Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo

(1)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

PENENTUAN PENGARUH BEBAN KERJA FISIK PADA

PENGANGKATAN DAN PENURUNAN KOTAK SECARA

MANUAL PADA PT.TIRTA SIBAYAKINDO

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :

DUMIAN DARMAYANTI NABABAN

0 2 0 4 1 3 0 1 9

P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2008


(2)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

PENENTUAN PENGARUH BEBAN KERJA FISIK PADA

PENGANGKATAN DAN PENURUNAN KOTAK SECARA

MANUAL PADA PT.TIRTA SIBAYAKINDO

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :

DUMIAN DARMAYANTI NABABAN

0 2 0 4 1 3 0 1 9

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir.Nazlina, MT) (Ir.Anizar, M.Kes)

P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2008


(3)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

D A F T A R I S I

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RINGKASAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Khusus dan Umum Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan ... I-7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3


(4)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Halaman

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-4 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-6 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-8 2.4. Proses Produksi ... II-9 2.4.1. Bahan ... II-10 2.4.2. Spesifikasi Produk ... II-13 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.4.4. Mesin dan Peralatan ... II-29

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Mengukur Aktivitas Manusia ... III-1 3.2. Faal Kerja dan Ergonomi ... III-3 3.2.1. Faal Kerja ... III-3 3.2.2. Ergonomi ... III-4 3.3. Pemindahan Material Secara Manual ... III-6 3.4. Kelelahan Kerja ... III-8 3.4.1. Jenis-jenis Kelelahan ... III-8


(5)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Halaman

3.4.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja .... III-10 3.5. Keluhan Musculoskeletal ... III-12 3.6. Postur Kerja ... III-15 3.7. Kerja Otot Statis dan Dinamis... III-16 3.8. Efek Kerja Otot Statis ... III-18 3.9. REBA (Rapid Entire Body Assessment) ... III-18 3.10. Metode Analisis Masalah ... III-24 3.10.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ... III-24 3.10.2. Analisa Varians ... III-25 3.10.3. Desain Eksperimen ... III-26 3.10.4. Eksperimen Faktorial ... III-29

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-1 4.3.1. Klasifikasi Variabel Penelitian ... IV-2 4.3.2. Definisi Operasional Variabel ... IV-2 4.5. Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-5


(6)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Halaman BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Operator ... V-1 5.1.2. Uraian Elemen Gerakan Postur Kerja Operator ... V-2 5.2. Penilaian Postur Kerja dengan Menggunakan Metode REBA ... V-3 5.2.1. Perhitungan Postur Kerja Untuk Operator 1 ... V-3

5.2.1.1. Penilaian REBA untuk Berat Beban 12,2 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-3 5.2.1.2. Penilaian REBA untuk Berat Beban 15,3 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-8 5.2.1.3. Penilaian REBA untuk Berat Beban 19 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-13 5.2.2. Penilaian Postur Kerja Untuk Operator 2 ... V-18

5.2.2.1. Penilaian REBA untuk Berat Beban 12,2 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-18 5.2.2.2. Penilaian REBA untuk Berat Beban 15,3 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-23 5.2.2.3. Penilaian REBA untuk Berat Beban 19 Kg

dan Frekuensi 12 kali ... V-28 5.2.2.3. Penilaian REBA untuk Berat Beban 12,2 Kg, 15,3 Kg

dan 19 Kg Pada Frekuensi 24 Kali dan 36 Kali


(7)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Halaman

5.2.3. Penilaian Total Skor REBA Untuk Operator 1 dan

Operator 2 ... V-34 5.3. Perhitungan Pengaruh Beban Kerja, Elemen Gerakan dan

Frekuensi Terhadap Skor REBA Dengan Menggunakan

Metode ANAVA ... V-35

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Pengaruh Variabel Beban Kerja, Elemen Gerakan, dan Frekuensi Terhadap Postur Verja dengan Menggunakan

Metode ANAVA ... VI-1 6.2. Analisa Postur Kerja yang Menimbulkan Kelelahan Akibat

Kerja ... VI-7

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA ... DP-1 LAMPIRAN


(8)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

D A F T A R T A B E L

Tabel Halaman

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Tirta Sibayakindo ... II-6 2.2. Standard Air PT. Tirta Sibayakindo ... II-18 3.1. Tingkat Beban Kerja Menurut Variabel Faal... III-4 3.2. Skor Bagian Batang Tubuh (trunk) ... III-21 3.3. Skor Bagian Leher (neck) ... III-21 3.4. Skor Bagian Kaki (legs) ... III-21 3.5. Skor Berat Beban (load) ... III-21 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (upper arms) ... III-22 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (lower arms) ... III-22 3.8. Skor Pergelangan Tangan (wrist) ... III-22 3.9. Skor Coupling ... III-23 3.10. Skor Aktivitas ... III-23 3.11. Skor Nilai Level Tindakan REBA ... III-23 5.1. Data Karakteristik Operator ... V-1 5.2. Skor REBA Untuk Setiap Beban, Elemen Gerakan dan Frekuensi

Terhadap Kedua Operator ... V-34 5.3. Total Skor REBA Untuk Operator 1 dan Operator 2 ... V-35 5.4. Data Hasil Observasi Eksperimen Faktorial 3 x 3 x 3 ... V-36 5.5. Hasil Pengamatan Untuk Frekuensi x Elemen Gerakan x Beban ... V-37 5.6. Hasil Pengamatan Untuk Frekuensi x Elemen Gerakan ... V-37 5.7. Hasil Pengamatan Untuk Frekuensi x Beban... V-38


(9)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Halaman

5.8. Hasil Pengamatan Untuk Elemen Gerakan x Beban ... V-38 5.9. Daftar Analisa Varians Pada Pekerjaan Mengangkat dan Menurunkan


(10)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

D A F T A R G A M B A R

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi PT. Tirta Sibayakindo ... II-5 2.1. Alur Proses Produksi Tutup Ulir ... II-14 2.3. Alur Proses Pembuatan Botol Kemasan ... II-16 2.4. Alur Proses Pembuatan Sheet ... II-17 2.5. Alur Proses Produksi Cup ... II-18 2.6. Alur Proses Produksi Pengisian Air Minum pada Kemasan

240 ml ... II-22 2.7. Alur Proses Produksi Pengisian Air Minum pada Kemasan

600 ml dan 1500 ml ... II-24 2.8. Alur Proses Pengisian Air Minum pada Kemasan Galon ... II-28 3.1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan

Penyegaran ... III-11 3.2. Grup A ... III-19 3.2. Grup B ... III-20 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6


(11)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

D A F T A R L A M P I R A N

Halaman

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab di PT. Tirta Sibayakindo ... L-1 Mesin dan Peralatan Yang digunakan Pada PT. Tirta Sibayakindo ... L-2 Penilaian Skor REBA (Rapid Entire Body Assessment) ... L-3 Tabel REBA (Rapid Entire Body Assessment) ... L-4 Foto Pengangkatan dan Penurunan Kotak Operator 1 dan Operator 2 ... L-5


(12)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat, Kasih dan Rahmat-Nya pelaksanaan Tugas Akhir dan penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas Akhir merupakan bagian dari kurikulum pada Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang wajib dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti Sidang Sarjana Teknik Industri.

Penulis melaksanakan penelitian pada PT. Tirta Sibayakindo, Berastagi. Judul Tugas Akhir ini adalah Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada

Pekerjaan Pengangkatan dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT.Tirta Sibayakindo.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh yang menyebabkan operator menjadi cepat lelah dengan melakukan pengujian terhadap variabel yang berhubungan langsung dengan pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca laporan ini.

Universitas Sumatera Utara Medan, Juni 2008


(13)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

U C A P A N T E R I M A K A S I H

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik fisik maupun moril selama menyelesaikan laporan ini, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Aulia Ishak, ST, MT selaku koordinator Tugas Akhir.

3. Ibu Ir. Nazlina, MT dan Ibu Ir. Anizar, Mkes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

4. Bapak Joko D Herlambang selaku HR Manager pada PT. Tirta

Sibayakindo Berastagi yang telah memberi izin dan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan.

5. Bapak Doni yang telah banyak menyediakan waktu dan tenaga

membantu penulis selama pengambilan data, memberikan saran dan masukan serta ide-ide kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. 6. Seluruh staf dan karyawan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi atas segala

bantuan dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan Tugas Akhir.

7. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.


(14)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

8. Keluarga tercinta, Ir.P.Nababan, dan S.Lenny Tambunan, serta kakak Duma Nababan, Adik-adikku Johannes, Loan dan Cantika yang telah memberikan doa, dorongan moril, tenaga dan material kepada penulis. 9. Melda, Ester, Friskila, Linda, Melva, Maria, Debora, Nietha, Elida,

Iruth, Verades, sahabat-sahabat yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian, bantuan, masukan dan kritikan kepada penulis. 10.K’Rina, B’Jordan, K’Ocha, K’Emma, B’Sura, K’Afni atas doa dan

dukungan yang diberikan kepada penulis.

11.Orangtua dan Pengurus Keluarga GKPB MDC Binjai atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman Keluarga GKPB MDC Binjai atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

13.Seluruh adik-adik IMAGE dan DK SMU 2 atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

14.Selvi Ria, yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan kritikan kepada penulis.

15.Seluruh teman-teman Ekstensi stambuk 2002 atas masukan, dukungan dan bantuan kepada penulis.


(15)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

RINGKASAN

PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) yang bermerk AQUA. Dalam perusahaan ini sumber daya manusia memegang peranan penting dalam kelangsungan dan berkembangnya. Terutama bagi operator yang bekerja mengangkat dan menyusun kotak pada bagian pengepakkan kotak yang berisi gelas plastik/cup untuk kemasan 240 ml, kemasan 600 ml dan kemasan 1500 ml. Pekerjaan ini menyebabkan kondisi operator yang menjadi cepat lelah dan adanya keluhan sakit dan nyeri pada tulang belakang dan kaki terutama pada betis.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui penyebab operator cepat menjadi lelah dengan meneliti pengaruh variabel yang berhubungan langsung terhadap pengangkatan dan penurunan kotak dan mengetahui pengaruh antara penilaian postur kerja dengan variabel berat beban kerja dan frekuensinya.

Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisa nilai skor setiap elemen gerakan pengangkatan dan penurunan kotak dengan menggunakan metode REBA agar selanjutnya dapat dilakukan pengujian terhadap variabel lainnya dan menentukan variabel yang berpengaruh pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak dengan menggunakan metode ANAVA.

Pada percobaan eksperimen faktorial perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian skor REBA dan mendapatkan hasilnya agar dapat dijadikan sebagai nilai pengamatan untuk desain acak sempurna dengan variabel berat beban yaitu 12,2 kg, 15, 3kg, dan 19 kg, elemen gerakan kerja I, II, dan III, kemudian frekuensi 12 kali, frekuensi 24 kali, dan frekuensi 36 kali yang selanjutnya dianalisa dengan

tabel distribusi F pada tabel dengan = 0,05. Masing-masing kombinasi perlakuan atau ketiga variabel tersebut di atas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil uji analisa variansnya.


(16)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) yang bermerk AQUA. Dalam perusahaan ini sumber daya manusia memegang peranan penting dalam kelangsungan dan berkembangnya. Terutama pada bagian pengepakan kotak karton yang berisi gelas plastik/cup untuk kemasan 240 ml, kemasan 600 ml dan kemasan 1500 ml.

Penanganan bahan pada bagian ini masih dilakukan secara manual karena pekerjaan yang berkaitan dengan pemindahan ataupun penyusunan kotak dari satu tempat ketempat lainnya tidak didukung dengan penggunaan alat bantu angkat. Pekerjaan pengangkatan dan penurunan bahan secara manual atau manual

material handling (MMH) dibagian pengepakan kotak merupakan pekerjaan yang

memerlukan stamina dan daya tahan tubuh, sebab pekerjaan ini membutuhkan kekuatan otot dan kemampuan fisik operator.

Berat beban pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak ada tiga jenis, yaitu kotak yang berisi gelas plastik/cup kemasan 240 ml sebesar 12,2 Kg, kotak yang berisi botol kemasan 600 ml sebesar 15,3 Kg, dan botol kemasan 1500 ml sebesar 19 Kg. Setiap operator harus mengangkat dan menyusun kotak untuk setiap kotak dengan ketiga variasi berat beban kotak tersebut.


(17)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam pengamatan yang dilakukan, terlihat ada tiga elemen gerakan kerja alami (non correct posture) yang dilakukan oleh operator, yaitu membungkuk sambil mengambil kotak dengan posisi kaki normal, memegang kotak di depan dada dengan batang tubuh dalam keadaan normal dan menurunkan kotak ke atas papan pallet yang berada di lantai dengan batang tubuh dalam keadaan membungkuk. Dengan demikian, melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh postur kerja terhadap tingkat beban kerja dan frekuensinya.

Adapun metode yang dilakukan untuk menganalisa postur kerja tersebut adalah REBA (Rapid Entire Body Assesment). Sedangkan untuk menentukan variasi beban kerja fisik yang berpengaruh pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak terhadap skor REBA dilakukan dengan uji statistik ANAVA.

Berdasarkan penelitian Hotniar dkk, berat beban maksimum untuk pria dewasa dengan frekuensi kerja angkat sering atau terus-menerus adalah 18 Kg. Penelitian sejenis lainnya yang dilakukan oleh Heru Prastawa, dkk juga menjadi melatarbelakangi penelitian ini. Dari hasil analisa dan pembahasan penelitian tersebut dengan menggunakan metode desain eksperimen dapat diketahui bahwa berat beban dan postur kerja sangat berpengaruh pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual.

1.2. Rumusan Permasalahan

Adanya keluhan sakit dan nyeri pada tulang belakang dan kaki terutama pada bagian betis berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap operator yang bertugas pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual


(18)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

di bagian pengepakan ini merupakan kondisi yang menjadi permasalahan. Operator juga menyatakan cepat merasa lelah setelah dua jam bekerja namun harus tetap melakukan aktivitas ini secara berulang-ulang selama 7 jam sehari.

Dalam pengamatan terlihat postur kerja operator pada saat pengangkatan dan penurunan kotak yaitu tubuh dalam posisi membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyusun kotak. Postur kerja yang tidak tepat apabila dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada otot tubuh operator dan mengurangi produktivitas kerja. Dari hal tersebut di atas maka dapat dicari pengaruh antara postur kerja dengan variabel yang berhubungan langsung pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak dan pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel tersebut.

1.3. Tujuan Khusus dan Umum Penelitian

Tujuan Khusus dan Tujuan Umum dari penelitian ini adalah;

1.3.1. Tujuan Khusus

1. Menganalisa nilai skor setiap elemen gerakan dari postur kerja operator pengangkatan dan penurunan kotak dengan metode REBA.

2. Mengevaluasi pengaruh nilai skor REBA dengan variabel beban kerja, elemen gerakan kerja dan frekuensi pengangkatan terhadap kelelahan otot.

3. Menentukan variabel beban kerja fisik yang berpengaruh terhadap kelelahan otot pada pengangkatan dan penurunan kotak dengan metode ANAVA (Analisis Varian).


(19)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk dapat menentukan pengaruh yang menyebabkan operator cepat menjadi lelah dengan melakukan pengujian antara variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi unsur-unsur terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi operator, dapat menambah pengetahuan untuk mengetahui bahwa postur kerja yang salah dapat mengakibat cidera pada otot tubuh dengan besarnya beban kerja pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak, lingkungan kerja dan kemampuan tubuh, sehingga secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja, terhindar dari penyakit akibat kerja dan terciptanya efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi

2. Bagi pihak manajemen perusahaan, dapat digunakan sebagai literatur dan alternatif perbaikan metode kerja dalam hal perbaikan postur kerja dan penghematan energi fisik operator pada saat bekerja dalam upaya memberikan perlindungan terhadap kesehatan operator dan peningkatan produktivitas kerja.

1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi

Agar pemecahan masalah dapat dilakukan denagn baik, maka perlu diberikan pembatasan masalah dan asumsi sebagai berikut :


(20)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

1.5.1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini fokus pada tujuan dan tidak menyimpang dari masalah yang telah dirumuskan maka perlu diberikan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada operator yang bekerja pada bagian pengepakan. 2. Objek penelitian dilakukan pada operator yang sudah terbiasa melakukan

pekerjaan mengangkat dan menurunkan kotak secara manual. Jumlah operator yang diamati adalah 2 orang yang diambil secara acak dan digunakan sebagai sampel penelitian.

3. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi operasional perusahaan.

1.5.2. Asumsi

Agar pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik maka asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Operator tidak dalam keadaan lapar, haus ataupun sakit.

2. Kedua operator melakukan aktivitas kerja dengan metode kerja dan postur kerja yang tidak jauh berbeda.

3. Kondisi suhu dan kelembaban daerah kerja (tempat peneltian dianggap konstan).

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian, pembahasan dan penulisan tugas akhir ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :


(21)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

a. BAB I – PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang terjadi, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

b. BAB II – GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai sejarah kegiatan perusahaan serta sejarah dari objek penelitian, yaitu PT. Tirta Sibayakindo, mulai dari saat peluncuran dan perkembangan-perkembangan yang terjadi sesudahnya.

c. BAB III – LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori dari referensi-referensi serta literatur-literatur yang sesuai dengan materi penelitian yang dijelaskan dan mendukung terhadap analisa yang dilakukan terhadap masalah yang terjadi.

d. BAB IV - METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan kerangka dalam pemecahan masalah, penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode-metode yang digunakan.

e. BAB V – PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data hasil penelitian sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada analisa dan evaluasi data


(22)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

dan memuat seluruh tahap-tahap pengolahan data yang telah diperoleh dari bab sebelumnya.

f. BAB VI – ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini dilakukan interpretasi dan analisa terhadap data yang telah terkumpul dan diolah. Analisa dilakukan dengan mengacu pada referensi serta literatur yang mendukung.

g. BAB VII – KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil serta saran yang dapat diberikan berdasarkan interpretasi dan analisa yang telah dilakukan terhadap data-data yang telah diperoleh.


(23)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Tirta Sibayakindo adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan air minum yang dikemas. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Medan Berastagi KM 55 Desa Doulu II Berastagi. PT. Tirta Sibayakindo didirikan pada 1993 yang merupakan cabang dari PT. Aqua Golden Missisippi (Aqua Group). Lisensi untuk memproduksi Aqua diberikan perusahaan tersebut kepada PT. Tirta Sibayakindo seiring dengan semakin memasyarakatnya produk Aqua pada pemasaran yang menjangkau seluruh Indonesia.

Pengakuan dan perghargaan yang pernah diperoleh PT. Tirta Sibayakindo adalah ISO-9000 untuk penghargaan atas mutu air minum, ISO-9002 untuk penghargaan atas manajemen yang baik, sertifikat GMP (Good Manufacturing

Practices) dari NSF AS dan Sertifikat HACCP (Hazard Analysis Crital Control Points).

Aqua tetap memproses air yang digunakan walaupun air Aqua dari sumbernya sudah layak minum sebelum diproses, untuk meyakinkan bahwa air Aqua benar-benar hegienis dan sehat. Oleh karena itu Aqua menerapkan teknologi

in line process, dimana proses air dan pembuatan botol PET dilakukan secara

bersamaan. Sistem ini mempunyai keunggulan, kebersihan produk lebih terjaga karena faktor campur tangan manusia dalam proses dapat diminimalkan.


(24)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Tirta Sibayakindo memproduksi air minum bermerk AQUA dan VIT, botol kemasan dan tutup ulir untuk kemasan 600 ml dan kemasan 1500 ml, gelas plastik/cup untuk kemasan 240 ml.

Untuk produk yang bermerk Aqua terdiri dari 4 jenis yaitu: - Kemasan 240 ml

- Kemasan 600 ml - Kemasan 1500 ml - Kemasan galon (19 liter)

Sedangkan untuk produk yang bermerk VIT hanya untuk kemasan galon.

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah gambaran secara sistematis tentang hubungan atau kerjasama dari orang-orang yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya organisasi setiap tugas dan kegiatan dapat didistribusikan dan dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dengan efesien sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai.

Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda, diperlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehigga mendorong mereka


(25)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dan mendukung tercapainya sasaran perusahaan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi secara efesien, baik ekonomi maupun sosial, diperlukan kemampuan para manajer dan pelaku manajemen dalam menentukan setiap kebijaksanaan perusahaan. Organisasi dan manajemen yang baik akan memberikan dampak positif bagi perusahaan itu sendiri, yaitu dalam hal pengontrolan tugas dan tanggung jawab serta kelancaran komunikasi dari seluruh fungsi organisasi dalam perusahaan tersebut dari atasan sampai bawahan.

Keberhasilan kegiatan administrasi dan manajemen dalam melaksanakan fungsinya pada suatu perusahaan, sangat ditentukan oleh kemampuan manajer dalam menciptakan suatu struktur organisasi yang baik yang misinya untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan perusahaan.

Dalam mencapai tujuannya PT. Tirta Sibayakindo menggunakan bentuk organisasi garis, staf dan fungsional.

a. Hubungan struktur organisasi garis ditunjukkan dengan adanya spesialisasi tugas setiap unit organisasi (departemen) sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dapat langsung dilimpahkan kepada bawahan yang menangani pekerjaan tersebut, hal ini dapat dilihat dari pelimpahan wewenang dari Kepala Bagian Produksi dapat melimpahkan tugasnya ke Supervisor/Kasi Produksi sesuai dengan spesialisasi tugasnya yang merupakan tanggungjawab bawahannya;


(26)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.

USU Repository © 2009

b. Hubungan struktur organisasi staf ditunjukkan dengan adanya internal audit yang bertugas untuk membantu pimpinan dalam perencanaan dan pengawasan tetapi tidak berhak memberi perintah, hal ini dapat dilihat dari adanya pengawasan dari koordinator sistem dan pengembangan mutu terhadap setiap departemen dan bertanggung jawab kepada kepala pabrik. c. Hubungan struktur fungsional ditunjukkan dengan adanya pembagian

departemen berdasarkan fungsinya. Misalnya, departemen umum/personalia, departemen teknik, departemen keuangan, dan departemen produksi dimana setiap departemen dapat berhubungan antara satu dengan yang lain walaupun mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dalam organisasi ini ada dua kelompok orang-orang yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi yaitu:

a. Orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka

pencapaian tujuan yang digambarkan dengan garis

b. Orang yang melakukan tugasnya berdasarkan keahlian yang dimilikinya, orang ini berfungsi hanya untuk memberikan saran-saran kepada unit operasional, orang tersebut disebut staf. Struktur organisasi PT. Tirta Sibayakindo dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(27)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008.


(28)

Dumian Darmayanti Nababan : Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo, 2008. USU Repository © 2009

Kepala Pabrik

Koordinator Sistem

Kabag. Personalia &

Umum Kabag Teknik Kabag. K3L

Kabag Produksi

Kabag QC Lab

Kabag G.Distribusi

Kabag G. Logistik

Kabag Keuangan

Kasi Pelatihan Kasi Teknik

Kasi P. Kemasan

Kasi Produksi Air

Kasi QC.Lab.

Kasi G. Distribusi

Kasi G. Logistik

Sumber PT. Tirta Sibayakindo

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Tirta Sibayakindo Keterangan :

: Garis Struktural : Garis Fungsional


(29)

2.4. Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada pada PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut:

1. Kepala Pabrik

Bertanggung jawab kepada : VP Industrial

Kepala pabrik sebagai pimpinan tertinggi di dalam perusahaan, mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi secara umum

b. Menentukan garis besar kebijaksanaan umum dan program kerja perusahaan

c. Menyebarkan dan menerapkan kebijaksanaan serta mengawasi

pelaksanaannya secara keseluruhan

d. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas tiap kepala bagian dan menjalin hubungan kerja dengan baik.

e. Bertanggung jawab kepada pimpinan pusat melalui VP. Industrial dalam mencapai target perusahaan.

f. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi dan menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan produksi agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.

2. Koordinator Sistem dan Pengembangan Mutu.

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Mengkoordinir serta memastikan kegiatan pengembangan sistem mutu perusahaan berjalan dengan baik


(30)

b. Bertanggung jawab atas validitas standart operasional dan implementasi sistem mutu perusahaan.

3. Kepala Bagian Personalia dan Umum

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Mengatur sistem pendidikan dan latihan kerja tenaga kerja

b. Menampung tugas dan tanggung jawab atau mendelegasikan wewenang kepada bawahan.

c. Bertanggung jawab dalam bidang rekruitmen, PHK, dispensasi, cuti, dan lainnya yang berhubungan dengan tenaga kerja.

d. Menjamin terlaksananya ketetapan dan peraturan perusahaan tentang tenaga kerja

e. Memperhatikan kesejahteraan, kesehatan dan ketertiban karyawan

f. Mewakili perusahaan yang berkaitan dengan usaha dengan pihak luar atau pemerintah

g. Membina hubungan kemasyarakatan dengan pihak luar yang berkaitan dengan kegiatan usaha

4. Kepala Bagian Teknik

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Memperhitungkan dan merencanakan kebutuhan sparepart beserta

anggarannya untuk peralatan produksi air dan kemasan

b. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional bagian produksi kemasan


(31)

c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi dan menjadwalkan pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan seluruh peralatan produksi

d. Merencanakan perubahan sistem operasional mesin-mesin guna

meningkatkan efesiensi.

5. Kepala Bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan program keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan pada perusahaan

b. Membina karyawan dan tenaga kerja agar dapat menerapkan program keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan

c. Menganalisa cara-cara dan perlatan yang digunakan agar sesuai dengan program keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan

d. Membuat laporan mengenai keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan perusahaan

e. Mengupayakan agar keselamatan kesehatan kerja dan lingkunagn dapat ditingkatkan di perusahaan

6. Kepala Bagian Produksi

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan kelancaran operasional produksi air

b. Merencanakan dan mengatur produksi air agar sesuai dengan spesifikasi yang telah diberikan


(32)

c. Membuat laporan tentang rencana dan hasil produksi air

d. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi air untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan

e. Mengkoordinir tenaga kerja bagian produksi air dan mengatur penenpatan tenaga kerja

f. Menjalin hubungan dengan departemen lain untuk kelancaran proses produksi air

7. Kepala Bagian Laboratorium Quality Control

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Memeriksa dan menguji hasil produksi agar mutu yang ditetapkan dapat dipenuhi

b. Menkoordinir kegiatan laboratorium, bertanggung jawab atas

pengembangan dan kelangsungan kegiatan laboratorium

8. Kepala Bagian Gudang Distribusi

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Mengkoordinasikan serta mengawasi seluruh kegiatan bongkar muat dan pengiriman barang keluar perusahaan

b. Menerima hasil produksi dari departemen produksi dan membuat berita acara yang sah

c. Mengeluarkan barang jadi sesuai dengan nota permintaan

d. Menerima barang return dari konsumen dan membuat laporannya.

e. Mementukan barang yang akan dibeli dan membuat persediaan sesuai dengan pemakaian yang akan digunakan


(33)

f. Membuat tugas kepada bawahannya tentang pekerjaan yang akan dilakukan oleh bagian gudang distribusi

9. Kepala Bagian Logistik dan Gudang Bahan

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik

a. Bertanggung jawab atas seluruh pengadaan bahan-bahan yang diperlukan yang menyangkut produksi maupun peralatan administrasi kantor

b. Menentukan jenis dan jumlah barang yang harus dibeli untuk persediaan c. Memeriksa barang yang dibeli apakah sesuai dengan spesifikasi dan

menjaga barang tesebut digudang

d. Menganalisa keadaan persediaan untuk menentukan jumlah persediaan yang optimal dengan memperhatikan jumlah persediaan yang minimum, jumlah pesanan yang ekonomis

e. Meninjau serta memilih perusahaan yang dapat memenuhi persyratan sebagai supplier

f. Membuat laporan tentang penerimaan dan pengeluaran serta keadaan pada waktu tertentu

10. Kepala Bagian Keuangan

Bertanggung jawab kepada : Kepala Pabrik a. Membuat laporan keuangan secara periodek

b. Melakukan pengawasan atas data keuangan perusahaan c. Mengelola sumber-sumber keuangan yang ada dengan efektif d. Menyalurkan dana keseluruh unit kerja yang ada dalam perusahaan e. Merencanakan penggunaan dana perusahaan


(34)

11. Kepala Seksi Pelatihan

a. Mengatur sitem pelatihan terhadap tenaga kerja b. Melaksanakan pelatihan peda tenaga kerja

12. Kepala Seksi Teknik

a. Membuat laporan kepada bagian teknik mengenai keadaan bagian teknik secara keseluruhan

b. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaan peralatan produksi c. Memeriksa dan mengawasi permintaan sparepart untuk peralatan produksi

13. Kepala Seksi Produksi Air

a. Melaksanakan pekerjaan pada produksi air dengan benar

b. Memberi laporan secara periodik kepada kepala bagian produksi mengenai kegiatan pada produksi air

c. Bekerjasama dengan bagian teknik dalam kegiatan pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin produksi air

14. Kepala Seksi Produksi Kemasan

a. Melaksanakan pekerjaan pada produksi kemasan dengan benar

b. Memberi laporan secara periodik kepada kepala bagian produksi mengenai kegiatan pada produksi kemasan.

c. Bekerjasama dengan bagian teknik dalam kegiatan pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin produksi kemasan

d. Bekerjasama dengan bagian gudang logistik untuk menentukan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk produksi kemasan


(35)

e. Bekerjasama dengan bagian produksi air untuk menentukan jumlah kemasan yang harus diproduksi sesuai dengan volume produksi air

15. Kepala Seksi Quality Control Laboratorium

a. Menganalisa return hasil produksi

b. Membuat laporan tentang hasil pengujian mutu produksi

c. Mengawasi dan memeriksa kondisi air pada sumber mata air, kondisi air pada bagian water treatment dan hasil produksi

d. Menganalisa bahan kimia yang digunakan seperti: polibrite dan HCl

16. Kepala Seksi Gudang Distribusi

a. Menerima hasil produksi barang jadi atau mengeluarkan barang jadi sesuai dengan nota permintaan

b. Mencatat kartu stock penerimaan dan mengeluarkan barang jadi sesuai dengan keadaan fisik

c. Menyiapkan nota pengeluaran barang jadi dan kemudian disampaikan kepada kepala gudang distribusi untuk diketahui penerimaan dan pengeluaran barang jadi.

d. Membuat laporan administrasi yang diatur oleh kepala bagian gudang distribusi.

17. Kepala Seksi Gudang Logistik

a. Memeriksa dan menerima barang dari supplier sesuai dengan bukti penerimaan barang

b. Mengeluarkan barang yang diminta dari bagian produksi dan bagian lainnya


(36)

c. Mengadakan pengawasan atas persediaan barang yang ada di gudang dan memperhitungkan kebutuhan yang akan dating

d. Membuat laporan administrasi gudang logistik secara periodik

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Tirta Sibayakindo terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang telah lolos training. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang belum lolos training.

Perincian jumlah tenaga kerja di PT. Tirta Sibayakindo dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Perincian Jumlah Tenaga kerja di PT. Tirta Sibayakindo

No Departemen/jabatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 Kepala Pabrik

Koordinator pengembangan Mutu Kepala bagian personalia dan Umum

Karyawan/Tenaga kerja Kepala Bagian Teknik

Karyawan/Tenaga kerja

Kepala Bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Karyawan/Tenaga kerja 1 1 1 42 1 18 1 2 1


(37)

7 8 9 10 11 12

Kepala Bagian PRoduksi Karyawan/Tenaga kerja

Kepala Bagian Quality Control Laboratorium Karyawan/Tenaga kerja

Kepala Bagian Distribusi Karyawan/Tenaga kerja

Kepala Bagian Gudang Logistik dan Bahan Karyawan/Tenaga kerja

Kepala Bagian Keuangan Karyawan/Tenaga kerja Office Boy dan rumah tangga Satpam 240 1 158 1 35 1 20 1 1 2 8

Jumlah 538

Sumber : PT. Tirta Sibayakindo

2.3.2. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. Tirta Sibayakindo dibagi dalam 3 kelompok yaitu tenaga kerja non shift, tenaga kerja shift dan tenaga kerja day off.

1. Sistem Non Shift

Sistem non shift berlaku bagi tenaga kerja di bagian staf dan administrasi kantor dengan jam kerja sebagai berikut :


(38)

• Hari Senin sampai hari Kamis − Pukul 08.00 – 12.00 (kerja aktif) − Pukul 12.00 – 13.00 (istirahat/makan) − Pukul 13.00 – 16.00 (kerja aktif) • Hari Jumat

− Pukul 08.00 – 12.00 (kerja aktif)

− Pukul 12.00 – 14.00 (istirahat, makan siang dan ibadah) − Pukul 13.00 – 16.00 (kerja aktif)

• Hari Sabtu

− Pukul 08.00 – 13.00 (kerja aktif)

2. Sistem shift

Sistem shift berlaku bagi tenaga kerja di bagian produksi. Sistem shift ini terdiri dari 3 shift dengan jam kerja sebagai berikut :

• Shift I

− Pukul 08.00 – 12.00 (kerja aktif) − Pukul 12.00 – 13.00 (istirahat/makan) − Pukul 13.00 – 16.00 (kerja aktif) • Shift II

− Pukul 16.00 – 19.00 (kerja aktif) − Pukul 19.00 – 20.00 (istirahat/makan) − Pukul 20.00 – 24.00 (kerja aktif) • Shift III


(39)

− Pukul 24.00 – 03.00 (kerja aktif) − Pukul 03.00 – 04.00 (istirahat/makan) − Pukul 04.00 – 08.00 (kerja aktif) Penggantian shift adalah sekali seminggu.

3. Sistem Day Off

Sistem day off ini berlaku bagi keamanan/satpam. Sistem ini diberlakukan 2 hari shift I, 2 hari shift II, 2 hari shift III dan 2 hari off. Jam kerjanya adalah sebagai berikut :

− Shift I : Pukul 08.00 – 16.00 − Shift II : Pukul 16.00 – 24.00 − Shift III : Pukul 24.00 – 08.00

2.3.3.3. Kerja Perusahaan

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunaka

Sistem pengupahan di PT. Tirta Sibayakindo adalah berdasarkan bulanan. Bila ada lembur pada hari libur keagamaan, upah langsung dibayar setelah selesai bekerja.

Untuk mendorong karyawan dalam bekerja, PT. Tirta Sibayakindo memberikan gaji setiap bulannya kepada karyawan ditambah dengan jaminan sosial dan tunjangan lainnya berupa :

- Fasilitas pengobatan

- Bonus

- Uang transportasi - Rekreasi


(40)

- Uang makan

- Asuransi keselamatan kerja - Tunjangan hari raya

- Asuransi kematian - Tunjangan perkawinan

- Tunjangan kacamata/penggantian gigi

2.4. Proses Produksi

Proses produksi adalah teknik atau metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa sehingga nilainya bertambah dengan menggunakan sumber-sumber daya (resource) yang tersedia, antara lain: tenaga kerja, mesin, bahan baku, modal, metode, energi dan lainnya.

PT. Tirta Sibayakindo adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dan sekaligus memproduksi botol kemasan air minum untuk kemasan 240 ml, 600 ml dan 1500 ml, dan tutup ulir untuk cap kemasan 600 ml dan 1500 ml.

2.4.1. Bahan

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan ikut dalam produksi. PT. Tirta Sibayakindo dalam


(41)

yang mengalir sendiri (mountain spring water) yang berada di area pabrik di desa Doulu II Berastagi.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi sehingga dapat meningkatkan mutu produk menjadi lebih baik. Bahan penolong yang digunakan PT. Tirta Sibayakindo untuk memproduksi air minum adalah sebagai berikut:

Catridge Filter 5µ

Catridge Filter yang berfungsi untuk memfilterisasi mikro organisme

yang berukuran diatas 5 µ. • Catridge Filter 1µ

Catridge Filter yang berfungsi untuk memfilterisasi mikro organisme

yang berukuran diatas 1 µ.

• Ozon

Ozon (O3) berfungsi untuk membunuh bakteri- bakteri yang berukuran kurang dari 1 µ.

• Kemasan

Kemasan air minum yang diproduksi oleh PT.Tirta Sibayakindo terdiri dari 4 jenis yaitu: kemasan untuk kapasitas 240 ml adalah cup gelas plastik yang terbuat dari Poly Propylene (PP) dan regrind PP, kemasan untuk kapasitas 600 ml/1500 ml adalah botol plastik yang terbuat dari Polyethylene Thereftalate (PET) dan regrind


(42)

PET, dan untuk kemasan kapasitas galon terbuat dari Poly Carbonat (PC), dan diproduksi di luar PT. Tirta Sibayakindo.

• Penutup kemasan

Penutup kemasan digunakan untuk menutup kemasan. Penutup kemasan untuk kemasan 240 ml adalah plastik yang disebut lid yang telah tercetak label perusahaan, dan diproduksi di luar PT. Tirta Sibayakindo. Untuk kemasan 600 ml/1500 ml berbentuk tutup ulir yang terbuat dari High Density Poly Ethylene (HDPE) dan Sanylene Blue.

• Stempel Kode Produksi

Stempel kode produksi digunakan untuk membubuhi kode produksi, tanggal, bulan masa kadaluarsa, jam produksi, shift dan group yang lagi bertugas. Untuk kemasan 240 ml kode produksinya terletak pada dasar cup dan kemasan 600 ml, 1500 ml dan kemasan galon kode produksinya terletak pada botol kemasan.

Capseal

Capseal digunakan untuk menutupi tutup kemasan. Capseal ini

terbuat dari plastik dan digunakan untuk kemasan 600 ml, 1500 ml dan kemasan galon.

• Label

Label berfungsi untuk menunjukkan merk produksi. Label ini terbuat dari plastik. Label dilingkarkan pada botol kemasan untuk kemasan 600 ml dan 1500 ml, untuk kemasan galon, label diletakkan pada botol galon, sedangkan untuk kemasan 240 ml merk tersebut terletak pada lid.


(43)

• Karton Box

Karton box dipakai pada kemasan 240 ml, 600 ml dan 1500 ml. Kotak karton ini berfungsi untuk mempermudah pengiriman produk tersebut. Karton box ini terbuat dari karton dan pada karton tersebut sudah tertera logo perusahaan, kode produksi, jenis kemasan dan jumlah produk.

• Krat

Krat digunakan untuk kemasan galon. • Karton Seal

Karton seal digunakan untuk perekat karton box yang telah diisi dengan produk air minum dalam kemasan (AMDK).

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk 2.4.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi untuk memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah sebagai berikut:

1. Proses Pembuatan Tutup Ulir

Tutup ulir yang digunakan sebagai penutup kemasan 600 ml dan 1500 ml. Bahan pembuatan tutup ulir adalah High Density Polylene Ethylene (HDPE) dan

Sanylene Blue dengan perbandingan campuran 100 : 1. Untuk sekali proses

pembuatan digunakan 25 kg HDPE dan 2,5 ons Sanylene Blue. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:

Kedua bahan dicampur dengan mesin campur, setelah kedua bahan tercampur maka bahan disedot dengan mesin vakum ke dalam mesin pembuatan tutup ulir


(44)

(Injection Molding). Bahan dipanaskan dengan suhu berkisar 190°C - 200°C. Setelah itu bahan dilebur dan pencetakan tutup ulir. Suhu yang dipakai untuk pencetakan tutup ulir adalah berkisar 290°C - 299°C. Setelah tutup ulir terbentuk, maka tutup ulir dikeluarkan secara otomatis dari mesin pencetakan tutup ulir dimasukkan ke dalam kantong plastik sekaligus pemeriksaan apakah tutup ulir bagus atau tidak. Selanjutnya tutup ulir disimpan dalam penyimpanan tutup ulir sebelum dibawa ke ruang pengisian.

HDPE dan

sanylene Blue Mixing Drying

Heating Injection Moulding

Ejection

Tutup rusak Tutup baik

Packing Tutup

Gudang Tutup Gudang Tutup


(45)

2. Proses Pembuatan Botol Kemasan 600 ml / 1500 ml

Bahan untuk pembuatan botol kemasan adalah Polyethylene Thereftalate (PET) dan regrind PET. Kedua bahan dicampur dengan mesin pencampur, kemudian bahan dialirkan ke mesin pembuatan botol kemasan (Strech Blow

Molding Machine). Bahan dipanaskan dengan suhu 160°C. Bahan yang sudah dipanaskan selanjutnya dicairkan dengan suhu ± 285°C lalu diinjection ke pencetakan botol. Botol lalu diturunkan dari mesin pembuatan botol sekaligus proses pendinginan botol. Untuk botol kemasan 600 ml yang in line process sesudah pendinginan botol akan langsung berada pada conveyor yang akan langsung divisualisasi oleh Visual Control. Botol yang reject akan dikeluarkan dari conveyor. Selanjutnya botol akan dibawa ke ruang infeed dengan conveyor. Untuk kemasan yang bukan in line process sesudah pendinginan botol akan divisualisasikan oleh Visual Control. Selanjutnya botol kemasan akan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan dalam gudang penyimpanan botol/ruang


(46)

PET dan Resin

PET Mixing Drying

Heating

Injection Moulding

Ejection

Preform Botol Reject

Mesin Regrind

Regrind Preform Baik P Baik

Melting

Cooling

P. Reject Gumpalan

Gudang Reject

Botol Baik

Storage Botol

Gambar II.2. Alur Proses Pembuatan Botol Kemasan

3. Proses Pembuatan Cup Kemasan 240 ml

- Mesin Sheet OMV

Bahan yang digunakan adalah Poly Propylene (PP) dan regrind PP. Kedua bahan dicampur dengan mesin pencampur, kemudian bahan dialirkan ke mesin pembuatan sheet (Thermosheet). Bahan dipanaskan dan dibentuk di calender


(47)

dengan suhu berkisar 220°C - 230°C hasilnya baru berbentuk lembaran sheet. Sheet yang berbentuk selanjutnya didinginkan dengan suhu berkisar 30°C - 35°C. Sheet tersebut akan dipotong pada sisi pinggir dan dilakukan penggulungan. Gulungan sheet disimpan dalam gudang sheet.

- Thermoforming

Sheet dibawa dari gudang penyimpanan ke dalam mesin Thermoforming. Sheet tersebut dipanaskan dengan suhu berkisar 237°C - 465°C. Selanjutnya sheet tersebut diproses menjadi cup. Cup – cup tersebut akan diperiksa secara manual oleh Visual Control. Selanjutnya cup dibawa ke ruang pengepakan cup. Cup dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan dalam gudang cup.


(48)

Gudang PP Regrind PP Mixing

Heating

Filter Die Calender Extruction

Pot. Samping Gumpalan Sheet Baik

Mesin Regrind

Regrind Reject Regrind Baik

Gudang Sheet

Gudang Reject


(49)

Gudang Sheet Gudang Sheet

Heating

Cutting Ejection Forming

Cup Baik Cup Reject

Afval

Mesin Regrind

Regrind Reject Regrind Baik

Gudang Reject

Gambar II.4. Alur Proses Produksi Cup

4. Proses Water Treatment

Proses water treatment adalah proses yang bertujuan untuk menyaring dan mensterilkan bahan baku sehingga menjadi air minum yang siap diminum dan mengandung mineral yang tinggi. Proses water treatment adalah sebagai berikut: • Storage Tank I

Air dari sumber mata air dipompakan Storage Tank I yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara. Air dari Storage Tank I dialirkan ke


(50)

Proses penyaringan di Catridge Filter 5 µ

Air dari Storage Tank I disaring. Catridge Filter dilengkapi dengan 12 buah filter yang berukuran 5 µ. Sehingga bakteri-bakteri yang berukuran ≥ 5 µ tidak akan lolos dari saringan tersebut.

Storage Tank II

Air dari Catridge Filter 5 µ dipompakan Storage Tank II yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara. Air dari Storage Tank II dialirkan ke

Catridge Filter 1 µ dan Storage Tank III .

Storage Tank III

Air dari Storage Tank II dipompakan Storage Tank III yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara. Air dari Storage Tank III digunakan untuk Boiler, Washer I, dan Washer II.

Proses Penyaringan di Catridge Filter 1 µ

Air dari Storage Tank II disaring. Catridge Filter dilengkapi dengan 12 buah filter yang berukuran 1 µ, sehingga bakteri-bakteri yang berukuran ≥ 1 µ tidak akan lolos dari saringan tersebut.

• Proses Ozonisasi

Air yang berasal dari Catridge Filter 1 µ dialirkan ke Finish Tank I. Sebelum sampai ke Finish Tank I terjadi proses ozonisasi yaitu proses pembunuhan bakteri-bakteri yang lolos dari Catridge Filter yang dilakukan oleh O3 yang dihasilkan generator ozon dengan mengubah O2 yang diperoleh dari udara bebas menjadi O3. Pada saat mengalirkan air ke Finish Tank I terjadi proses mixing yaitu pencampuran O3 dengan air supaya homogen.


(51)

Finish Tank I

Finish Tank I sebagai tempat penampungan air. Air dari Finish Tank I akan

dialirkan ke Finish Tank II. Finish Tank II

Finish Tank II berfungsi sebagai tempat penampungan air yang akan dilairkan

ke ruang pengisian (Filler) masing-masing kemasan.

5. Proses Pengisian dan Pengemasan Air Minum Pada Kemasan 240 ml

Proses pengisian air pada kemasan 240 ml dilakukan di ruangan yang steril dengan suhu berkisar 20 oC – 25 oC. Proses pengisian dilakukan dengan menggunakan mesin otomatis disebut Sunny. Ruangan pengisian terdiri dari mesin pengisi (Filler) yang dilengkapi dengan dispenser line, dan nozzle, mesin UV Aquafine untuk penyinaran ultraviolet, supply cup, pemanasan/perekatan/heating dan pemotongan lid/cutting.

Proses pengisisan dan pengemasannya adalah sebagai berikut:

Cup-cup dari ruang infeed masuk ke dalam dispenser line yang terdiri dari 8 line. Setiap line terdiri dari 50 cup. Secara otomatis 8 cup terdorong dan langsung diisi oleh air dari Filler. Sebelum air sampai dari tank Filler, air disinari ultraviolet untuk menghilangkan ozon dalam air sehingga air tersebut dapat langsung diminum. Cup yang telah terisi oleh air bergerak ke pemasangan lid, kemudian pemanasan serta perekatan lid dan kemudian ke pemotongan lid.

Cup dibawa keluar dari ruangan Filler dengan conveyor masuk ke ruangan


(52)

dengan manual oleh seorang operator dengan bantuan lampu 160 watt. Cup yang lolos seleksi bergerak ke Video Jet untuk memberi kode produksi. Setelah itu produk bergerak ke bagian pengepakan. Pengepakan dilakukan secara manual. Produk dimasukkan ke dalam karton box yang terdiri dari 48 cup/box. Selanjutnya karton box akan diberi stempel kode produksi dengan stempel manual (biasa) oleh pelaksana packing dan proses pengisolasian karton box dan dilakukan dengan mesin carton seal. Kotak disusun diatas pallet sebanyak 84 kotak/pallet. Selanjutnya produk diangkat ke gudang produk jadi jadi/truck pengangkut dengan forklift.

6. Proses Pengisian dan Pengemasan Air Minum Pada Kemasan 600 ml dan 1500 ml

Proses pengisian pada kemasan 600 ml dan 1500 ml dilakukan pada ruangan yang steril dengan suhu berkisar 20 oC – 25 oC. Pengisian untuk masing-masing kemasan ini dilakukan pada ruangan yang berbeda namun prosesnya sama. Proses pengisisan air dilakukan dengan menggunakan mesin otomatis dan kapasitas air yang keluar dapat distel. Mesin pengisian air adalah Monoblock

Vacuum Filler. Dalam ruang pengisian (Filler) terdapat mesin pengisisan yang

dilengkapi dengan recovery tank sebagai penampungan air dari Finish Tank II, nozzle sebagai saluran pengisisan air ke dalam botol kemasan dan support bottle sebagai tempat berdirinya botol pada saat diisi.


(53)

Botol k emasan disusun di conveyor di ruang infeed dan dibawa ke ruang pengisian. Tutup ulir dibawa ke ruang pengisian dan dimasukkan ke dalam

storage cap.

Botol kemasan di conveyor akan diarahkan ke bottle support dan botol secara otomatis diisi oleh nozzle. Botol-botol yang telah diisi air bergerak menuju mesin cap/capper. Botol akan diberi tutup ulir dan ditekan.

Botol-botol kemasan keluar dari ruang pengisian dan masuk ke dalam ruangan Visual Control dengan conveyor. Di ruangan Visual Control seorang

Visual Control akan memeriksa kualitas produk dengan bantuan Lampu 160 watt.

Botol kemasan yang lolos seleksi keluar dari ruangan Visual Control langsung diberi kode produksi dengan Video Jet pada botol kemasan. Selanjutnya pemberian capseal pada tutup kemasan (tutup ulir), pemberian label pada badan botol kemasan, dan perbaikan posisi label dan ketiga kegiatan ini dilakukan oleh pelaksana label/capseal secara manual. Kemudian botol kemasan akan masuk ke dalam mesin Shrink Tunel untuk memanaskan dan merekatkan capseal dan label. Suhu yang digunakan dalam mesin Shrink Tunel adalah 180 oC – 250 oC.

Botol kemasan (produk) keluar dari mesin Shrink Tunel dan langsung dilakukan pengepakan. Produk dimasukkan ke dalam kotak karton yang terdiri dari 24 botol untuk kemasan 600 ml dan 12 botol untuk kemasan 1500 ml. Selanjutnya karton box akan diberi stempel kode produksi dengan video zet di bagian packing dan proses pengisolasian karton box dilakukan dengan mesin


(54)

untuk kemasan 600 ml dan 70 kotak/pallet untuk kemasan 1500 ml. Selanjutnya diangkat ke gudang produk jadi/truck pengangkut dengan forklift.

7. Proses Pengisian dan Pengemasan Air minum pada Kemasan Galon

- Proses Pencucian Botol

Botol-botol untuk kemasan galon diperoleh dari konsumen yang telah menjadi pelanggan. Botol-botol tersebut diseleksi untuk menghindari pemakaian botol yang rusak dan menentukan apakah botol tersebut dapat langsung dicuci dangan mesin pencuci botol (Washer Machine) II atau terlebih dahulu dicuci secara manual dilanjutkan dengan mesin pencuci botol I dan akhirnya dicuci dengan mesin pencuci botol II. Pencucian botol secara manual dilakukan karena pada botol ditemukan lumut dan jenis kotoran yang dianggap tidak lepas dari mesin pencuci.

- Proses pencucian botol adalah sebagai berikut:

Botol-botol yang lolos seleksi pada pemeriksaan dibawa ke mesin pencuci botol II dengan conveyor. Mesin pencuci botol ini akan bekerja secara otomatis dan botol yang dicuci sekali cuci adalah 3 buah,. Air untuk pencucian botol ini berasal dari Storage Tank III. Pencucian botol dilakukan dengan 3 tahap. Tahap pertama, botol dicuci dengan detergen polibrite yang akan membersihkan kotoran-kotoran berupa debu dan membunuh bakteri-bakteri yang ada pada botol. Suhu yang digunakan untuk pencucian ini adalah 65 oC – 80 oC. Pencucian pada tahap ini dilakukan dengan sirkulasi air dan air diganti setiap 4 jam. Tahap kedua, proses pembilasan awal (pre rinse)


(55)

dilakukan dengan sirkulasi air dan penggantian airnya adalah setiap 4 jam sekali. Tahap ketiga adalah pembilasan akhir (final rinse) dan air yang digunakan adalah air ozon dan sekali cuci langsung dibuang. Banyaknya botol sekali cuci dalam mesin pencuci botol II ini adalah 3 buah.Selanjutnya proses pengeringan botol. Botol yang sudah kering dibawa ke ruang pengisian kemasan galon dengan conveyor.

Untuk pencucian botol yang berlumut terlebih dahulu dibersihkan dengan cara manual menggunakan brush dan HCl 3%. Setelah botol-botol di brush maka botol dibawa kemesin pencuci botol I. Proses pencucian botol pada mesin itu juga terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama botol di bersihkan dengan larutan HCl dan menggunakan sirkulasi air dari Storage Tank III. Tahap kedua yaitu pembilasan awal juga dengan sirkulasi air. Tahap ketiga yaitu pembilasan akhir dengan penggunaan air sekali pakai langsung dibuang. Banyaknya botol sekali cuci dalam mesin pencuci botol I adalah 3 buah. Selanjutnya botol-botol dibawa ke mesin pencuci botol-botol II dan dilakukan pencucian kembali. - Proses Pengisian Air

Botol yang telah dibersihkan dengan mesin pencuci botol akan dibawa keruang pengisian kemasan galon dengan conveyor. Botol yang sampai di mesin pengisian akan diisi secara otomatis. Banyaknya botol untuk sekali isi adalah 4 buah. Dalam ruangan Filler (pengisian) ini terdiri dari mesin Filler dan mesin Storage cap. Botol yang telah diisi akan dibawa kemesin peletakan

cap (storage cap) dan secara otomatis cap akan diletakkan pada botol dan


(56)

Botol-botol kemasan keluar dari ruang pengisian dan masuk ke dalam ruang

Visual Control dengan conveyor. Di ruangan Visual Control seorang Visual Control akan memeriksa kualitas produk dengan bantuan lampu 160 watt.

Botol kemasan yang lolos seleksi selanjutnya dibeli capseal pada cap secara manual oleh Visual Control. Kemudian botol kemasan akan masuk ke dalam mesin Shrink Tunel untuk memanaskan dan merekatkan capseal. Suhu yang digunakan dalam mesin Shrink Tunel adalah 180 oC –250 o C. Botol akan keluar dari ruang dengan conveyor dan langsung diberi kode produksi oleh

Video Jet. Selanjutnya setiap botol akan dimasukkan ke dalam krat/pallet

sebanyak 48 botol/pallet. Selanjutnya produk diangkat ke gudang produk jadi/truck pengangkutan dengan forklift.

2.4.4. Mesin dan Peralatan a. Mesin Produksi

Mesin produksi pada PT. Tirta sibayakindo adalah sebagai berikut: 1. Pompa Mata Air

Merk : LOWARA

Buatan Tahun : Italy/1990

Type : LTF-40-160/166

Nomor Seri : 048030

Spesifikasi : 220 V, 500 VA, 50 Hz, 1 phase dan cos ϕ = 0,8

Daya : 2910 Rpm

Fungsi : Untuk memompakan air dari sumber mata air ke water treatment


(57)

2. Catridge Filter

Merk : PALL

Buatan/Tahun : New York/1992

Type : E.781525

Nomor Seri : 61729

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Mesin untuk menyaring bakteri yang berukuran

mikron 3. Generator Ozon

Merk : BENCKISER

Buatan/Tahun : Jerman/1991

Type : HF W 45 DR

Nomor Seri : 21554

Spesifikasi : 220 V, 1 KVA, 50 Hz, 1 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk merubah O2 menjadi O3

4. Pompa Soft Water

Merk : LOWARA

Buatan/Tahun : Italy/1990

Type : HTF 25-125/136

Nomor Seri : 21534

Spesifikasi : 220 V, 500 VA, 50 Hz, 1 phase dan cos ϕ = 0,8


(58)

Fungsi : Untuk memompa air dari Storage Tank II ke

Storage

Tank III

5. Thermosheet

Merk : OMV D-60

Buatan/Tahun : Italy/1992

Type : D.60-V

Nomor Seri : 16.4.1.000.0.000.0

Spesifikasi : 380 V, 30, 4 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk memproduksi lembaran plastik

(sheet)

6. Thermoforming

Merk : OMV F-25

Buatan/Tahun : Italy/1992

Type : F.25-3N

Nomor Seri : 16.4.1.000.0.000.0

Spesifikasi : 380 V, 32, 22 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit


(59)

7. Thermo Regulator

Merk : OMV

Buatan/Tahun : Italy/1992

Type : T3A/6, T3A/18

Spesifikasi : 380 V, 6,69 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk pengatur panas Calender

8. Injection Molding

Merk : ARBURG

Buatan/Tahun : Jerman/1996

Type : 420 C 1000-250

Nomor Seri : 166736

Spesifikasi : 400/650 V, 64,48 KVA, 50 Hz, 3 phase, cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk pencetakan tutup ulir

9. Mesin Filler 240 ml

Merk : SUNNY

Buatan/Tahun : Jepang/1986

Type : S-3000

Nomor Seri : 1731

Kapasitas : 11.000 cup per jam


(60)

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk pengisi air pada kemasan 240 ml

10. UV. Aquafine 240 ml

Merk : VALENSIA

Buatan/Tahun : USA/-

Type : C SL 4 R

Nomor Seri : I094008

Spesifikasi : 220 V, 1 KVA, 50 Hz, 1 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai penghasil sinar Ultra Violet sehingga ozon yang ada dalam air terurai

11. Motor Conveyor Filler 240 ml

Merk : PINO

Buatan/Tahun : Czech Republik/-

Type : P3-70

Nomor Seri : 2931123 S

Spesifikasi : 380 V, 1,5 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai penggerak conveyer mulai dari ruang

infeed


(61)

12.Strech Blow Moulding Machine

• Merk : NISSEI

Buatan/Tahun : Jepang/1995

Type : ASB

Nomor Seri : 169A5364

Spesifikasi : 380 V, 54,11 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 3400 botol/jam

Fungsi : Mesin produksi botol kamasan 600 ml.

• Merk : NISSEI

Buatan/Tahun : Jepang/1997

Type : ASB.PB.170/110

Nomor Seri : 17903044

Spesifikasi : 380 V, 31,61 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 5600 botol/jam

Fungsi : Mesin produksi botol kamasan 600 ml.

13. Strech Blow Moulding Machine

Merk : NISSEI

Buatan/Tahun : Jepang/1995

Type : ASB PF 62B

Nomor Seri : 17903044


(62)

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 1550 botol/jam

Fungsi : Mesin produksi botol kamasan 1500 ml.

14. Mesin Filler 600 ml

Merk : CORTELAZZI

Buatan/Tahun : Italy/1996

Type : Monoblok Alfha 16-6

Nomor Seri : 655162

Spesifikasi : 380 V, 5,5 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 8100 botol/jam

Fungsi : Mesin untuk mengisi air ke dalam botol kemasan 600 ml

15. Mesin Filler 1500 ml

Merk : CORTELAZZI

Buatan/Tahun : Italy/1993

Type : Alfha 16-6

Nomor Seri : 9522452

Spesifikasi : 380 V, 5,5 KVA, 50 Hz, 3 phase dan cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 4500 botol/jam

Fungsi : Mesin untuk mengisi air ke dalam botol kemasan 1500 ml


(63)

16. Motor Hopper 600 ml

Merk : AROL

Buatan/Tahun : Italy/1996

Type : MT-4

Nomor Seri : 4303

Spesifikasi : 380 V, 2,5 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai peletak, penekan tutup ulir 17. Motor Hopper 1500 ml

Merk : SEIPEE

Buatan/Tahun : Italy/1993

Nomor Seri : 9522452

Spesifikasi : 380 V, 2,5 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai peletak, penekan tutup ulir pada kemasan 1500 ml

18. Motor Conveyor Filler 600 ml

Merk : BONFIGLIOLI

Buatan/Tahun : Italy/1996

Type : VF 86 AP 90 B 5

Nomor Seri : 201020241

Spesifikasi : 380 V, 1,5 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8


(64)

Fungsi : Mesin yang menggerakkan conveyer pada

kemasan 600 ml

19. Motor Conveyor Filler 1500 ml

Merk : MARELLI MOTORI

Buatan/Tahun : Italy/-

Type : RMT 85 P

Nomor Seri : 2101910931

Spesifikasi : 380 V, 1,5 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin yang menggerakkan conveyor

20. Mesin Washer

Buatan/Tahun : PMT Jakarta/1992

Type : Manual

Spesifikasi : 380 V, 21,28 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin pencuci botol kemasan galon

21.Pompa Detergent

Merk : LOWARA

Buatan/Tahun : Italy/1990

Type : HTF 25-125/136

Spesifikasi : 220 V, 500 KVA, 50 Hz, 1 phase cos ϕ = 0,8


(65)

Fungsi : Mesin yang berfungsi untuk memompakan

detergent

(polibrite) ke dalam mesin Washer 22. Pompa Pre Rinse/Final Rinse

Merk : LOWARA

Buatan/Tahun : Italy/1990

Type : HTF 40-125/166

Spesifikasi : 220 V, 500 KVA, 50 Hz, 1 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Mesin yang berfungsi untuk membiles botol dalam

mesin Washer 23. Mesin Filler Galon

Buatan/Tahun : PMT Jakarta/1992

Type : Semi Automatic

Kapasitas : 520 galon/jam

Spesifikasi : 380 V, 3,04 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk mengisi air ke dalam kemasan galon.

24. Motor Conveyor Filler 5 Galon

Buatan/Tahun : ABB MOTOR

Type : MT80 B 19-4

Nomor Seri : MK 110019-S


(66)

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mesin untuk menggerakkan conveyor kemasan

galon

25. Motor Hopper Galon

Buatan/Tahun : Indonesia/1992

Spesifikasi : 380 V, 2,5 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai mesin peletak dan penekan cap

26.Video Jet

Merk : VIDEO JET

Buatan/Tahun : USA/1996

Type : 37 e

Nomor Seri : E 396 K 160031

Spesifikasi : 220 V, 528 VA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 4 unit

Fungsi : Pemberi stempel kode produksi

27. Shrink Tunel

Merk : CORTELAZZI

Buatan/Tahun : Italy/1993

Nomor Seri : 655140

Spesifikasi : 220 V, 563 KVA, 50 Hz, 1 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 3 unit


(67)

28. Mesin Carton Seal

Merk : 3N-Matic

Buatan/Tahun : Jepang/1995

Type : 19200

Nomor Seri : 2091, 2649

Spesifikasi : 220 V, 264 KVA, 50 Hz, 1 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 3 unit

Fungsi : Mesin untuk mengisolasi kotak karton

29.Cooling Tower

Merk : LIANG CHI

Buatan/Tahun : Japan/1992

Type : LBC.100 RT

Spesifikasi : 380 V, 7,45 KVA, 50 Hz, 3 phase cos ϕ = 0,8

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Pendingin mesin

b. Peralatan (equipment)

1. Storage Tank

Buatan/Tahun : Indonesia/1989 Kapasitas : ± 2000 liter

Jumlah : 3 unit


(68)

2. Finish Tank I

Buatan/Tahun : Medan/1989

Kapasitas : 2000 liter

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai penampungan sementara

3. Finish Tank II

Buatan/Tahun : Medan/1989

Kapasitas : 2000 liter

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai tempat penampungan air sementara

4. Storage cap 600 ml

Merk : BORTOLINKEMO

Buatan/Tahun : Italy/1996

Type : ET

Nomor Seri : 294704

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Tempat menyimpan tutup ulir 600 ml

5. Storage cap 1500 ml

Merk : BORTOLINKEMO

Buatan/Tahun : Italy/1996

Type : ET

Nomor Seri : 294704


(69)

Fungsi : Tempat menyimpan tutup ulir 1500 ml

6. Forklift

Digunakan sebagai pengangkut prodak jadi ke gudang jadi atau langsung ke truk pengangkut

c. Utilitas

1. Unit Pembangkit Listrik

Sumber listrik yang digunakan pada PT. Tirta Sibayakindo terdiri dari 2 bagian yaitu :

1) Tenaga Listrik dari PLN

Tenaga ini digunakan untuk bagian produksi dan juga bagian utilitas seperti kantor dan lain-lain dengan besar 450 KVA.

2) Genset

PT. Tirta Sibayakindo memiliki generator yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik cadangan apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN.

Spesifikasi peralatan tersebut adalah:

Merk : CATER FILLAR

Model :SR A 50 Hz

Jumlah : 2 unit

Power : 400 Volt ± 20000 Watt

2. Compressor

Buatan/ Tahun : Jepang/1994

Type : 4 HA-4-B15-LT


(70)

Jumlah : 4 unit

Fungsi : Mendinginkan mesin- mesin produksi

3. Laboratorium

PT . Tirta Sibayakindo memiliki laboratorium yamg berfungsi untuk menganalisa mutu hasil produksi.

4. Meteran Produksi

Bahan/Tahun : PAM Meter Indonesia/ 1994

Kode : MP

Type : MP 80

No Seri : 5036227

Fungsi : Untuk mencatat jumlah air yang diambil dari

sumber mata air

d. Safety and Fire Protection

Untuk faktor keamanan PT . Tirta Sibayakindo mewajibkan karyawan untuk menggunakan :

1. Pakaian Steril

Untuk dapat memasuki ruangan Filler operator diwajibkan memakai pakaian steril

2. Sepatu

Yang berfungsi untuk menjaga agar ruangan tetap steril pada ruangan


(71)

3. Masker

Pelindung paru – paru dan saluran pernafasan dari ozon dan untuk menjaga agar ruangan tetap steril pada ruangan Filler.

4. Sarung tangan

Yang berfungsi untuk menjaga agar ruangan tetap steril pada ruangan

Filler.

PT. Tirta Sibayakindo dalam menghadapi kebakaran menyediakan pompa

hydrant di area – area kerja yang rentan terjadi kebakaran. Karyawan – karyawan

yang bekerja di area kerja tersebut juga diberi pelatihan agar dapat menggunakan alat tersebut, sehingga apabila terjadi kebakaran karyawan – karyawan yang telah dilatih tersebut dapat segera memadamkan api.

e. Waste Treatment

PT. Tirta Sibayakindo memiliki area limbah yang terletak di bagian belakang perusahaan. PT. Tirta Sibayakindo dalam proses produksinya memiliki 2 jenis limbah yaitu :

1. Air buangan sisa sanitasi.

Air buangan sisa sanitasi langsung dialirkan menuju instalasi pengelolaan air limbah. Selain itu termasuk juga limbah cair non B3

2. Limbah B3

Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak atau membahayakan lingkungan hidup,


(72)

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Limbah ini seperti sisa oli mesin, sisa plastik, dan kaleng oli ditampung di tempat penampungan sementara.


(73)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Mengukur Aktivitas Manusia

Mengukur aktivitas manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori.

Secara umum kriteria pengukuran aktivitas manusia dapat dibagi dalam dua kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional, yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:1

− Kriteria Fisiologis

Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang paling tepat berdasarkan kriteria fisiologis agak sulit, karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru,jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan, temperatur badan, banyaknya keringat dan komposisi kimia dalam urine dan darah. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan psikologis, tekanan oleh lingkungan atau oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut sama


(74)

pengaruhnya. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seorang meningkat, kita akan sulit menentukan,apakah meningkatnya ini disebabkan akibat kerja, atau akibat temperatur ruangan yang terlampau panas atau akibat rasa takut? Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerjanya harus ada dalam keadaan normal.

− Kriteria Operasional

Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur dan menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk: range (rentangan) gerakan; pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian.

Pengukuran aktivitas fisik berdasarkan kekuatan dan daya tahan pada hakekatnya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif lainnya, seperti: besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan kerja, cara dan sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olahraga, jenis kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi beban dan arah gerakan dari anggota tubuh.

1


(1)

Variabel kedua yang berpengaruh signifikan adalah berat beban, dengan F uji = 15,03. Pada pekerjaan ini berat beban sudah standar untuk setiap kotak 12,2 kg untuk kemasan 240 ml, 15,3 kg untuk kemasan 600 ml, dan 19 kg untuk kemasan 1500 ml dan tidak dapat dikurangi. Dalam satu shift kerja terdapat empat operator yang terbagi atas 2 operator pada pekerjaan pengepakan dan 2 operator untuk mengangkat dan menurunkan kotak ke atas papan pallet. Untuk meminimalkan kelelahan dapat dilakukan koordinasi kelompok kerja (lifting team) atau kerjasama yang seimbang antara kedua operator dengan bergantian meyusun kotak sehingga pekerjaan dapat selesai lebih cepat. Selain itu adanya desain kotak dengan disertai handel yang ergonomis, dapat dilepas dan dipasang kembali sehingga mudah pada waktu mengangkat dapat dijadikan alternatif.

Variabel ketiga yang berpengaruh signifikan adalah frekuensi kerja, dengan F uji = 9,30. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat harus menggunakan metode angkat yang benar, tidak boleh mengangkut beban secara tiba-tiba dan adanya periode yang standard sesuai dengan karateristik tubuh operator (usia dan berat badan). Frekuensi angkat adalah 72 kali/pallet, dengan 8 jam kerja sehari dan kapasitas produksi kotak adalah rata-rata 18.000/ hari untuk setiap kemasan, maka dibutuhkan asupan energi yang cukup besar bagi operator. Pemasukan energi yang seimbang dengan energi yang dikeluarkan dapat membantu operator mengurangi kelelahan kerja. Lantai kerja diupayakan tidak licin dan bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur (acces) dari operator.


(2)

6.2. Analisa Postur Kerja yang Menimbulkan Kelelahan Akibat Kerja Analisa dilakukan dari penilaian skor REBA (Rapid Entire Body Assessment) terhadap ketiga variabel elemen gerakan, berat beban, dan frekuensi kerja. Dalam hal ini aktivitas kerja hanyalah pada masalah pegal-pegal yang terjadi akibat postur kerja yang kurang efektif terutama gerakan membungkuk, yang seringkali memaksa tubuh serta otot bergerak atau menahan dalam kondisi yang tidak nyaman dan menyebabkan kelelahan yang lebih cepat. Pada postur kerja kedua operator kelelahan dan gangguan fisik akibat kerja disebabkan oleh postur dinamis, yakni:

1. Pada saat tubuh harus menahan berat beban mengangkat kotak dari atas conveyor, pada saat itu walaupun kondisi kaki normal dan kadang kala membentuk sudut lutut namun tulang belakang harus menahan berat beban.

2. Lengan atas dan lengan bawah benar-benar bekerja dan tertekuk menahan beban dan aktivitas yang berulang-ulang (repetitive) sering terjadi, penimbunan asam laktat akan semakin banyak sehingga timbul rasa pegal dan lelah yang lebih cepat.

3. Operator sering membungkuk dengan sudut yang 45-900 hal ini menimbulkan sakit yang terasa disekitar punggung dan pinggang. Kaki digunakan untuk menahan beban sehingga keram dan pegal terjadi pada otot kaki yakni betis.


(3)

Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) yang dalam setiap elemen gerakannya membentuk sudut yang yang dapat mempengaruhi dan penyebab operator menjadi cepat lelah pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual sehingga dapat dianalisa sebagai berikut:

1. Terhadap kedua operator untuk ketiga variabel Frekuensi, Elemen Gerakan dan variabel berat beban nilai skor yang didapat adalah 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Nilai 4-7 berarti level resiko sedang dengan level tindakan 2 dan perlu tindakan perbaikan, nilai 8-10 berarti level resiko tinggi dan segera harus dilakukan tindakan perbaikan postur kerja, dan nilai skor 11-15 berarti level risiko sangat tinggi dan sekarang juga harus dilakukan tindakan perbaikan. Nilai tersebut diperoleh dari total skor pada grup A dengan menggunakan tabel A (batang tubuh, leher, dan kaki) ditambah skor berat beban (load), total skor pada grup B dengan menggunakan tabel B (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan) ditambah nilai skor coupling. Untuk mendapatkan nilai akhir skor REBA (Rapid Entire Body Assessment) dapat diketahui dari tabel aktivitas skor C yang dapat dilihat pada lampiran 4, sehingga dapat dilanjutkan pengujian dengan metode analisis varian (ANAVA).

2. Posisi postur kerja yang tidak tepat pada saat memindahkan kotak, baik ringan maupun berat dapat mengakibatkan cidera, meskipun berat beban yang diangkat masih dalam batasan yang disarankan berdasarkan kemampuan operator. Dalam penelitian, berat beban yang diangkat adalah


(4)

12,2 kg, 15,3 kg dan 19 kg oleh operator dewasa laki-laki. Alternatif metode angkat yang dapat dipakai adalah pada saat mengangkat, sebaiknya beban yang diangkat ditahan sedekat mungkin dengan garis tegak lurus yang ditarik melalui titik berat beban. Cara ini dapat mengurangi kesulitan disaat mencari keseimbangan dan dapat menghindari kerja otot statik. Pengangkatan beban, untuk menghindarkan terjadinya cidera otot, harus memperhatikan beberapa hal. Sebelum melakukan pengangkatan beban, singkirkan semua penghalang. Ketinggian maksimum sewaktu mengangkat beban harus 40 cm di atas lantai, beban yang diangkat didekatkan ke badan, saat mengangkat punggung harus tetap lurus, lutut ditekuk, tubuh tetap lurus dan mengarah ke atas.


(5)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penyebab kelelahan operator dengan skala prioritas berdasarkan tingkat pengaruhnya dengan uji analisis varians yang pertama adalah variabel elemen gerakan kerja, yang kedua adalah variabel berat beban, dan yang ketiga adalah variabel frekuensi kerja dalam melakukan pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak secara manual di bagian pengepakkan. Untuk setiap variabel yang berpengaruh secara signifikan tersebut dapat diberikan beberapa penyelesaian secara teknis untuk meminimalkan kelelahan kerja.

2. Hasil penilaian nilai skor REBA (Rapid Entire Body Assessment) untuk setiap variabel dapat dikategorikan dalam level resiko tinggi dan harus segera ada tindakan perbaikan, untuk postur kerja yang tidak tepat akan mengakibatkan kelelahan dan gangguan fisik akibat kerja bagi operator.

7.2. Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil keseluruhan penelitian adalah:


(6)

1. Kepada operator agar dapat agar menggunakan teknik pengangkatan yang dapat meminimalkan resiko terjadinya gangguan otot dan metode kerja yang standar sehingga masing-masing operator agar dapat bekerjasama secara maksimal untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2. Kepada pihak perusahaan, agar dapat menerapkan beberapa alternatif saran perbaikan dari hasil analisa penelitian sehingga kondisi operator cepat menjadi lelah dapat diminimalkan dengan mengupayakan pemilihan operator untuk pekerjaan pengangkatan dan penurunan kotak yang disesuaikan dengan karakteristik usia dan kemampuan tubuh operator, serta memberikan pendidikan dan pelatihan kepada operator.