjasama untuk menghalau bola yang dilemparkan oleh pihak lawan. Siswa diajarkan untuk
selalu mempunyai sifat jujur dalam setiap pertandingan. Siswa diharapakan selalu bersifat sportif, karena dalam suatu pertandingan pasti ada yang menang
dan kalah, serta tidak lupa menutup pelajaran dengan doa sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Karena semua yang telah direncanakan berjalan dengan
baik Bentuk karakter religius . Jadi dapat dikatakan dalam pelajaran penjaskes guru-guru di SLBA Negeri Denpasar-Bali sudah melakukan upaya-
upaya yang maksimal untuk dapat membentuk karakter anak-anak berkebutuhan khusus. Pembentukkan karakter anak-anak berkebutuhan khusus
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter
pada mata pelajaran Penjaskes .
Hasil wawancara
mengindikasikan bahwa
guru-guru selalu
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa agar selalu berjuang. Perjuangan merupakan awal dari kesuksesan khususnya dalam meraih prestasi
dibidang apapun. Kekurangan fisik bukan merupakan kendala bagi mereka yang ingin meraih prestasi. Jadi dari hasil wawancara dan observasi yang
peneliti amati, upaya-upaya yang dilakukan guru sudah menunjukkan bahwa,
commit to user
pendidikan karakter sudah terintegrasi dengan baik khusnya pada mata pelajaran penjaskes. Walaupun masih terdapat sejumlah kendala-kendala di
dalam pembentukkan karakter anak-anak berkutuhan khusus pada tingkat SMPLB di SLBA Negeri Denpasar-Bali.
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dikemukakan beberapa simpulan sebagai
berikut: Mata pelajaran di SLBA Negeri Denpasar - Bali yang menjadi inti dari
proses implementasi dan integrasi pendidikan karakter di SLBA Negeri Denpasar antara lain: mata pelajaran IPS, IPA, dan Kesenian, Penjaskes. Terdapat banyak
nilai-nilai karakter yang bisa diintegrasikan ke dalam mata ketiga mata pelajaran tersebut, contohnya nilai karakter religius, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, cinta
tanah air, dan gemar membaca. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dilakukan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Tahapan-tahapan
Proses pembelajaran tersebut antara lain, dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi. Tapi jika ditinjau secara holistik implementasi pendidikan karakter tidak
terintegrasi secara optimal. Dari perangkat pembelajarn masih menggunakan RPP dan Silabus non karakter. Sehingga analisis integrasi nilai-nilai karakter yanga
diintegrasikan pada mata pelajaran IPS, IPA, Kesenian dan Penjaskes tidak jelas. Dari segi format penilaian belum jelas sehigga belum ada acuan patokan penilaian
yang dipakai guru untuk menentukkan apakah implementasi pendidikan karakter dapat diimplementasikan denga baik.
Kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter antara lain: pada saat proses integrasi berlangsung guru-guru sering sekali mengalami
kendala secara psikologis karena siswa-siswi di SLBA Negeri Denpasar