commit to user
dalam tempatnya yang bersifat alamiah, mereka dapat memahami bentuk, ukuran, berat, kekerasan, sifat-sifat permukaan, kelenturan suhu, dan
sebagainya. Dengan
demikian mereka
lebih mudah
untuk menginternalisasikan mata pelajaran IPA.
Dapat dijelaskan disini untuk mata pelajaran IPA pada tingkat SMPLB di SLBA Negeri Denpasar, guru-guru sudah berupaya semkasimal mungkin
untuk dapat membentuk karakter peserta didik agar mempunyai kepribadian yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Jadi pada mata pelajaran IPA
guru bukan hanya mengajarkan materi yang diajarkan. Akan tetapi dibalik materi yang diajarkan guru berusaha mengembangkan materi-materi
pembelajaran tersebut untuk bisa diintegrasikan pada pendidikan karakter. Berpulang dari apa yang di sampaikan tersebut, dapat dikatakan IPA
bukan hanya mata pelajaran yang bisa membentuk daya pikir siswa menjadi lebih logis. IPA memberikan solusi dalam membentuk karakter kebangsaan
siswa contohnya: nilai karakter mandiri, berpikir kritis ikut mewarnai dan berintegrasi dengan pendidikan karakter sebagai suatu hal yang terpisahkan.
Jadi dengan demikian guru mata pelajaran IPA di SLBA Negeri Denpasar sudah berupaya memberikan solusi terbaik untuk meminimalisir kendala yang
dihadapi guru dalam proses implementasi dan integrasinya.
c. Mata Pelajaran Kesenian
Upaya-upaya atau solusi yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala integrasi nilai-nilai pendidikan karakter pada anak berkebutuhan pada mata
commit to user
pelajaran Kesenian antara lain dapat dilihat pada hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan observasi peneliti secara langsung pada guru Kesenian
tingkat SMPLB di SLBA Negeri Denpasar. Untuk lebih jelasnya dapat dituliskan sebagai berikut
“Dalam mata pelajaran Kesenian saya berusaha mendidik anak agar menjadi berkarakter dan senantiasa menghargai hasil karya
seni yang dihasilkan baik itu dalam skup yang kecil maupun besar. Hal itulah yang selalu saya tanamkan kepada siswa agar siswa
selalu menghargai hasil karya seni mereka sendiri maupun hasil karya seni orang lain. Dan selalu mengajarkan mereka kesigapan di
dalam menerima pelajaran. Contohnya pada saat praktek music, gambelan dan lain-lain, Siswa-siswa di SLBA Negeri Denpasar
khususnya pada tingkat SMPLB diajarkan untuk selalu peka di dalam mendengarkan nada suara nada music dan gambelan karena
itulah kelebihan mereka kadang-kadang mereka memiliki kepekaan pendengaran yang intens daripada anak-anak awas pada
umumnya” CLHW 0305: Dewa Gede Sujana.
Petikan hasil wawancara diatas menyatakan bahwa dalam mata
pelajaran Kesenian hal-hal yang harus dilakukan dalam upaya pembentukkan karakter anak, antara lain: dengan mengajarkan anak agar dapat menghargai
orang lain, berarti mereka akan dapat menyadari betapa pentingnya hasil karya seni yang dihasilkan oleh diri mereka sendiri baik itu hasil karya seni yang
bersifat besar maupun yang bersifat kecil. Jika melihat hasil observasi upaya- upaya yang dilakukan guru dalam pembentukkan karakter anak-anak tunanetra
melalui proses integrasi nilai-nilai pendidikan karakter khususnya pada tingkat SMPLB antara lain: Guru selalu berupaya menyisipkan nilai-nilai karakter
pada setiap materi ajar yang diajarkan sehingga nilai-nilai karakter bisa diintegrasikan secara baik pada mata pelajaran kesenian. Hal ini dapat terlihat
jelas pada saat siswa-siswi diterjunkan dalam praktek yang bersifat
commit to user
psikomotorik seperti mengajarkan siswa bermain alat musik tradisional maupun modern. Pengenalan secara langsung pada praktek bermusik ini
bertujuan agar siswa mampu untuk menambah daya kreativitas siswa-siswi dalam hal bermusik. Aplikasi dalam praktek ini diharapkan siswa-siswi ini
menjadi generasi penerus bangsa yang selalu menghargai dan selalu senantiasa menjaga tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang hal ini ditunjukkan pada
pengenalan terhadap musik-musik tradisional. Jadi guru-guru mata pelajaran kesenian di SLBA Negeri Denpasar
sudah melakukan upaya-upaya untuk membentuk karakter siswa-siswi anak- anak berkebutuhan khusus agar mempunyai karakter kebangsaan yang bersifat
Indonesianis. Walaupun pada mata pelajaran kesenian nilai-nilai karakter tidak dapat diintegrasikan secara
holistik
kepada siswa di SLBA Negeri Denpasar yang notabennya adalah anak yang memiliki
hendaya
penglihatan atau lebih sering disebut tunanetra.
e. Mata Pelajaran Penjaskes