commit to user
bahwa mereka mempuyai kemampuan untuk bisa dan selalu berusaha dan bekerja keras untuk belajar. Jadi secara tidak langsung pada proses
pembelajaran kesenian ini telah terintegrasi berbagai macam nilai-nilai karakter bangsa. Walaupun secara holistik belum bisa diintegrasikan, tapi
menurut hasil observasi nilai-nilai karakter yang diajarkan dapat
terintegrasikan dengan baik CLHOB-03. Tapi jika ditinjau dari evaluasi
masih belum jelas apakah integrasi dapat direaliasasikan secara optimal.
d. Proses Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Penjaskes
Dalam proses pembelajaran Penjaskes banyak sekali nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa diintegrasikan. Berikut proses pembelajaran
penjaskes serta nilai-nilai karakter apa saja yang terintegrasi ke dalamnya. Berikut implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Penjaskes.
1 Perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes
Proses integrasi pendidikan karakter pada pembelajaran selain membutuhkan pemahaman yang komperhensif mengenai hakekat dan
pengertian pendidikan karakter. Guru juga harus mempunyai perencanaan pembelajaran yang matang. Makin baik perencanaan yang disusun oleh guru,
makin baik pula pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru, termasuk hasil yang dicapai. Berikut perangkat pelaksanaan pembelajaran yang dipakai
guru Penjaskes di SLBA Negeri Denpasar dalam proses pembelajaran sehari- hari. Dalam perencanaan pembelajaran guru Penjaskes di SLBA Negeri
commit to user
Denpasar pada tingkat SMPLB mempunyai perangkat pembelajaran yang sama dengan mata pelajaran IPA, dan Kesenian. Perencanaan yang di
realisasikan dengan wujud perangkat pembelajaran tersebut dipakai pedoman guru penjaskes dalam melaksanakan pembelajaran yang notabennya adalah
pembelajaran jenis praktek. Perangkat pembelajaran itu antara lain; 1. Silabus, 2. Program Tahunan; 3. Program Semester; 4. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran RPP. Dari hasil wawancara dengan guru Penjaskes dapat diketahui tujuan dari penyusunan program pembelajaran bertujuan untuk
mempermudah dalam menyusun dan menyajikan pembelajaran secara baik dan terstruktur. Walaupun notebennya pembelajaran Penjaskes hampir 90
persennya diaplikasikan dalam praktek lapangan. Berikut petikan wawancara dengan guru Penjaskes tingkat SMPLB di SLBA Negeri Denpasar:
“Walaupun dalam pelajaran Penjaskes sebagian besar pelajarannya merupakan praktek lapangan. Tapi perangkat
pembelajaran itu menjadi sangat penting ketika kita ingin mengetahui. Praktek-praktek apa sajakah yang ingin kita
berikan kepada siswa”. Proses belajar mengajar yang saya lakukan menjadi lebih tersrtuktur karena adanya perangkat
pembelajaran seperti RRP dan Silabus yang selalu saya perbaharuhi setiap tahunnya” CLHW 0501: I Wayan
Sukada.
Dalam petikan wawancara tersebut menyatakan bahwa prencanaan merupakan suatu hal yang amat penting untuk dilakukan. Karena suatu
perencanaan yang terstruktur akan menentukan realitas positif dari suatu proses tersebut khususnya pada mata pelajaran penjaskes yang notabennya
adalah pembelajaran praktek diluar kelas. Jadi guru yang bersangkutan menyadari betapa pentingnya perencanaan pembelajaran terhadap realitas dari
commit to user
suatu proses pembelajaran itu sendiri khususnya pada mata pelajaran Penjaskes.
2 Pelaksanaan Pembelajaran dan Proses Integrasi Nilai-Nilai Karakter
Mata Pelajaran Penjaskes.
Dalam proses implementasi dan integrasi nilai-nilai pendidikan karakter pada mata pelajaran penjaskes terdapat tahapan atau proses-proses
praktik pembelajaran yang harus dilalui. Berikut proses tahapan-tahapan tersebut:
a Tahap awal pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di lapangan. Proses awal yang dilakukan guru penjaskes. Pada tahap awal guru mengajak siswa ke halaman depan
sekolah untuk berkumpul terlebih dahulu. Kemudian guru mengintruksikan siswa agar berbaris dilapangan merupakan bentuk karakter disiplin,
kemudian guru mengucapkan salam kepada siswa dan memulai kegiatan pembelajaran dengan doa. Pada proses tahap awal ini karakter religious,
disiplin mulai diintgrasikan kepada Siswa. berdoa merupakan bentuk karakter religious yang harus diintegrasikan, karena mengajarkan mereka untuk selalu
ingat kepada Tuhan.
b Model dan Metode Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara model dan metode yang digunakan guru dalam proses integrasi pendidikan karakter pada mata
pelajaran Penjaskes antara lain:
commit to user
“ Dari model pembelajaran, kurang jelas model apa yang saya gunakan. Tapi untuk metode pembelajaran saya
menggunakan metode Demonstrasi. Pada metode ini saya, mencontohkan kepada siswa mengenai sesuatu yang akan
dipraktekkan pada mata pelajaran pejaskes, contohny: permainan boorgol yang sering saya praktekan pada saat proses
pembelajaran penjaskes berlangsung”CLHW0502: I Wayan Sukada.
Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memilih metode guru penjaskes memang menggunakan
metode demonstrasi. Metode ini memang lazim digunakan dalam pembelajaran penjaskes pada umumnya. Hal ini dapat
terlihat ketika pada mata pelajaran penjaskes di kelas VII, VIII, IX jenjang SMPLB guru memperagakan metode demonstrasi, dapat dilihat ketika guru
memberikan contoh mengenai permainan yang akan diperagakan kepada siswa. pada saat proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan proses permainan yang diintruksikan oleh guru. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses, serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Contohnya:
dalam observasi secara lansung. Setelah memberi intruksi mengenai tata cara permainan
Boorgol
permainan khusus untuk anak tunanetra kepada siswa melalui ceramah, contoh langsung serta melalui pendekatan individual yang
dilakukan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih grupnya sendiri dan memainkan permainan, tetapi guru tetap memberikan pengawasan
kepada siswa karena secara gerak mereka lebih terbatas dari anak-anak awas pada umumnya.
commit to user
c Media Pembelajaran
Berdasarkan obrsevasi terhadap pelaksanaan pembelajaran Penjaskes di SLBA Negeri Denpasar pada jenjang SMPLB media pembelajaran yang
digunakan guru dalam menunjang proses pembelajaran antara lain: alat-alat olah raga seperi: Bola khusus anak tunanetra, meja tenis meja untuk anak
tunanetra, serta alat-alat olahraga lainnya seperti papan catur khusus tunanetra
.
Berikut gambar media pembelajaran Penjaskes yang dapat peneliti dokumentasikan.
Gambar 10. Bola khusus permainan
Boorgool
Sumber : Doc. Peneliti 2012
Gambar 11. Meja Tenis khusus siswa tunanetra Sumber: Doc. Peneliti 2012
commit to user
Fungsi dari media pembelajaran Penjaskes yang dipergunakan guru antara lain, untuk melatih kepekaan indra peraba dari siswa tunanetra. Untuk
memperkenalkan kepada siswa jenis-jenis permainan-permainan modern, dan melatih daya psikomotorik siswa tunanetra. Dengan pengenalan secara
langsung kepada alat-alat atau media olahraga diharapakan siswa dapat mengetahui secara langsung alat-alat olahraga secara nyata.
Media pembelajaran yang digunakan cukup bervariasi. Pada intinya media pembelajaran yang baik akan menunjang prestasi siswa. Hal ini dapat
dilihat pada kemampuan siswa melatih indra peraba dan pendengaran mereka di dalam bermain permainan olahraga yang diajarkan oleh guru.
Seperti permainan
boorgol
dan tenis meja. Menurut hasil wawancara dengan guru Penjaskes mengenai fungsi
dari media pembelajaran antara lain: “ Fungsi media pembelajaran dalam mata pelajaran
penjaskes adalah, memperkenalkan kepada siswa alat-alat serta
permainan olahraga
modern yang
sering dipertandingkan orang pada pertandingan-pertandingan
internasional. Disamping itu juga alat-alat olahraga ini tidak membuat siswa merasa bosan pada saat mata
pelajaran olahraga” CLHW-0503: I Komang Praja.
Dari hasil wawancara dan hasil observasi menunjukkan fungsi dari media pembelajaran ini antara lain: menimbulkan rasa ingin tahu dan
menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam menambah pengetahuan mereka di bidang pelajaran Penjaskes. Sehingga dari sini bisa diamati
bahwa media pembelajaran yang dipakai guru dalam memberikan pembelajaran kepada praktek siswa-siswa tunanetra tingkat SMPLB,
commit to user
secara tidak langsung dapat menumbuhkan karakter bangsa mengacu pada Said Hamid Hasan 2010 seperti: rasa ingin tahu, kreatif, dan bekerja
keras untuk dapat bisa memperoleh ilmu yang dipelajari, kerjasama, sportivitas.
Secara singkat fungsi media pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes melatih keterampilan proses. Keterampilan proses sangat
penting untuk dilakukan karena dalam keterampilan ini yang diajarkan dalam pendidikan Penjaskes memberi penekanan pada keterampilan-
keterampilan berpikir secara afektif serta paling penting ketrampilan- keterampilan psikomotorik yang dapat berkembang pada anak-anak
tunanetra.
d Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Wujud pelaksanaan kegiatan evaluasi ini disesuaikan dengan apa yang telah
direncanakan. Selain itu, evaluasi juga dilakukan pada proses pembelajaran. Sesuai hasil observasi dilapangan proses evaluasi pada mata
pelajaran penjaskes antara lain: Penilaian dengan pengamatan: dalam proses ini guru mengamati
segala tindak laku siswa pada saat praktek pembelajaran dilakukan. Kedua: peragaan dan demonstrasi. Tahap yang terkahir guru memberikan
praktik bermain kepada siswa untuk memberikan penilaian langsung kepada siswa.
commit to user
Untuk penilaian yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter menurut observasi guru memasukkan ke dalam nilai afektif. Patokan
penilaian menggunakan hurut A, B, C, D.
e Potret proses pembelajaran Penjaskes tingkat SMPLB
pada potret pembelajaran Penjaskes di SLBA Negeri Denpasar. Peneliti memotret proses pembelajaran Penjaskes di kelas VIII tingkat
SMPLB. dalam pengamatan tersebut peneliti melihat adanya proses integrasi karakter yang dilakukan oleh guru Penjaskes. Berikut proses
pembelajaran dan integrasi karakter pada mata pelajaran Penjaskes. Pada proses pembelajaran Penjaskes peneliti mengamati kegiatan
pembelajaran yang terjadi di kelas VIII tingkat SMPLB. Pada saat proses observasi guru yang mengajar pada saat itu berjumlah tiga orang antara
lain: Bapak I Wayan Sukada, Ketut Gede Rahadi Diana Putra, I Nyoman Tri Praja Kencana. Pembelajaran berlangsung pada hari Sabtu pukul 06.30
Wita. Berikut tahapan-tahapan proses praktek pembelajaran penjaskes di kelas VIII tingkat SMPLB. Pertama, kegiatan awal. Pada kegiatan awal
guru mengajak siswa ke lapangan, guru mengintruksikan kepada siswa untuk berbaris dilapangan. Kemudian setelah selesai berbaris guru
mengintruksikan kepada siswa untuk berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Berdoa merupakan bentuk karakter
religius yang selalu diajarkan guru sebelum memulai pelajaran. Setelah memulai kegiatan dengan doa, guru mengintruksikan siswa untuk
commit to user
melakukan pemanasan awal untuk memanaskan otot-otot untuk menghindari cedera pada saat memasuki kegiatan inti. Dalam pemanasan
guru mengecek kesiapan siswa dan membenarkan gerakan siswa jika salah. Pada saat proses praktek pelajaran penjaskes. Guru yang mengajar
pada saat itu berjumlah tiga orang. Masing-masing guru mengawasi setiap gerakan-gerakan siswa. jadi dalam tahap ini guru menggunakan
pendekatan individual. Pada tahap awal, pemimpin pemanasan diganti silih berganti. Tujuannya mengajarkan siswa untuk menjadi pemimpin.
Dalam hal tersebut secara tidak langsung guru telah mengajarkan siswa karakter bangsa: yaitu tanggung jawab, dalam hal ini, tanggung jawab
menjadi seorang pemimpin. Berikut foto-foto kegiatan awal pembelajaran di SLBA Negeri Denpasar tingkat SMPLB.
Gambar 12. Berdoa sebelum memulai pelajaran Sumber: Doc. Peneliti 2012
commit to user
Gambar 13. Guru melakukan pengawasan kepada siswa saat melakukan pemanasan.
Sumber: Doc. Peneliti 2012.
Gambar 14. Guru membenarkan gerakan siswa yang salah Sumber: Doc. Peneliti 2012
Kedua, Setelah pemanasan, langsung ke kegiatan inti. Pada
kegiatan inti guru membagi siswa menjadi dua kelompok tim
Boorgol
sejenis permainan menjaga dan melempar Bola. Bola yang dipakai adalah bola khusus untuk tunanetra, di dalam bola tersebut berisi lonceng yang
dapat menimbulkan suara, tujuan saat melempar bola mengeluarkan suara
commit to user
sehingga melalui indra pendengaran siswa bisa menebak kemana arah bola itu dilempar. Dua kelompok di bariskan pada dua arah yang berlawanan.
Dua kelompok team akan dipertandingkan. Tata
cara permainan
Boorgol
, bola
dilemparkan dan
digelindingkan dan tim lawan menjaga bola. Jika bola yang dilemparkan lolos dari penjagaan maka tim yang melemparkan bola, akan mendapat
point satu. Dengan syarat bola yang dilempar di melambung ke atas. Jika melambung ke atas makan akan dinyatakan out. Jadi dalam permainan ini
murid diajarkan untuk bekerjasama secara team untuk melempar dan menjaga Bola. Jadi secara tidak langsung integrasi karakter bangsa
seperti: sifat kerja sama, dan rasa kebersamaan dapat terintegrasi pada prilaku siswa di SLBA Negeri Denpasar khususnya pada tingkat SMPLB.
Berikut hasil dokumentasi gambar-gambar dari peneliti pada saat proses kegiatan inti pada mata pelajaran penjaskes: potret pertandingan
Boorgol
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 15. Salah satu team
Boorgol
saat bersiap-siap melempar bola Sumber: Doc. Peneliti 2012
commit to user
Gambar 16. salah satu team saat menjaga lemparan bola dari team pelemparan Bola.
Sumber: Doc. Peneliti 2012 Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru penjaskes. Pada
pertandingan boorgol pergantian tempat terjadi ketika salah satu team
sudah mendapatkan nilai 10 CLHW-0504: Ketut Gede Rahadi.
Pertandingan berjalan dengan seru kedua team sama-sama bersemangat untuk mendapatkan point. Akhirnya setelah siswa-siswi telihat lelah guru
mengakhiri pertandingan
boorgol
. Kegiatan
selanjutnya guru
mengintruksikan kepada siswa untuk melakukan pelemasan otot agar otot kembali rileks dan tidak mengalamai cedera.
Keempat, setelah pertandingan
boorgol
selesai dipertandingkan guru selalu berpesan kepada siswa. untuk selalu menjaga sportivitas
karena kalah – menang adalah suatu hal yang biasa dalam suatu pertandingan. Kemudian guru mengintruksikan kepada siswa untuk saling
bersalaman merupakan bentuk nilai karakter kebangsaan yaitu selalu
commit to user
bersahabat dan menghargai teman. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada gambar-gambar dibawah ini.
Gambar 17. Siswa bersalaman setelah pertandingan
boorgol
Sumber: Doc. Peneliti 2012.
Gambar 18. Kegiatan yang diakhiri dengan doa Sumber: Doc. Peneliti 2012
Kemudian siswa diintruksikan untuk berbaris kembali, untuk mengakhiri pelajaran pada hari itu. Pelajaran yang diawali dengan doa maka
harus diakhiri dengan doa. Dari proses kegiatan di atas integrasi pendidikan
commit to user
karakter dapat diimplementasikan secara baik. nilai-nilai karakter yang bisa diintegrasikan melalui proses pembelajaran ini antara lain: nilai religious, nilai
kebersamaan, nilai persahabatan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan rasa toleransi antar sesama. Jika mengacu pada De Induk pendidikan karakter guru
telah berhasil mengimplementasikan Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural seperti: 1 olah hati
spiritual emotional development
; 2 olah pikir
intellectual development
; 3 olah raga dan kinestetik
physical kinesthetic development
; dan 4 olah rasa dan karsa
affective and creativity development
. Jika ditinjau dari segi evaluasi belum berjalan dengan baik karena
belum adanya format penilaian yang jelas dari guru Penjaskes. Tanpa proses pengukuran yang sesuai dengan penilaian maka suatu secara ilmiah belum
dapat dikatakan berhasil.
2. Kendala Dalam Proses Implementasi Pendidikan Karakter