pada kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan social dimana kekuatannya tergantung dari proses pengintegrasian tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi motivasi kerja di atas, maka peneliti menggunakan definisi dari Munandar 2001, yang menyatakan bahwa Motivasi
kerja adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu.
2.3.2. Teori motivasi dua faktor Hezberg
Teori dua faktor juga dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Hezberg 1966. Dengan menggunakan metode insiden kritikal, Hezberg
menemukan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang
menimbulkan kepuasan kerja, yang disebut faktor motivator mencakup faktor- faktor yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik
dari pekerjaan yaitu: 1. Tanggung jawab responsibility, besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja. 2. Kemajuan advancement, besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat
maju dalam pekerjaannya. 3. Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja
dari pekerjaannya. 4. Capaian achievement, besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai
prestasi kerja yang tinggi.
5. Pengakuan recognition, besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk-kerjanya.
Jika faktor-faktor tersebut tidak dirasakan, maka karyawan akan merasa non satisfied tidak lagi puas, yang berbeda dari dissatisfied tidak puas.
Kelompok faktor lain yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan yang
meliputi: 1. Administrasi dan kebijakan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan
tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
2. Penyeliaan, derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
3. Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk- kerjanya.
4. Hubungan antar pribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
5. Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan pross pelaksanaan tugas pekerjaannya.
Kelompok faktor ini dinamakan kelompok hygiene. Jika faktor tersebut tidak diberikan, maka karyawan akan merasa tidak puas dissatisfied karyawan
akan banyak mengeluh. Jika faktor hygiene dirasakan ada atau diberikan, maka yang timbul bukanlah kepuasan kerja, tetapi menurut Hezberg not dissatisfied
atau tidak lagi tidak puas. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok faktor
motivator cenderung merupakan faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja yang lebih bercorak proaktif, sedangkan faktor-faktor yang termasuk dalam
kelompok faktor hygiene cenderung menghasilkan motivasi kerja yang lebih reaktif.
2.3.3. Aspek-aspek motivasi kerja
Menurut Herzberg 1966 dalam teori hygiene- motivasi faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi
dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan yaitu: 1. Tanggung jawab responsibility, besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja. Menurut Ghufron dan Risnawati 2011, tangung jawab merupakan keinginan karyawan untuk dapat
mengerjakan tugas dengan baik dan memadai. 2. Kemajuan advancement, besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat
maju dalam pekerjaannya. Pekrjaan memberikan kesempatan bagi individu untuk menambah wawasan , mengembangkan bakat, dan kemajuan Ghufron
dan Risnawati 2011 3. Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja
dari pekerjaannya. Menurut Ghufron dan Risnawati 2011, karyawan akan menyukai pekerjaannya jika diikuti dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Karyawan merasa pekerjaan mereka menjadi sesuatu yang menantang untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
4. Capaian achievement, besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi. Menurut Ghufron dan Risnawati 2011 capaian