91 empatik siswa sedikit demi sedikit dan hal ini sangat baik untuk siswa
terkait perubahan sikap empatinya. Peristiwa lain setelah tindakan storytelling selesai dilaksanakan yaitu
ketika ada teman perempuan yang menangis, biasanya siswa laki-laki cenderung mengejek siswa tersebut seperti yang terjadi pada hari pertama
tindakan. Namun, pada saat itu siswa laki-laki tidak lagi mengejek siswa yang menangis namun meminta siswa tersebut untuk tidak menangis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas ada perubahan terhadap sikap empati siswa. Terlihat dari jawaban siswa pada saat
kegiatan storytelling tidak ada siswa yang memberikan jawaban negatif terhadap pertanyaan terkait cerita yang disampaikan. Melalui cerita yang
disampaikan, siswa dapat mengambil hal-hal baik yang harus dicontoh dan hal yang tidak boleh untuk dicontoh.
Observasi dan post test pada siklus II, selama proses tindakan berjalan dengan baik dan persentase skor rata-rata sikap empati siswa sebesar
79,29 menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan yang diharapkan sudah terpenuhi yaitu persentase skor rata-rata sikap empati siswa mencapai
75.
5. Refleksi dan Evaluasi Siklus II
Tindakan pada siklus II masih ada kekurangan yaitu tempat pelaksanaan dan lamanya waktu pelaksanaan. Misalnya pada tindakan IV,
kegiatan storytelling dilaksanakan di ruang tari. Ruang tari yang tidak begitu luas menyebabkan siswa duduk berdekatan dengan teman
sebelahnya. Selain itu, siswa juga duduk di lantai dengan beralaskan tikar.
92 Kondisi ruangan yang seperti ini mengakibatkan suasana pada saat
kegiatan storytelling menjadi tidak kondusif. Pelaksanaan tindakan IV tidak dilakukan di ruang kelas IV seperti biasanya dikarenakan ada
pertemuan pengawas untuk ujian nasional sekolah dasar sehingga pada saat itu ruang kelas IV tidak bisa digunakan oleh siswa. Meskipun begitu
siswa tetap antusias dalam mengikuti kegiatan storytelling. Selain itu waktu pelaksanaan tindakan V yang dilaksanakan pada mata
pelajaran terakhir dan pada saat kegiatan storytelling dimulai, suara siswa kelas V yang belum masuk kelas mengganggu konsentrasi siswa dalam
mendengarkan cerita sehingga ada siswa yang tidak mengerti isi cerita. Kemudian ibu guru harus mengulangi cerita tersebut satu kali lagi.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak seperti siklus I yang memiliki waktu lebih bayak yaitu 60-70 menit. Hal ini dikarenakan ibu
guru membantu mempersiapkan ujian nasional sekolah dasar yang semakin mendekati hari pelaksanaannya sehingga waktu storytelling agak
berkurang tidak seperti biasa yaitu 40-60 menit. Namun, siswa tetap menunjukkan ketertarikannya dengan bersungguh-sungguh mengikuti
kegiatan storytelling. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV, ketertarikan
siswa terhadap kegiatan storytelling sangat tinggi. Hal ini dikarenakan cerita yang disampaikan oleh ibu guru selalu berbeda dan bagus. Ada
cerita yang menyedihkan, cerita yang memberikan semangat untuk belajar dan cerita yang mengajarkan orang untuk berbuat baik. Berdasarkan
93 penjelasan tersebut dapar disimpulkan bahwa siswa tertarik dan senang
terhadap keseluruhan cerita. Pelaksanaan metode storytelling secara keseluruhan sudah cukup baik
dilakukan oleh guru wali kelas. Adapun hasil pre test, post test I dan post test II adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Pre Test, Post Test I dan Post Test II
No Nama
Pre Test Kategori
Post Test I Kategori
Post Test II Kategori
Skor Skor
Skor Pening
katan 1
AAF 98
70 Sedang 103 73,57 Sedang 107 76,43
4 2,86
Tinggi 2
ADS 96
68,57 Sedang 126 90
Tinggi 134 95,71
8 5,71
Tinggi 3
ADP 67
47,86 Rendah 99 70,71 Sedang 113 80,71
14 10
Tinggi 4
BRDK 68
48,57 Rendah 103 73,57 Sedang 108 77,14 5
3,57 Tinggi
5 BYH
69 49,29 Rendah
88 62,86 Sedang 93 66,43
5 3,57 Sedang
6 DSW
89 63,57 Sedang 100 71,43 Sedang 105
75 5
3,57 Tinggi
7 DDP
69 49,29 Rendah
84 60
Sedang 89 63,57
5 3,57 Sedang
8 DAKS
68 48,57 Rendah
94 67,14 Sedang 99 70,71
5 3,57 Sedang
9 KAP
96 68,57 Sedang 124 88,57 Tinggi
130 92,86 6
4,29 Tinggi
10 KRS
93 66,43 Sedang 105
75 Sedang 108 77,14
3 2,14
Tinggi 11
LNS 69
49,29 Rendah 90 64,29 Sedang 110 78,57
20 14,29 Tinggi
12 LPH
94 67,14 Sedang 110 78,57 Tinggi
117 83,57 7
5 Tinggi
13 NDAP 68
48,57 Rendah 81 57,86 Sedang
87 62,14 6
4,29 Sedang 14
NAAJ 95
67,86 Sedang 124 88,57 Tinggi 128 91,43
4 2,86
Tinggi 15 NASMP
94 67,14 Sedang 121 86,43 Tinggi
126 90
5 3,57
Tinggi 16
RPW 89
63,57 Sedang 106 75,71 Tinggi 110 78,57
4 2,86
Tinggi 17
RND 96
68,57 Sedang 130 92,86 Tinggi 134 95,71
4 2,86
Tinggi 18
SS 66
47,14 Rendah 96 68,57 Sedang 100 71,43
4 2,86 Sedang
Rata-rata 82,44 58,89
74,76 79,29
4,52
Berdasarkan hasil post test II terjadi peningkatan skor sikap empati siswa kelas IV. Nilai rata-rata post test II mencapai angka 111 sedangkan
prresentase skor rata-rata sikap empati siswa sebesar 79,29 . Dari hasil tersebut peneliti telah menyelesaikan penelitian dikarenakan sudah
terpenuhinya kriteria keberhasilan penelitian yang semula ditargetkan
94 sebesar 75 dan terdapat 13 siswa memiliki sikap empati yang tinggi dan
5 siswa termasuk dalam kategori rendah. Adapun grafik hasil skor sikap empati dan persentase skor sikap empati siswa kelas IV dapat dilihat pada
gambar 3 dan gambar 4 di bawah ini :
Gambar 3. Skor Sikap Empati Siswa
Gambar 4. Persentase Skor Sikap Empati Siswa
20 40
60 80
100 120
140 160
A A
F A
D S
A D
P B
R D
K B
Y H
D SW DD
P D
A K
S K
A P
K R
S LN
S LP
H N
D A
P N
A A
J N
A SM
P R
PW RN D SS
Hasil Skor Sikap Empati Siswa
Pre Test Post Test I
Post Test II
58,89 74,76
79,29
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
Pre Test Post Test I
Post Test II 1
2 3
Persentase Skor Sikap Empati Siswa
Persentase
95
F. Pembahasan