67 mengatakan agar temannya berkelahi saja. Ketika jam istirahat TVNH
menghampiri LNS untuk meminta maaf dan LNS juga meminta maaf kepada LNS. Kedua siswa saling memaafkan satu sama lain. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa perempuan mulai menunjukkan sikap empatinya dengan mencoba untuk menenangkan temannya yang
sedang menangis di kelas. Peristiwa lain misalnya, siswa perempuan tidak keberatan untuk
membagi makanan ketika ada teman yang meminta makanannya. Hal ini menandakan bahwa siswa tidak lagi bersikap egosentris dan mulai
memperhatikan orang di sekitarnya.
2. Pelaksanaan Tindakan II Cerita Ibu Bermata Satu
a Perencanaan Tahap perencanaan tindakan kedua hampir sama dengan tindakan
pertama yaitu peneliti dan guru wali kelas menyiapkan cerita kedua. Cerita tersebut adalah cerita tentang ibu. Peneliti berdiskusi dengan
guru wali kelas terkait pengantar awal yang harus berkaitan dengan ibu sehingga siswa dapat lebih merasakan isi yang terkandung dalam
cerita. b Tindakan dan Pengamatan
Tindakan II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 30 Mei 2016 jam 07.00-08.10 wib di ruang kelas IV. Seperti pada tindakan pertama, ibu
guru bertanya kepada siswa siapa yang tidak masuk sekolah. Siswa menjawab ada tiga anak yang tidak masuk sekolah yaitu ADS,
NASMP dan SS.
68 Ibu guru membuka kegiatan storytelling dengan membahas
mengenai ujian kenaikan kelas yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2016. Pertanyaan yang diajukan meliputi persiapan siswa dalam
mengikuti ujian kenaikan kelas, menyampaikan sebelum ujian kenaikan kelas dilaksanakan, ibu guru mengundang orangtua siswa ke
sekolah untuk melaporkan perkembangan siswa maupun peristiwa- peristiwa di sekolah yang berhubungan dengan anaknya dan
melaporkan nilai-nilai tugas siswa selama satu semester. Mendengar hal itu para siswa keberatan dengan berbagai alasan yang disampaikan.
Ibu guru menjelaskan bahwa hal ini dilakukan demi kebaikan siswa dan agar orangtua tetap dapat mengontrol siswa di luar rumah. Ibu
guru menanyakan mengapa siswa keberatan jika ibu guru mengundang orangtua ke sekolah. Ibu guru bertanya lagi, apakah ada siswa yang
malu jika orangtuanya diminta datang ke sekolah. Kemudian ibu guru mengatakan bahwa sebagai anak terimalah keadaan orangtua apa
adanya dan jangan malu untuk mengakui orangtua sendiri. Setelah selesai menyampaikan pengantar awal, ibu guru melanjutkan
membacakan tujuan kegiatan storytelling dan menyampaikan judul cerita untuk tindakan kedua.
Cerita ibu bermata satu berasal dari negara Singapura. Cerita ini mengisahkan tentang seorang ibu yang memiliki mata satu
dikarenakan mata sebelahnya buta. Ibu bermata satu mengorbankan satu matanya untuk diberikan kepada anaknya yang pada saat
dilahirkan hanya memiliki satu mata. Namun, sang anak tidak
69 mengetahui hal tersebut. Bahkan sang anak yang bernama Michael
sangat membenci ibunya karena malu mempunyai ibu yang bermata satu. Meskipun Michael sudah berkeluarga dan sukses, kebencian dia
terhadap ibunya tetap masih ada. Pada saat acara reuni dengan teman SMA, Michael ingin
mengunjungi ibunya. Sebelum sampai di rumah ibunya, Michael bertemu tetangganya. Tetangga Michael memberikan surat dari sang
ibu kepada Michael. Setelah membaca surat tersebut, Michael langsung menangis karena mengetahui bahwa ibunya memberikan satu
matanya untuk Michael. Padahal selama ini, Michael telah bersikap kasar terhadap Ibunya.
Cerita ibu bermata satu selesai dibacakan oleh ibu guru dan terlihat ekspresi sedih yang ditunjukkan oleh siswa. Kemudian ibu guru
menanyakan tentang cerita yang baru saja dibacakan. Banyak siswa yang mengatakan ceritanya menyedihkan. Siswa perempuan yang
bernama ADP matanya mulai berkaca-kaca dan hampir menangis. Siswa merasa tersentuh dengan cerita ibu bermata satu. Ada pula siswa
yang mengatakan bahwa anak yang ada dalam cerita sangat jahat kepada ibunya padahal sang ibu rela berkorban demi anaknya dengan
memberikan satu matanya dan respon positif lainnya yang siswa sampaikan terkait cerita tersebut.
Sebelum menutup kegiatan storytelling, ibu guru meminta siswa untuk menuliskan amanat yang terkandung dalam cerita dan kemudian
dibacakan. Salah satu amanat yang dibacakan oleh siswa yang
70 bernama RND yaitu seorang anak tidak boleh berkata kasar kepada ibu
karena ada hadits yang mengatakan bahwa surga itu dibawah telapak kaki ibu. Seorang anak tidak boleh durhaka kepada orangtua karena
dosanya sangat besar. Respon positif yang disampaikan oleh siswa menunjukkan bahwa siswa mulai memunculkan sikap empatinya.
Siswa mulai dapat merasakan perasaan tokoh yang ada dalam cerita dan mengambil nilai positif yang dapat dipelajari dari cerita tersebut.
Namun, masih ada beberapa siswa yang menjadi subjek penelitian belum aktif di kelas.
Setelah itu, ibu guru menutup kegiatan storytelling dengan menyampaikan pernyataan penutup yaitu kisah ini menunjukkan
kebesaran hati seorang ibu yang telah berkorban untuk anak yang dicintainya. Sebuah kasih sayang tulus dari hati seorang ibu. Kebaikan
hati ibu untuk anak sungguh tiada tara. Untuk itu berbaktilah kepada ibu yang telah membesarkan kalian dengan penuh kasih sayang.
Peneliti melakukan pengamatan setelah tindakan dilaksanakan. Pada mata pelajaran BTQ Baca Tulis Quran, DDP dan LPH terlibat
pertengkaran dan saling memukul yang menyebabkan LPH menangis. Kemudian DDP meninggalkan LPH dan segera kembali ke tempat
duduknya. Namun, beberapa menit kemudian DDP menghampiri LPH dan meminta maaf. LPH langsung memaafkan DDP. Ketika peneliti
bertanya mengapa DDP tiba-tiba menghampiri LPH dan meminta maaf, maka DDP menjawab kalau dia kasihan melihat temannya
menangis. Hal yang dilakukan DDP menunjukkan bahwa siswa
71 tersebut mulai memunculkan sikap empatinya walaupun dia butuh
waktu untuk berpikir apakah seharusnya dia meminta maaf atau tidak dan pada akhirnya dia mengambil keputusan yang tepat.
3. Pelaksanaan Tindakan III Cerita Rasulullah dan Seorang Pengemis Buta