Kendala Implementasi Pendidikan Karakter

commit to user team sama-sama bersemangat untuk mendapatkan point. Akhirnya setelah siswa-siswi telihat lelah guru mengakhiri pertandingan boorgol . Kegiatan selanjutnya guru mengintruksikan kepada siswa untuk melakukan pelemasan otot agar otot kembali rileks dan tidak mengalamai cedera. Keempat, setelah pertandingan boorgol selesai dipertandingkan guru selalu berpesan kepada siswa. untuk selalu menjaga sportivitas karena kalah – menang adalah suatu hal yang biasa dalam suatu pertandingan. Kemudian guru mengintruksikan kepada siswa untuk saling bersalaman merupakan bentuk nilai karakter kebangsaan yaitu selalu bersahabat dan menghargai teman.

2. Kendala Implementasi Pendidikan Karakter

Kendala merupakan hal yang lazim dalam suatu proses implementasi. Untuk mensukseskan proses implementasi kendala kerap muncul dalam proses realisasunya. Menurut hasil observasi dan wawancara kendala-kendala yang dihadapi guru dalam implementasi pendidikan karakter jika ditinjau secara umum. Mengacu pada hasil wawancara, kendala-kendala yang sering di dihadapi guru dalam implementasi pendidikan karakter. Karena siswa-siswi di SLBA Negeri Denpasar secara psikologis berbeda dengan anak-anak normal mereka memiliki hendaya penglihatan atau yang lebih dikenal dengan tunanetra. menurut Bandhi Delphi 2006 Anak yang mengalami hendaya impairment penglihatan tunanetra, khususnya anak buta totally blind, tidak dapat menggunakan indera penglihatan untuk mengikuti segala kegiatan commit to user belajar. Pada umumnya kegiatan belajar dilakukan dengan cara rabaan atau taktil karena kemampuan indera peraba sangat menonjol untuk menggantikan indera penglihatan. Sehingga secara psikologis berbeda dengan anak-anak awas. Karena psikomotorik atau gerak berbeda dari anak normal karena mereka memiliki kekurangan dalam hal penglihatan sehingga sedikit berpengaruh pada daya kognitif dan afektif mereka dalam kehidupan sehari- hari baik itu di luar sekolah maupun di sekolah. Kendala tersebut memang merupakan sesuatu hal logis yang dialami guru-guru dalam proses implementasi dan integrasi pendidikan karakter di SLBA Negeri Denpasar Bali. Hasil observasi menunjukkan dalam proses pembelajaran pendidikan karakter tidak bisa diintegrasikan secara holistik. Dalam hal penentuan nilai. Guru kesulitan menentukan nilai-nilai karakter apa saja yang bisa dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang mereka ampu. Karena pedoman tentang unsur-unsur yang masuk dalam pendidikan karakter belum dipahami secara baik. Jadi secara singkat hal tersebut mengindikasikan pendidikan karakter hanya akan sekedar menjadi wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan kita. Pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukkan karakter siswa Soesetijo, 2010:

465. Sehingga secara realitas tidak dapat diimplementasikan secara optimal.