88 sehingga siswa memberikan jawaban-jawaban yang bagus sesuai yang
diharapkan. Tindakan VI ditutup dengan sebuah peribahasa yaitu “kasih sayang
ibu sepanjang jalan, kasih sayang anak sepanjang galah”. Peribahasa ini dapat diartikan bahwa kasih sayang ibu dari mengandung selama
sembilan bulan, melahirkan tanpa mempedulikan rasa sakit dan merawat anaknya hingga besar. Semua pengorbanan ibu tidak bisa
tergantikan oleh apapun. Pengamatan tidak hanya dilakukan ketika kegiatan storytelling
tetapi juga setelah tindakan. Pada jam mata pelajaran BTQ Baca Tulis Quran, NASMP tiba-tiba menangis. Melihat temannya menangis,
siswa laki-laki tidak lagi mengejek temannya. Ada dua siswa laki-laki yang menghampiri NASMP dan bertanya mengapa menangis. Namun,
NASMP tidak menjawab dan diam saja. Kemudian siswa laki-laki tersebut meminta temannya untuk tidak menangis lagi. Peristiwa ini
menunjukkan bahwa siswa laki-laki mengalami perubahan terkait sikap empatinya dengan tidak lagi mengejek teman yang menangis.
4. Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan pada siklus II diketahui melalui post test II, pengamatan dan wawancara. Post test II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 Mei
2016 jam 08.10-08.40 wib. Berikut adalah rincian skor post test II sebagai berikut :
89 Tabel 13. Hasil Post Test II
No Nama Subjek
Skor Post Test I Kategori
1 AAF
107 Tinggi
2 ADS
134 Tinggi
3 ADP
113 Tinggi
4 BRDK
108 Tinggi
5 BYH
93 Sedang
6 DSW
105 Tinggi
7 DDP
89 Sedang
8 DAKS
99 Sedang
9 KAP
130 Tinggi
10 KRS
108 Tinggi
11 LNS
110 Tinggi
12 LPH
117 Tinggi
13 NDAP
87 Sedang
14 NAAJ
128 Tinggi
15 NASMP
126 Tinggi
16 RPW
110 Tinggi
17 RND
134 Tinggi
18 SS
100 Sedang
Berdasarkan hasil post test II terjadi peningkatan skor siswa yang mana mencapai skor rata-rata sebesar 111. Hasil ini mengalami
peningkatan persentase skor rata-rata sikap empati dari post test I yang mencapai 74,76 menjadi
79,29 . Pada hasil post test II terdapat 5 siswa yang masih termasuk dalam kategori sedang dan 13 siswa yang memiliki skor sikap empati
dalam kategori tinggi. Hal lain yang mendukung peningkatan skor empati siswa adalah
pengamatan pada saat proses storytelling dan setelah storytelling. Pada tindakan IV, siswa NDAP mengatakan turut sedih mendengar cerita yang
dibacakan oleh ibu guru. Respon yang disampaikan oleh siswa tersebut menandakan bahwa siswa mulai dapat berempati dengan merasakan emosi
yang terkandung dalam cerita karena memiliki pengalaman yang sama
90 dengan tokoh cerita yaitu sering memaksakan kehendak dan marah jika
keinginannya tidak terpenuhi. Kemudian setelah kegiatan storytelling, pada mata pelajaran bahasa inggris siswa tidak keberatan berbagi buku
pelajaran dengan teman disebelahnya ketika temannya tidak membawa buku sedangkan tugas yang diberikan ibu guru cukup banyak dan harus
dikumpul pada hari itu juga. Pada tindakan V, siswa menunjukkan respon empatik yang jauh lebih
baik daripada sebelumnya. Hal ini didukung oleh respon siswa yang bagus dalam memberikan tanggapan dengan jawaban-jawaban yang sesuai
dengan isi cerita. Misalnya, Hongli yang rajin belajar dan berbakti kepada Ibunya, Hongli dan ibunya selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, Ibu
Hongli adlah orang yang pekerja keras karena rela memungut beras demi anaknya. Siswa yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam
mengemukakan pendapatnya menjadi cukup aktif di kelas dalam merespon pertanyaan dari ibu guru. Meskipun belum semua siswa yang menjadi
subjek penelitian aktif di kelas. Respon empatik pada tindakan VI yang disampaikan siswa terhadap
cerita selama proses storytelling sangat baik dan tidak ada siswa yang memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan cerita. Respon empatik
yang disampaikan oleh siswa seperti tidak boleh memperlakukan ibu seperti yang dilakukan Takeshi kepada Ibunya, harus menyayangi dan
merawatnya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa selama tiga hari berturut-turut dilakukan kegiatan storytelling terjadi peningkatan respon
91 empatik siswa sedikit demi sedikit dan hal ini sangat baik untuk siswa
terkait perubahan sikap empatinya. Peristiwa lain setelah tindakan storytelling selesai dilaksanakan yaitu
ketika ada teman perempuan yang menangis, biasanya siswa laki-laki cenderung mengejek siswa tersebut seperti yang terjadi pada hari pertama
tindakan. Namun, pada saat itu siswa laki-laki tidak lagi mengejek siswa yang menangis namun meminta siswa tersebut untuk tidak menangis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas ada perubahan terhadap sikap empati siswa. Terlihat dari jawaban siswa pada saat
kegiatan storytelling tidak ada siswa yang memberikan jawaban negatif terhadap pertanyaan terkait cerita yang disampaikan. Melalui cerita yang
disampaikan, siswa dapat mengambil hal-hal baik yang harus dicontoh dan hal yang tidak boleh untuk dicontoh.
Observasi dan post test pada siklus II, selama proses tindakan berjalan dengan baik dan persentase skor rata-rata sikap empati siswa sebesar
79,29 menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan yang diharapkan sudah terpenuhi yaitu persentase skor rata-rata sikap empati siswa mencapai
75.
5. Refleksi dan Evaluasi Siklus II