44
B.  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  SD  Negeri  Caturtunggal  3  Depok    yang beralamat  di  Jalan  Kaliurang  KM.  4  Depok  Sleman  Yogyakarta.  Penelitian
ini dilaksanakan bulan April sampai Mei 2016.
C.  Subjek dan Objek Penelitian
Penentuan  subjek  dalam  penelitian  ini  adalah  menggunakan  purposive sampling.  Purposive  sampling  adalah  teknik  sampling  yang  lebih
mengutamakan  tujuan  penelitian  yang  akan  dicapai  dalam  menentukan sampel penelitian Burhan Bungin, 2005: 125. Pertimbangan dari pemilihan
sampel  adalah  dengan  memilih  siswa  yang  belum  bisa  memunculkan  sikap empati.  Subjek  dalam  penelitian  ini  adalah  siswa  kelas  IV    SD  Negeri
Caturtunggal  3  Depok  yang  selama  melakukan  observasi  dan  wawancara menunjukkan bahwa siswa di kelas tersebut belum bisa memunculkan sikap
empati dan objek penelitiannya adalah sikap empati siswa kelas IV.
D.  Variabel Penelitian
Sugiyono  2011:  63  menjelaskan  bahwa  variabel  penelitian  pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti  untuk  dipelajari  sehingga  diperoleh  informasi  tentang  hal  tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.  Variabel Independen Variabel  independen  atau  variabel  bebas  merupakan  variabel  yang
mempengaruhi  atau  yang  menjadi  sebab  perubahannya  atau  timbulnya variabel  dependen  terikat.  Variabel  independen  dalam  penelitian  ini
adalah storytelling.
45 2.  Variabel Dependen
Variabel  dependen  atau  variabel  terikat  merupakan  variabel  yang dipengaruhi  atau  yang  menjadi  akibat  karena  adanya  variabel  bebas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap empati.
E.  Desain Penelitian
Penelitian  tindakan  kelas  ini  terdiri  dari  rangkaian  kegiatan  berupa perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Peneliti terlibat secara
langsung  dari  tahap  perencanaan,  observasi,  mencatat  dan  mengumpulkan data. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pendahuluan atau
pra tindakan dan tahap pelaksanaan tindakan.
1.  Tahap Pendahuluan Pra Tindakan
Sebelum  dilakukan  tindakan  terlebih  dahulu,  peneliti  melakukan beberapa langkah pra tindakan agar pelaksanaan tindakan berjalan sesuai
dengan tujuan. Langkah-langkah pra tindakan adalah sebagai berikut : a.  Peneliti  melakukan  observasi  langsung  untuk  melihat  bagaimana
perilaku siswa di kelas maupun luar kelas. b.  Peneliti  melakukan  wawancara  dengan  guru  wali  kelas  dan  siswa
kelas  IV  terkait  dengan  sikap  empati  siswa  yang  belum  terlihat, kemudian  peneliti  juga  menjelaskan  metode  storytelling  sebagai
alternatif peningkatan sikap empati. c.  Peneliti  bekerjasama  dengan  guru  wali  kelas  dalam  melaksanakan
tindakan terhadap subjek penelitian. d.  Peneliti meminta izin kepada kepala pihak sekolah untuk melakukan
penelitian.
46 2.  Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini  peneliti menggunakan  model  Spiral dari Kemmis McTaggart.  Berikut  ini  bentuk  desain  Kemmis    Mc  Taggart
Depdikbud Dirjendikdasmen Dikmen, 1999: 21 :
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart Siklus dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.  Perencanaan Tahap  perencanaan  dimulai  dengan  membuat  rencana
pelaksanaan  layanan,  format  observasi,  format  wawancara  dan menyusun  instrument  berupa  skala  sikap  empati  yang  dibutuhkan
untuk  mengumpulkan  data.  Sebelum  memulai  tindakan,  peneliti menentukan  cerita  yang  disampaikan  dan  menentukan  jadwal
pemberian tindakan storytelling. 2.  Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Sebelum  melaksanakan  tindakan,  peneliti  terlebih  dahulu membagikan  skala  empati  kepada  siswa  sebagai  acuan  bagaimana
kapasitas empati siswa. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana
47 yang  sudah  disusun  sebelumnya.  Pelaksanaan  tindakan  peneliti
berkolaborasi  dengan  guru  wali  kelas  sebagai  pelaksana  tindakan pada  saat  penelitian.  Pengamatan  dilaksanakan  pada  saat  dilakukan
tindakan  dan  setelah  dilakukannya  tindakan  peningkatan  sikap empati  siswa  melalui  metode  storytelling.  Observasi  ini  meliputi
antusias siswa dalam dalam proses tindakan, susasana di dalam kelas ketika  mengukuti  tindakan  dan  hambatan  yang  dialami  ketika
menggunakan metode storytelling. Pada tahap ini pihak-pihak yang dilibatkan adalah guru wali kelas, siswa dan peneliti.
Metode  storytelling  dilaksanakan  dalam  6  kali  tindakan.  Judul cerita yang disampaikan yaitu sebagai berikut :
Judul cerita  Tindakan I : Kentang Ajaib
Judul  cerita Tindakan II : Ibu Bermata Satu
Judul cerita Tindakan III : Rasulullah dan  Seorang  Pengemis
Buta Judul cerita Tindakan IV
: Sepeda Motor Baru Judul cerita Tindakan V
: Ibu Pemungut Beras Judul cerita Tindakan VI
: Dibuang Ke Hutan 3.  Refleksi
Tahap  refleksi  yaitu  dengan  mengumpulkan  data  dari  proses tindakan  kemudian  dianalisis  sebagai  hasil  refleksi.  Berdasarkan
hasil  data  yang  telah  dianalisis,  peneliti  dapat  mengetahui  apakah metode  storytelling  dapat  meningkatkan  sikap  empati  siswa  atau
tidak.  Setelah  mengetahui  hasil  dari  refleksi,  maka  hasil  tersebut
48 dapat  digunakan  sebagai  pedoman  untuk  merencanakan  tindakan
pada siklus selanjutnya yang lebih efektif.
F.  Skenario Siklus
Skenario siklus kegiatan storytelling yang direncanakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1.  Menetapkan masalah untuk diberikan tindakan
Peneliti  menetapkan  masalah  untuk  diberikan  tindakan  dalam kegiatan storytelling. Permasalahan yang ditampilkan yaitu sikap empati
sesuai dengan judul penelitian yang diteliti.
2.  Memilih cerita untuk disampaikan kepada siswa
Pemilihan  cerita  untuk  disampaikan  pada  kegiatan  storytelling diambil  dari  buku  cerita  anak  yang  isi  cerita  secara  keseluruhan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3.  Membuka kegiatan bercerita dengan memberikan pengantar awal Untuk memulai topik yang berkaitan dengan cerita maka, guru dapat
mengajukan  pertanyaan  kepada  siswa  sebagai  pengantar  sehingga  ada interaksi  awal  yang  baik  dalam  membangun  antusias  siswa  dalam
kegiatan storytelling. 4.  Mengkomunikasikan  tujuan  dan  judul  dalam  kegiatan  bercerita  kepada
siswa
Pada  tahapan  ini  peneliti  menjelaskan  tujuan  dari  kegiatan storytelling  yang  dilakukan  dan  judul  cerita  yang  disampaikan  agar
siswa memahami dan mengerti apa yang dilakukan oleh gurunya.
49 5.  Memulai kegiatan bercerita
Guru  mulai  membacakan  cerita  yang  dipilih  dan  meminta  siswa untuk konsentrasi dalam mendengarkan cerita yang disampaikan.
6.  Melakukan tanya jawab dengan siswa Setelah  cerita  selesai  dibacakan,  guru  dan  siswa  melakukan  tanya
jawab terkait cerita tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa mendengarkan dan mengerti isi cerita yang disampaikan oleh guru.
7.  Menutup kegiatan dengan pernyataan penutup Guru dapat menutup kegiatan storytelling dengan penyataan tertutup
terkait  cerita  yang  disampaikan  seperti  menyampaikan  amanat  yang terkandung dalam cerita.
G.  Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.  Skala
Peneliti menggunakan skala dengan empat pilihan jawaban. Skala ini diberikan  kepada  siswa  untuk  mengetahui  tingkat  sikap  empati  anak
sebelum  maupun  sesudah  diberikan  tindakan.  Berikut  adalah  langkah- langkah untuk membuat skala sikap empati yaitu :
a.  Penyusunan Definisi Operasional Sikap  adalah  suatu  konsep  yang  dapat  diketahui  melalui
pengetahuan,  perasaan  dan  kecenderungan  tingkah  laku  seseorang
terhadap suatu objek.
Empati  adalah  kemampuan  seseorang  dalam  memahami perasaan orang lain, dapat mengenali kondisi orang lain,  merasakan
50 pengalaman orang lain serta dapat memberikan respon empatik yang
sama terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Storytelling adalah metode yang dilakukan dengan menceritakan
mendongengkan sebuah cerita  yang didalamnya terdapat nilai-nilai moral dan sosial.
b.  Membuat Kisi-Kisi Skala Sikap Empati Kisi-kisi  sikap  empati  dibuat  berdasarkan  definisi  operasional
yang  telah  dikemukakan.  Adapun  kisi-kisi  skala  sikap  empati  dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kisi-Kisi Skala Sikap Empati
No Aspek
Indikator Deskriptor
Nomor Item Jumlah
Positif  Negatif 1  Kognitif  Memahami
perasaan orang lain
Memahami kesulitan  orang
lain 1,17,33
,45 9,25,39
,48 8
Memahami kebahagiaan
orang lain 10,26,4
0,49 2,18,34
,46 8
Mengenali kondisi orang
lain Mengenali
kondisi orang lain yang
sedang bahagia
dari mimik wajah
3,19 11,27
4
Mengenali kondisi orang lain
yang sedang sedih mimik wajah
12,28,3 5
4,20,41 6
2  Afektif Merasakan
pengalaman orang lain
Merasakan pengalaman  yang
menyenangkan orang lain
5,21,42 ,47
13,29,3 6
7
Merasakan pengalaman  tidak
menyenangkan orang lain
14,30,3 7,50
6,22,43 7
Memberikan respon
Memberikan respon  empatik
7,23,44  15,31 5
51 empatik
terhadap orang lain
secara verbal Memberikan
respon  empatik secara non verbal
16,32,5 1
8,24,38 6
Jumlah 51
c.  Penyusunan item skala berdasarkan kisi-kisi Pada  skala  likert,  responden  diminta  untuk  menjawab  suatu
pernyataan  positif  dan  negatif    yang  berhubungan  dengan  empati menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai SS, Sesuai
S,  Tidak  Sesuai  TS  dan  Sangat  Tidak  Sesuai  STS.  Masing- masing  jawaban  diberikan  nilai.  Untuk  bentuk  pernyataan  positif
urutan skornya 4, 3, 2, 1, sedangkan untuk bentuk pernyataan negatif urutan skornya 1, 2, 3, 4.
Hasil dari skala ini memaparkan bagaimana sikap empati siswa sebelum diberikan tindakan dan menyatakan apakah siswa mengalami
peningkatan sikap empati atau tidak setelah diberikan tindakan. Hasil skala tersebut disesuaikan dengan standar nilai untuk mengukur sikap
empati siswa sekolah dasar. 2.  Observasi
Sutrisno  Hadi  dalam  Sugiyono,  2011:  196  menjelaskan  observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai  proses  biologis  dan  psikologis.  Menurut  Nasution  2012:  106 observasi  dilakukan  untuk  memperoleh  informasi  tentang  tentang
kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan sehingga memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh
dari metode lain. Dalam observasi ini peneliti mengamati keadaan yang
52 wajar dan sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi,
mengatur, atau memanipulasinya. Observasi  sebagai  salah  satu  alat  pengumpul  data  diharapkan  dapat
membantu  peneliti  dalam  melakukan  observasi  menurut  kenyataan, melukiskannya  dengan  kata-kata  secara  cermat  dan  tepat  apa  yang
diamati,  mencatatnya  dan  kemudian  mengolah  dalam  rangka  masalah yang diteliti secara ilmiah. Observasi dilakukan oleh peneliti saat proses
storytelling  dilaksanakan,  agar  dapat  dijadikan  acuan  untuk  melakukan perbaikan  dalam  tindakan  selanjutnya.  Pedoman  observasi  dapat  dilihat
pada Tabel 3 berikut :
Tabel 2. Pedoman Observasi untuk Siswa
No Aspek yang diobservasi
Hal yang diungkap 1
Pelaksanaan metode
storytelling a  Kesiapan siswa dalam mengikuti
kegiatan storytelling b  Perilaku  siswa  saat  pelaksanaan
metode storytelling c  Kendala
dalam mengikuti
kegiatan storytelling 2
Kemampuan empati siswa a  Sikap empati siswa yang muncul
pada saat kegiatan storytelling b  Sikap  empati  siswa  setelah
melakukan tindakan
3.  Wawancara Wawancara  adalah  suatu  bentuk  komunikasi  verbal  jadi  semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi Nasution, 2012: 113. Dalam  penelitian  ini  dilakukan  wawancara  dengan  guru  wali  kelas  dan
siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 3 Depok Sleman pada saat awal penelitian,  proses  metode  storytelling    dan  akhir  penelitian.  Hasil
wawancara  awal  digunakan  untuk  studi  pendahuluan dan sebagai acuan
53 dalam melakukan proses penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengungkap
keberhasilan  upaya  meningkatkan  sikap  empati  melalui  pelaksanaan metode storytelling pada siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 3 Depok
Sleman.  Pedoman  wawancara  dapat  dilihat  pada  tabel  3  dan  tabel  4 berikut :
Tabel 3. Pedoman Wawancara untuk Guru Wali Kelas No
Aspek yang diteliti Hal yang diungkap
1  Proses pelaksanaan
storytelling a.  Kesesuaian  rencana  dengan
proses pelaksanaan
storytelling b.  Hambatan  yang dialami pada
saat pelaksanaan storytelling 2  Hasil
pelaksanaan storytelling
a.  Keberhasilan metode
storytelling dalam
meningkatkan  sikap  empati pada  siswa  kelas  IV  SD
Negeri Caturtunggal 3 Depok Sleman
b.  Tanggapan  guru  wali  kelas terhadap  hasil  pelaksanaan
metode  storytelling  dalam meningkatkan  sikap  empati
pada  siswa  kelas  IV  SD Negeri
3  Kemampuan berempati
siswa a.  Perubahan sikap empati siswa
sebelum dan
setelah mengikuti
kegiatan storytelling
Tabel 4. Pedoman Wawancara untuk Siswa Kelas IV No
Aspek yang diteliti Hal yang diungkap
1  Proses pelaksanaan
storytelling a.  Ketertarikan  siswa  dalam
mengikuti kegiatan
storytelling  dari  awal  sampai akhir
b.  Suasana  dalam  kelas  saat pelaksanaan storytelling
2  Hasil pelaksanaan
storytelling a.  Manfaat  yang  dirasakan
siswa  terhadap  pelaksanaan metode storytelling
3  Kemampuan berempati
siswa a.  Pemahaman
tentang pentingnya  bersikap  empati
54 terhadap orang lain
b.  Kemampuan  empati  siswa sebelum
dan setelah
pelaksanaan storytelling c.  Manfaat
diajarkan kemampuan  empati  saat
dilaksanakan metode
storytelling
Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa dan guru wali kelas yang dilakukan setelah pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan
untuk  mengetahui  hambatan-hambatan    yang  dialami  selama  tindakan, hasil  tindakan  dan  kemampuan  berempati  siswa  sebelum  dan  sesudah
pelaksanaan tindakan.
H.  Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1.  Uji Validitas Instrumen