berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa
mereka wajib ought to.
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengauhi komitmen organisasi
Sementara itu, Stum dalam Sopiah, 2008 mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yaitu:
Budaya keterbukaan
, k
epuasan kerja
,
kesempatan personal untuk berkembang
,
arah organisasi, dan penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
.
Selanjutnya, Young et.al., dalam Sopiah, 2008
mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi, yaitu: kepuasan terhadap promosi, karakteristik pekerjaan,
komunikasi, kepuasan terhadap kepemimpinan, pertukaran ekstrinsik, pertukaran instrinsik, imbalan instrinsik, dan imbalan ekstrinsik.
2.4.4. Pengukuran komitmen organisasi
Pengukuran komitmen organisasi dalam penelitian ini, menggunakan skala Organizational Commitment Questionnaire OCQ yang dikembangkan oleh
Allen dan Meyer 1990. Setiap aspek terdiri dari delapan pernyataan dan total keseluruhannya sebanyak 24 item. Secara teoritis Organizational Commitment
Scale adalah instrumen komitmen organisasi yang secara khusus mengukur tiga aspek dari komitmen organisasi, yaitu affective commitment, continuance
commitment, dan normative commitment.
2.5. Kerangka Berfikir
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individu. Setiap individu memiliki perbedaan tingkat kepuasan sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan
tersebut. Kepuasan kerja dianggap sebagai suatu perasaan seseorang terhadap pekerjaannya Spectore, 1997. Jika karyawan merasa bahagia dalam bekerja
maka mereka akan merasakan kepuasan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Bass dan Riggio 2006 menyatakan kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memotivasi bawahannya
untuk melakukan sesuatu lebih dari yang awalnya mereka harapkan dan mereka pikirkan, selain itu memberikan kuasa kepada bawahan serta memberikan
perhatian pada kebutuhan individu dan perkembangan personal dan juga membantu bawahan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka.
Terdapat empat aspek pada kepemimpinan transformasional, yaitu idealized influenced, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan
individualized consideration.
Terkait dengan
aspek kepemimpinan
transformasional dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: pertama, pemimpin yang menekankan pentingnya nilai-nilai dan keyakinan kepada
karyawan bahwa setiap tujuan dapat dicapai, akan menumbuhkan semangat dalam diri karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin,
sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dan kepuasan kerja karyawan meningkat. Namun, jika pemimpin tidak memberikan keyakinan atau kepercayaan
kepada karyawan, maka akan timbul keraguan dalam diri karyawan setiap