Waste Treatment Mengukur Aktivitas Manusia

3. Masker Pelindung paru – paru dan saluran pernafasan dari ozon dan untuk menjaga agar ruangan tetap steril pada ruangan Filler. 4. Sarung tangan Yang berfungsi untuk menjaga agar ruangan tetap steril pada ruangan Filler. PT. Tirta Sibayakindo dalam menghadapi kebakaran menyediakan pompa hydrant di area – area kerja yang rentan terjadi kebakaran. Karyawan – karyawan yang bekerja di area kerja tersebut juga diberi pelatihan agar dapat menggunakan alat tersebut, sehingga apabila terjadi kebakaran karyawan – karyawan yang telah dilatih tersebut dapat segera memadamkan api.

e. Waste Treatment

PT. Tirta Sibayakindo memiliki area limbah yang terletak di bagian belakang perusahaan. PT. Tirta Sibayakindo dalam proses produksinya memiliki 2 jenis limbah yaitu : 1. Air buangan sisa sanitasi. Air buangan sisa sanitasi langsung dialirkan menuju instalasi pengelolaan air limbah. Selain itu termasuk juga limbah cair non B3 2. Limbah B3 Limbah B3 Bahan Berbahaya Beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Limbah ini seperti sisa oli mesin, sisa plastik, dan kaleng oli ditampung di tempat penampungan sementara. BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Mengukur Aktivitas Manusia

Mengukur aktivitas manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum kriteria pengukuran aktivitas manusia dapat dibagi dalam dua kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional, yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut: 1 − Kriteria Fisiologis Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang paling tepat berdasarkan kriteria fisiologis agak sulit, karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru,jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan, temperatur badan, banyaknya keringat dan komposisi kimia dalam urine dan darah. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan psikologis, tekanan oleh lingkungan atau oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut sama pengaruhnya. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seorang meningkat, kita akan sulit menentukan,apakah meningkatnya ini disebabkan akibat kerja, atau akibat temperatur ruangan yang terlampau panas atau akibat rasa takut? Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerjanya harus ada dalam keadaan normal. − Kriteria Operasional Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur dan menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota- anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk: range rentangan gerakan; pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Pengukuran aktivitas fisik berdasarkan kekuatan dan daya tahan pada hakekatnya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif lainnya, seperti: besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan kerja, cara dan sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olahraga, jenis kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi beban dan arah gerakan dari anggota tubuh. 1 Iftifikar, Z, Sutalaksana, Teknik Tata Cara kerja, hal 68

3.2. Faal Kerja dan Ergonomi