Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

bahwa semakin tinggi kepuasan kerja seseorang semakin tinggi pula kinerja karyawan sehingga pelaksanaan kerja yang dilaksanakan akan efektif dan efisien. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah peneliti paparkan, kepuasan kerja merupakan aspek penting untuk meningkatkan kinerja karyawan. Kepuasan kerja yang baik cenderung menghasilkan produktivitas kerja yang baik dan begitu juga sebaliknya. Kepuasan kerja merupakan dampak atau hasil dari keefektifan performance dan kesuksesan dalam bekerja. Sedangkan Judge, Hanisch dan Drankoski dalam Oraman, 2011 mendukung penelitian Cranny. penelitian tersebut menyarankan bahwa pemimpin atau manajer sumber daya manusia SDM sangat penting untuk mengetahui aspek dalam suatu organisasi yang dapat memberikan dampak pada kepuasan kerja karyawan. Aspek tersebut dapat bermanfaat jangka panjang bagi organisasi dan karyawan. Kepuasan kerja tidak terlepas pada sistem manajerial yang optimal, dalam hal ini aspek kepemimpinan berperan penting pada sistem manajerial yang dilaksanakan. Berbagai pertanyaan tentang kepemimpinan telah lama menjadi topik yang popular, tetapi penelitian secara ilmiah baru dimulai setelah abad kedua puluh Yulk, 2001. Sedangkan menurut Griffin 2001 pemimpin dapat memainkan peranan penting dalam penataan lingkungan kerja, memberikan informasi dan umpan balik kepada karyawan. Menurut Anoraga 1992, pemimpin memiliki tugas untuk dapat memotivasi karyawan dalam mencapai kepuasan kerja. Seperti yang pernah diteliti oleh Griffin, et.al., 2001 dalam penelitiannya mengenai pengaruh motivasi pemimpin terhadap kepuasan kerja karyawan. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa dorongan atau motivasi dari pemimpin memiliki dampak positif terhadap kepuasan kerja. Tetapi dampak motivasi dari pemimpin terhadap kepuasan kerja melemah ketika tim kerja dalam organisasi tersebut berada pada tingkat yang tinggi. Menurut Bass 2006 salah satu pendekatan kepemimpinan yang banyak dikembangkan dalam 20 tahun terakhir ini yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut Burn dalam Bass, 2006 kepemimpinan transformasional dapat memberikan motivasi serta inspirasi kepada setiap karyawan. Kepemmpinan transformasional juga berupaya untuk mengembangkan peran karyawan ke arah yang lebih baik dan menguntungkan bagi karyawan serta secara keseluruhan dapat menguntungkan dalam hal meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan adanya kepemimpinan transformasional karyawan akan merasakan kepercayaan, kekaguman dan penghormatan terhadap pemimpin dan karyawan akan lebih termotivasi. Menurut Bass dalam Yulk 2001 Pemimpin mengubah dan memotivasi karyawan dengan cara: 1 membuat karyawan lebih menyadari pentingnya hasil pekerjaan, 2 membujuk karyawan untuk lebih mementingkan tim dan organisasi dibandingkan dengan kepentingan pribadi, dan 3 meningkatkan semangat karyawan untuk berkembang. Tichi dan Devana dalam Aritonang, 2006 mengasumsikan kepemimpinan transformasional ini muncul karena adanya perubahan yang cepat pada era global yang meningkatkan kompetisi antar organisasi. Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang biasa dilakukan, dan kepemimpinan transformasional mengacu pada aspek kepercayaan atau keyakinan diri pada bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kerja. Dalam hal ini menunjukkan, kepemimpinan transformasional merupakan aspek yang menarik untuk diteliti yang akan berdampak positif pada kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Risambessy 2012 yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan. Selain kepemimpinan transformasional yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja telah menjadi salah satu segmen yang banyak diteliti dalam bidang manajemen dalam kaitannya dengan profesi yang berbeda Ayub dan Rafif 2011. Menurut Oraman 2011 motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang dapat membuat karyawan untuk bekerja lebih baik, efektif, efisien dan bahagia dalam mengerjakan tugas. Motivasi juga dapat di pahami sebagai stimulus yang mendorong karyawan untuk mengerjakan setiap tugas yang diberikan Tella, 2007. Ayub dan Rafif 2011 menyatakan bahwa perusahaan harus menyadari bahwa fokus manusia menjadi jauh lebih penting bagi kelangsungan hidup organisasi, dan bahwa keunggulan bisnis hanya akan dicapai ketika karyawan senang dan termotivasi oleh pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Oraman 2011 mengatakan bahwa dalam perusahaan motivasi merupakan stimulus batin yang memungkinkan karyawan untuk mampu berkonsentrasi pada tujuan perusahaan yang efektif. Tella 2007 dalam penelitiannya meneliti hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Dalam penelitiannya bahwa motivasi kerja sangat berhubungan dengan kepuasan kerja. Motivasi kerja dapat membentuk individu untuk menjalankan tujuan-tujuan kerja yang dilaksanakan. Pada penelitiannya, Tella 2007 menjelaskan korelasi yang ada dalam penelitian ini antara motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Chess dalam Tella, 2007 yang menjelaskan bahwa faktor-faktor motivasi berkontribusi terhadap kepuasan kerja. Orang yang bekerja dengan motivasi yang tinggi merupakan orang yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya. Ia akan lebih berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan semangat yang tinggi, serta selalu berusaha mengembangkan tugas dan dirinya Anoraga 1992. Selain kepemimpinan dan motivasi, aspek lain yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu komitmen organisasi. Komitmen terhadap organisasi terkait dengan dedikasi yang di berikan oleh seorang karyawan terhadap perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan akan memberikan dedikasi yang tinggi pada perusahaan, dengan cara karyawan akan mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan perusahaan sesuai dengan tanggung jawabnya. Komitmen organisasi merupakan kondisi psikologis individu yang menggambarkan hubungan antara karyawan dengan organisasi, dan memiliki implikasi terhadap keputusan karyawan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kenaggotaan organisasi. Ada tiga komponen komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan dan komitmen normatif Robbins 2008. Komitmen afektif berkaitan dengan adanya perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. Komitmen berkelanjutan berkaitan dengan nilai ekonomi yang dirasa bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Komitmen normatif berkaitan dengan kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan moral atau etis. Pada tiap individu ketiga komponen tersebut dapat muncul dalam derajat yang berbeda-beda dan untuk mengetahuinya perlu memperhatikan ciri-ciri yang menunjukkan suatu komitmen organisasi pada individu tersebut Robbins 2008. Menurut Hunt dan Morgan dalam Sopiah, 2008 seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi pada organisasinya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 1 Memiliki kepercayaan dan menerima tujuan dan nilai organisasi, 2 Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, 3 Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki rasa komitmen pada organisasinya akan terlihat pada ciri-ciri yang menunjukkan komitmen pada organisasi, seperti ciri-ciri yang telah disebutkan. Seseorang yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi diharapkan akan memperlihatkan perilaku kerja, yaitu kinerja yang optimal, melibatkan hubungan yang aktif terhadap perusahaan dan akan tetap setia pada organisasinya. Sehingga tujuan suatu perusahaan tercapai dengan baik begitu pula sebaliknya komitmen organisasi yang rendah akan berdampak pada meningkatnya keluar masuk pegawai dan prestasi kerja karyawan akan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Thamrin 2012 menemukan bahwa komitmen organisasi memiliki dampak positif terhadap kepuasaan kerja karyawan yang bekerja di perusahaan pengiriman di Jakarta. Komitmen akan mencerminkan tingkat kesungguhan pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sebab adanya komitmen yang tinggi akan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adekola 2012 juga menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara komitmen organisasi dengan kepuasan kerja karyawan di Universitas Nigeria, hal ini berarti karyawan memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebetuhan. Berdasarkan fenomena dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk menguji dan membuktikan apakah gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja dan komitmen organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Oleh karena itu, peneliti merasa sangat tertarik untuk meneliti kepuasan kerja karyawan dalam kaitannya dengan gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja dan komitmen organisasi. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja ”. 1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini akan difokuskan hanya pada variabel yang diteliti, yaitu kepuasan kerja, gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja dan komitmen organisasi. Adapun penjelasan keempat variabel tersebut sebagai berikut: 1. Kepuasan kerja yaitu suatu perasaan seseorang secara umum terhadap pekerjaan ataupun sebagai rangkaian yang paling berhubungan dari sikap seseorang terhadap aspek pekerjaannya. Adapun aspek-aspeknya, yaitu: gaji pay, promosi promotion, atasan supervision, tunjangan fringe benefit, Penghargaan dari perusahaan contingent reward, Prosedur kerja operating conditions, rekan kerja co-woker, pekerjaan itu sendiri nature of work, dan komunikasi communication. 2. Kepemimpinan transformasional yang dimaksud yaitu kepemimpinan yang memotivasi bawahannya untuk melakukan sesuatu lebih dari yang awalnya mereka harapkan dan mereka pikirkan, selain itu memberikan kuasa kepada bawahan serta memberikan perhatian pada kebutuhan individu dan perkembangan personal. Adapun aspek-aspeknya, yaitu: idealiezed influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individualized consideration. 3. Motivasi kerja yang dimaksud yaitu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Adapun aspek-aspeknya, yaitu: tanggung jawab responsibility, kemajuan advancement, pekerjaan itu sendiri work it self, capaian achievement, pengakuan recognition. 4. Komitmen organisasi yang dimaksud yaitu kondisi psikologis individu yang menggambarkan hubungan antara karyawan dengan organisasi, dan memiliki implikasi terhadap keputusan karyawan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kenaggotaan organisasi. Adapun aspek-aspeknya yaitu: affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

1.2.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dari variabel gaya kepemimpinan transformasional idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration, aspek dari variabel motivasi kerja responsibility, advancement, work it self, achievement, recognition dan aspek dari variabel komitmen organisasi affective commitment, continuance commitment, normative commitment terhadap kepuasan kerja? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan idealized influence terhadap kepuasan kerja? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan inspirational motivation terhadap kepuasan kerja? 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan intellectual stimulation terhadap kepuasan kerja? 5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan individualized consideration terhadap kepuasan kerja? 6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan responsibility terhadap kepuasan kerja? 7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan advancement terhadap kepuasan kerja? 8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan work it self terhadap kepuasan kerja? 9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan achievement terhadap kepuasan kerja? 10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan recognition terhadap kepuasan kerja? 11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan affective commitment terhadap kepuasan kerja? 12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan continuance commitment terhadap kepuasan kerja? 13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan normative commitment terhadap kepuasan kerja? 14. Manakah diantara variabel idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration, responsibility, advancement, work it self, achievement, recognition, affective commitment, continuance commitment, normative commitment yang paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh aspek dari variabel gaya kepemimpinan transformasional idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration, aspek dari variabel motivasi kerja responsibility, advancement, work it self, achievement, recognition dan

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Komitmen Organisasional, Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Empiris p

0 4 18

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Publik (StudiEmpiris pada SKPD Pemerintah Kab

1 6 17

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Publik (StudiEmpiris pada SKPD Pemerintah Kab

0 3 16

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Pada Karyawan Pt. Pln

0 2 21

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Locus Of Control Terhadap Kepuasan Kerja Auditor ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik

0 1 12

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEPUASAN Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Locus Of Control Terhadap Kepuasan Kerja Auditor ( Studi Empiris Pada Kantor Akunta

0 2 16

PENGARUH MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PENGARUH MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. ANUGERAH TERANG ABADI GASINDO.

0 1 12

Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Ker Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya.

0 0 2

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA ORGANISASI, PROGRAM K3 TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN.

1 3 19

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA

0 3 9